Don’t Touch Me [Part 6]

Title: Don’t Touch Me [Part 6]

Author: Edrarybelvi

Cast: Choi Sooyoung, Cho Kyuhyun

Length: Series

Rating: PG-17

Genre: Humor, Romance

Disclaimer: My idea, my words, my imagination. Don’t you dare to copy and paste without permit!

Nb: I wanna ask sorry for many rude words in this ff. I just want to make feeling of this story, so I add that words.

 

_____

Aku senang kau mulai belajar untuk merubah sikap asisten Choi

_____

“Kalau kau ragu buang saja.”

Perasaanku geram saat menyaksikan wajahnya yang tak kunjung memperlihatkan rasa kagum. Baru saja aku memberinya sebuah perhiasan yang menurutku akan cocok untuk tangan kurusnya itu, namun bukannya ucapan terimakasih yang kuterima, malahan sebuah tatapan jelek yang kudapat.

“Bisa tidak kau memberinya dengan tidak melempariku?” Ia mulai menunjukkan kalimat protes dan aku lupa akan hal itu. Asisten kurus ini memang menyebalkan.

“Terima dan kunyah bulat-bulat umpatanmu.” Aku memilih untuk berlalu meninggalkan wajah kusut di sana.

Kami sudah berada di bandara Seoul pada saat ini. Aku memutuskan untuk segera memerintahkan pilot yang menerbangkan pesawat itu dengan dua lembar tiket yang ku punya untuk membawa kami ke Seoul.

“Tuan muda kau tidak bisa seenaknya memberiku sebuah perhiasan yang harganya bahkan aku tak tahu berapa.” Asisten bawel itu berusaha menyamai langkah kakiku yang santai. Tangannya menyeret dua koper milik kami, membuat roda yang bergelinding di bawah koper itu berderak dengan keras.

“Berjalanlah dengan pelan Choi Sooyoung. Kau membuat koperku menjerit kesakitan saat kau menyeretnya dengan kejam”. Kulangkahkan kakiku semakin cepat dan kembali meninggalkannya dalam keadaan mulut menganga.

BRUK

Aku mendengar bunyi gedebuk yang keras dan saat itu pula tanganku mengepal dengan kuat.

“Jika kau marah padaku, jangan kau lampiaskan pada koperku!” Aku menatapnya dingin, sementara ia menatapku tajam.

“Ambil dan seret kopermu sendiri!” Ia berlalu meninggalkanku. Sebenarnya mau dia apa sih?

Diperjalanan pulang kami hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Entah apa yang difikirkan Choi Sooyoung saat ini, namun yang pasti aku mencium aroma umpatan pedas yang berasal dari kepalanya.

Tangannya terlipat di depan dada, kakinya pun juga begitu menyilang dengan rapi di atas pahanya, sementara matanya menatap berang (bahkan bibirnya pun begitu) pada kaca mobil.

“Kau tak akan mampu melobangi kaca mobil ini.” Aku memutuskan untuk memecah keheningan. Dia menatapku sesaat dan beberapa detik kemudian langsung membuang muka dihadapanku. Ya Tuhan, izinkan aku melempari gadis ini dengan sebuah palu godam.

“Kalau kau tetap mogok bicara padaku, jangan harap kau akan dapat jatah makan malam ini Choi Sooyoung”. Sekali lagi aku berusaha untuk mengajaknya berkomunikasi dan dia tetap diam seribu bahasa.

Mendecak kesal, kulepas seatbelt yang sebelumnya memeluk tubuhku dengan nyaman. Aku menggeser posisi tubuhku, mendekati patung lilin yang tengah duduk membeku di sampingku. Ia mendelik kaget dan menatapku bingung.

“Mau apa kau?!” Choi Sooyoung memang asisten sialan. Lihatlah ia menyambutku dengan kata-kata yang sama sekali tidak sopan.

“Nah, kau baru saja mengabulkan apa mauku manis”. Dia kembali memutar kepalanya, menjauhi tatapanku.

Dengan sengaja aku meraih tangannya dan mencium tangan kecil itu. Ia memukul kepalaku dengan tangannya yang bebas dan seketika membuat bibirku mengembang dengan senyuman penuh.

“YYA!” Dia benar-benar terlihat marah. “Jangan sentuh,-“

“Sudah kusentuh, kau mau apa?” Aku memotong umpatanya yang sudah kuhafal di luar kepala. Dia menatapku dengan bengis dan sedetik kemudian tangannya sudah berada di kepalaku.

“Choi Sooyoung kau mau apa?” Aku mulai waspada kala ku ketahui ini semua akan berakhir tragis. Wajahnya masih sama, berang dan penuh dengan emosi. Tangan-tangan itu mulai bergerak beriringan dengan jeritanku. Sial! Dia menjambakku dengan penuh gemas saat ini.

“YYA! Kau membuat rambutku rontok bodoh!” Aku mengumpat sementara dia bertambah semangat.

“Choi Sooyoung!” Sekali lagi nama wanita ini kusebut, namun dia tetap tidak memperlihatkan gelagat perdamaian.

“YYA RICK HENTIKAN BENDA SIALAN INI DAN BANTU AKU!”

Aku merasakan mobil ini berhenti dan dengan segera si buncit pendek itu membantuku lepas dari cengkraman monster dihadapanku. Aku menatap dengan napas terengah dan mata yang tajam, sementara dia masih saja dengan pose bibirnya yang sialan menjengkelkan.

Membenarkan dandanan rambutku (dan mulai merasakan rasa pedih pada kulit kepalaku) aku memukul paha gadis di depanku ini. Ia mendelik hanya saja tetap diam sama seperti tadi.

“Astaga Choi Sooyoung, sampai matipun kau tak akan pernah bersuami!”

_____

Aku memasuki rumah dengan tergesa. YeonHee baru saja menelponku dan meminta untuk segera menemuinya di apartemen miliknya. Entah apalagi yang akan dia minta padaku kali ini, yang jelas aku harus menurutinya.

Sooyoung yang baru saja masuk ke rumah menatapku bingung. Tangan kanannya dibebani tas tangan miliknya dan koper yang juga miliknya. Sementara itu tangan kirinya menyeret koper milikku. Wajahnya menatapku bingung penuh tanya dan dapat kulihat beberapa detik setelah itu ia berlagak tak peduli dan meneruskan langkahnya masuk.

“Aku hanya pergi sebentar sayang, jangan cemberut. Tunggu aku, oke?” Insting untuk mengerjainya seketika bangkit dan berhasil! Matanya melotot tak ramah padaku sementara wajahnya sudah memerah menahan amarah. Benar-benar lucu wanita ini.

Untuk sesaat aku hanya berhenti menatap reaksinya, sementara yeoja itu kembali berlalu dengan menyeret dua koper dengan tangan kurusnya. Mataku menatap aneh pada pergelangan tangan kiri miliknya. Ia menggunakan gelang yang kuberi untuknya!

Entah dasar apa aku berlari mengejarnya dan menghentikan langkahnya dengan cepat. Ia menatapku jengah dan kini kembali berhenti, mungkin untuk menungguku berbicara.

“Aku senang kau mulai belajar untuk merubah sikap asisten Choi”. Mengangkat tangan kirinya yang kini melepaskan koperku, aku menatap gelang itu dengan seksama. Tangan kurus itu terlihat begitu cantik dan seksi bersama gelang ini. Dan entah dasar apalagi, aku menarik tangan kurus itu menuju bibirku dan mencium kulit yang berada dibawah gelang itu. Matanya melotot dan mulutnya terlihat akan menyumpah, aku berinisiatif untuk memotong.

“Sudah ku sentuh, kau mau apalagi?” Tandasku dan kemudian berlalu dari hadapannya.

_____

Aku menatap bingung pada Yeon Hee. Wanita itu kini tengah melenggang dihadapanku dengan kemeja putih kebesaran yang memamerkan kaki jenjangnya. Ia menata semua keperluan yang dirasanya perlu dalam sebuah tas kecil.

“Snowy tidak suka bermain diluar ruangan, dia lebih senang di dalam ruangan. Jadi, jangan sampai kau membawanya keluar, itu akan membuatnya sakit”. Ia terus mengoceh sambil memasukan barang-barang yang mungkin masih ia rasa perlu.

“YeonHee-ah, kau tahukan aku terlalu sibuk untuk mengurus an,-“ Baru saja aku mengucapkan kata-kata yang melambangkan jenis suatu benda, Yeon Hee menatapku garang.

“Snowy Kyuhyun-ah, namanya Snowy!” Ia menekankan nama itu dan kembali fokus pada perlengkapan yang dipersiapkannya. Aku mendesah pelan. Perempuan mana yang berani memintaku untuk mengurus peliharaannya?

“Snowy tidak nakal kok, hanya saja dia senang dimanja. Jadi usahakan kau terus bersamanya dan mengusap rambutnya. Dia sangat suka itu”. YeonHee mendatangiku dengan sebuah tas dan juga box yang kurasa kandang untuk peliha,- maksudku Snowy.

YeonHee mengambil peliharaannya (anjing ras Korea Jindo) itu dan kemudian mengangkatnya dalam pelukan. Ia mengelus rambut, err Snowy dengan lembut dan kemudian memberinya kecupan sayang.

“Jangan sedih Snowy-ah, eomma hanya pergi beberapa minggu saja. Ahjumma yang biasa menjagamu sedang sakit, dan eomma tak ingin ia menularkan penyakitnya padamu”. YeonHee sekali lagi mengecup Snowy dan kemudian menyerahkannya padaku.

“Aku mohon bantuannya Kyuhyun-ah, aku tak tahu lagi kemana harus menitip Snowy. Jika kau sibuk, mungkin kau bisa meminta Sooyoung untuk mengurusi Snowy. Snowy sangat cepat akrab dengan orang baru”. Jelasnya lagi. Aku mengangguk kecil dan kemudian menurunkan Snowy dalam gendonganku, bermaksud untuk membawanya berjalan.

“Aku pergi dulu, kebutuhannya sudah lengkap kan?” Ucapku sembari memastikan. YeonHee mengangguk dan memberiku sebuah pelukan.

“Mohon bantuannya”. Ucapnya dan aku hanya mengangguk.

Sekembalinya di rumah, aku mendapati Sooyoung yang menatapku dengan terkejut. Kakinya mengikuti langkahku yang kini tengah mengiring Snowy menuju kamarku.

“YYA! Kau dapat benda itu dimana?” Tanyanya. Aku terus berjalan seolah tak mendengarnya. Masih kudengar langkah kaki itu mendekat.

“YYA! Pak Cho!” Teriaknya lagi dan dengan seketika aku menarik Snowy dan menggendongnya, kemudian berbalik menatap wanita cerewet dibelakangku.

“Kau mendapatkannya dimana?” Tanyanya.

“Namanya Snowy, kau harus memanggilnya Snowy. Cha, Snowy-ah, ayo kenalkan dirimu pada ahjumma yang satu ini”. Ucapku sambil mengangkat salah satu kaki Snowy dan menggoyangkannya seolah kini tengah menyapa Sooyoung.

“Annyeong Sooyoung ahjummoni. My name is Snowy”. Ucapku lagi dengan suara yang dibuat-buat. Kemudian kembali ku turunkan Snowy dalam gendonganku.

“Tuan Cho, untuk apa kau membawanya ke sini?” Tanyanya lagi. Aku mengangkat bahuku dan kemudian berjongkok guna mengelus rambut Snowy.

“Namanya Snowy, Choi Sooyoung ssi. Panggil dia Snowy. Bukankah dia sudah mengenalkan dirinya padamu”. Aku menatapya dengan senyum dan ia balik menatapku dengan garang.

“Kau akan mengurusnya?” Tanya Sooyoung lagi dan aku mengangguk.

“Memberinya makan, memandikannya,-“ Aku kembali mengangguk guna membenarkan pertanyaan Sooyoung.

“Ha! Mengurus diri sendiri saja kau tak becus, apalagi mengurus binatang peliharaan yang entah darimana,-“

“Jangan dengarkan dia Snowy-ah. Cukup dengarkan Oppa. Ahjumma itu hanya iri saja karena kasih sayang Oppa akan terbagi.” Aku memotong ucapan Sooyoung sambil menutup kedua telinga Snowy. Sooyoung menatapku gemas seolah ingin melahapku.

“Untuk apa kau menutupi telinga anjing itu bodoh!” Ia kembali berteriak dan tanganku semakin berusaha menutupi telinga Snowy.

“Jangan menyumpah di depan Snowy! Kau tak tahu, Snowy ini masih bayi. Bisa kau bayangkan jika bayi lucu seperti Snowy terkontaminasi dengan bahasa kotor yang kau ucapkan asisten Choi!” Ucapku lagi. Dan detik itu juga tangan Sooyoung sudah mendarat di bahuku. Dia benar-benar terlihat kesal dan aku bahagia akan hal itu.

Menarik tanganku dari telinga Snowy, aku kembali menggendongnya. Menatap Sooyoung dengan senyum sembari menggunakan kaki kecil Snowy untuk menyentuhnya.

“Bye ahjummoni. Snowy mandi dulu”. Ucapku berbalik dan meninggalkan Sooyoung mematung.

_____

Aku turun ke bawah setelah waktu makan malam tiba. Ku perhatikan sekeliling, tak kutemukan Sooyoung disana. Sepertinya dia sudah pulang. Aku menggendong Snowy yang kini terlihat mulai mengenali bau tubuhku. Sesekali ku usap rambutnya dan kemudian menurunkannya dari gendongan. YeonHee memang benar, Snowy mudah sekali akrab dengan lingkungan baru.

Aku berjalan menuju ruang makan. Semua makanan sudah dihidangankan. Kupersiapkan sendiri lauk-pauk yang akan ku makan dan kemudian menatanya pada mangkuk.

Terkadang aku mulai merasakan yang namanya kesepian. Rumah sebesar dan secanggih ini hanya ditinggali olehku seorang diri. Ayah dan ibu memliki rumah sendiri dan aku jarang sekali berkunjung ke sana.

Dulu, sebelum Sooyoung bekerja denganku, aku selalu meramaikan rumah ini dengan hingar-bingar party. Tapi semenjak Sooyoung datang, aku tidak lagi menjalankan kebiasaan itu. Yeoja itu akan membuatku berhenti melakukan apa yang ku mau dengan segala daya dan upaya. Dia baik, dia lucu, tetapi dia menyebalkan!

Astaga! Apa aku baru saja memikirkan asisten gila itu?

Meletakan sumpitku di atas mangkok, aku kehilangan selera makan. Kulihat Snowy berlari di sekitar grand piano sembari mengendus. Aku rasa dia sedang berusaha untuk mengenali rumah ini.

“Snowy-ah.” Aku memanggil Snowy dan ia mendekatiku. Snowy melompat ke atas sofa dan segera menjatuhkan diri pada pangkuanku. Snowy sangat manis, dan keberadaanya kini sedikit menghiburku.

Aku memilih untuk menonton televisi. Menatap layar televisi yang kini tengah menyiarkan berita dunia. Seketika kembali lagi ingatanku berputar, dimalam terakhir kami di Taipei.

Aku bukan biseksual

Aku memang tidak cantik, aku tidak seksi, aku jelek dan aku miskin. Tapi aku bukan biseksual

Aku memang pernah memiliki rasa suka pada seorang wanita tapi aku bukan lesbian. Aku tidak pernah berhubungan dengannya dan dia yang memberiku cincin

Aku memang tidak pantas memakai barang mahal dan aku bukan biseksual

Mengingat hal itu membuatku selalu menutup wajahku. Entahlah, dengan atau tidak tahunya diriku mengenai ke-normalan asisten itu, membuatku merasakan hal yang sama. Choi Sooyoung sangat asik untuk dijadikan teman (dalam artian yang mungkin bisa kalian lihat).

Kami memang selalu seperti ini, tidak akan pernah berubah kurasa. Tapi aku sangat merasa bersalah saat ia harus mengakuinya dengan wajah jelek dan menangis dihadapanku. Aku tidak memaksanya bukan? Aku hanya bercanda dan dia menganggapnya serius. Walaupun aku suka bermain wanita, tapi aku bukan bajingan. Aku tak akan pernah memaksa wanita manapun untuk tidur denganku. Kebanyakan dari  mereka menyerahkan diri padaku.

Lain halnya dengan Sooyoung, wanita itu seolah ketakutan. Dia membentengi dirinya dariku dengan mengaku sebagai lesbian. Yang benar saja! Lelaki normal tahu mana perbedaan wanita normal dengan wanita menyimpang! Dan Choi Sooyoung seolah lupa akan hal itu.

Aku terkejut ketika merasakan hawa dingin di sekitar tanganku. Kulihat Snowy tengah menjilatiku dan aku tertawa.

“Hentikan, aku tahu aku tampan, jangan bertindak seperti anjing murahan begini Snowy-ah”. Ucapku. Snowy semakin menjadi. Ia kini tengah berusaha mendaki tubuhku guna menjilat wajahku. Aku tertawa, ini benar-benar menggelikan.

Kuangkat tubuh Snowy dan kemudian mengiringnya ke kamar.

“Time to sleep Snowy”.

_____

Aku terbangun saat kurasakan cahaya matahari masuk langsung menembus mataku. Sialan kau asisten Choi! Aku tahu dia sudah datang dan membuka tirai kamarku.

Aku bangkit dengan mata menyipit. Kulihat dia kini tengah menggendong Snowy dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya mengemasi semua pakaianku yang berserakan. Sejenak pandangan kami bertemu. Raut wajahnya langsung berubah dan kini menatapku garang.

“Mandi dan berkemas Tuan, kita harus ke kantor hari ini guna menyampaikan laporan pertanggung jawaban pada Tuan Besar”. Ucapnya dan kini menutup pintu kamarku.

Aku sedikit melakukan peregangan. Rasanya baru kemarin aku bisa bersantai, sekarang kembali lagi aku berhadapan dengan schedule yang mematikan.

Tak cukup lama untuk membersihkan diri, aku turun ke bawah. Disana aku melihat Sooyoung yang kini tengah berusaha memasukkan Snowy ke dalam kandangnya. Aku tergelak, kelihatan sekali dia kerepotan.

“Snowy di bawa, jangan ditinggal di rumah sendirian. Tak akan ada yang mengurusinya”. Ucapku. Sooyoung mendelik dan sedetik kemudian bersiap melayangkan protes.

“Kita akan menghadiri sebuah rapat Tuan, bagaimana bisa kau membawa peliharaan ini ke kantor”. Aku menggedikkan bahu. Memanggil Snowy dan kemudian menggendongnya.

“Kau tidak ikut rapat hari ini. Jaga Snowy selama aku menghadiri rapat”. Aku menyelesaikan ucapanku sembari mengelus rambut Snowy.

“Astaga! Kau gila? Bagaimana mungkin kau menyuruhku untuk absen rapat hanya untuk mengurusi anjing kecil yang entah darimana kau dapat!” Kesalnya. Aku kembali dengan sigap menutupi kedua telinga Snowy. Dia tidak boleh mendengar sumpah serapah Choi Sooyoung.

“Jangan bertingkah konyol Tuan Cho, Snowy tidak akan mengerti apa yang kita bicarakan!” Sekali lagi ia mengamuk, membuatku tak tahan untuk tidak tertawa. Wanita dihadapanku ini kembali menatapku bengis dan berbalik memunggungiku.

Aku menghentikan tawaku. Memasukkan Snowy ke kandangnya lalu menenteng kandang itu dengan tangan kananku. Sementara itu Sooyoung sudah siap dengan tas kerja dan juga jasku. Kami berjalan menyusuri Rick yang sudah bersiap sedia menunggu di depan mobil.

Rick sedikit terkejut ketika aku menyuruhya meletakkan Snowy pada kursi penumpang depan, sementara aku dan Sooyoung duduk pada kursi belakang. Aku kembali membuat gadis di sampingku ini kesal ketika meminta Rick untuk memasangkan sabuk pengaman mengelilingi kandang Snowy.

“Buat jaga-jaga saja. Kau tahu kan Rick sama gilanya dengan Sebastian Vettel jika sudah duduk dibalik kemudi”. Ucapku dengan sedikit cengiran. Membuahkan pukulan telak melayang di atas pahaku.

Kami melewati perjalanan dengan banyak kehebohan sana-sini. Dimulai dari Sooyoung yang menemukan rambut Snowy menempel pada kemejaku dan juga bajunya. Membuat kami sama-sama berlomba untuk memukul badan guna membersihkan rambut Snowy.

“Ini baru permulaan tuan Cho. Bagaimana bisa anjing sakit begini kau bawa ke kantor? Lihat? Rambutnya saja rontok, bisa menularkan penyakit!” Aku tidak menghiraukannya, memangnya aku peduli?

Kemudian berlanjut dengan Snowy yang terus menggonggong dan membuat gadis disampingku ini meutup mata menahan sakit kepala. Aku tertawa dengan reaksinya dan sedetik kemudian Choi Sooyoung sudah membungkam mulutku dengan cubitan kerasnya pada bibirku.

Kami tiba di kantor di waktu yang sedikit lebih cepat dari biasanya. Aku memasuki kantor dengan jas yang sudah terpasang rapi dan tangan kiri membawa kandang Snowy. Begitu banyak karyawan yang melihatku dan aku hanya bersikap santai.

“Lucu sekali”. Banyak karyawan wanita yang memuji Snowy dan aku bangga akan hal itu. Segala sesuatu yang berada ditanganku pasti terlihat menawan.

“Haha! Aku rasa kau harus menutupi telinga Snowy kali ini tuan, semua orang membicarakannya”. Aku mendengar asisten itu berbicara dengan wajah seolah pelari yang akan mendekati garis finish.

“Tidak akan! Semua orang memujinya, pantas Snowy mendengar itu. Aku akan menutup telinga Snowy jika berada di sekitarmu. Kau membawa pengaruh buruk dengan mulutmu itu”. Ucapku dengan senyum penuh kemenangan dan meninggalkannya.

Aku sudah siap dengan semua dokumen dan laporan pertanggung jawaban yang akan dibawa rapat. Sementara itu, Sooyoung benar-benar tidak kuizinkan untuk rapat kali ini. Aku tidak berani menitipkan Snowy pada orang lain, jadilah Sooyoung yang kini kuberi tanggung jawab.

“Semua sudah kau siapkan bukan?” Tanyaku dan Sooyoung mengangguk. Ia menatap sedikit pada leherku dan sedetik kemudian aku mengerti, dia berniat membenarkan dasiku.

“Semua sudah ku kelompokkan. Yang kau lakukan hanya mempresentasikannya dengan baik”. Ucapnya sembari menepuk bahuku pelan setelah merapikan pakaianku. Aku mengangguk mengerti.

“Doakan aku, oke?” Pintaku dan dia menatapku datar.

“Ada apa denganmu Tuan? Kau seperti tak pernah rapat saja!” Kilahnya dan aku tertawa. Ide untuk menggodanya kembali muncul.

“Ini rapat pertamaku tanpamu sayang, bagaimana mungkin aku tidak gugup”. Mengambil tangannya lalu mengecup telapan tangan lembut itu, Choi Sooyoung menatapku garang. Mulutnya sudah siap menyumpah dan dengan demikian, runtuhlah pertahananku.

“Aku benar-benar gemas akan bibirmu. Mian,-“ Dan aku menciumnya.

_____

T B C

_____

Annyeong, I’m BACK!!!

Udah lama banget rasanya gak nongol di KSI 😀

Benar-benar hal yang langka ketika nemuin waktu luang dan mulai untuk membuat FF.

Readers deul, Bogoshipoyo ~

Aku harap kalian puas dengan chapter terbaru dari FF ini.

Untuk pemberitahuan, aku juga lagi merampungkan beberapa Oneshot dan salah satu chapter Clouds and Suns

Mohon dukungannya ^^

Akhir kata, Annyeong ;;)