Posted in Friendship, Romance, Series

[Series] We Are On Dating -7-

We Are On Dating

Title             : We Are On Dating

Author         : soocyoung (@helloccy)

Genre          : Romance

Rating          : PG 16

Main cast     :

  • Choi Sooyoung
  • Cho Kyuhyun

Other cast    : Find it 🙂

From Author :

Annyeonhaseyo!!

Orenmaneyo, knightdeul!! ^^

Apa kabarnya? Baiklah ya, hhehehe

Rasanya udah lama banget gitu ya aku gg post apa-apa disini. Tapi jangan khawatir, kali ini aku bawa cerita baru. Sebenarnya sih gg baru-baru banget lah ya, cz aku terinspirasi dari FF ku yang sebelum-sebelumnya trus juga dapet inspirasi dari salah satu program reality show aja sih. Jadi jangan terlalu kaget kalo—mungkin ada beberapa hal yang kalian pikir mirip atau gimana gitu ya -___-

Dan, sekali lagi semua hal yang berhubungan sama nama sesuatu yang ada di FF ini adalah buatanku, kecuali tokoh dan beberapa lokasi tempatnya. Meskipun ada beberapa juga yang memang ada/real, tapi aku ubah sedikit demi kepentingan cerita.

So, happy reading ^^/

Kyuhyun POV

Aku menyusuri pinggiran jalan raya beraspal menuju studio tempatku berjanji untuk bertemu dengan Choi Sooyoung. Telingaku sengaja aku pasang earphone meskipun tak ada lagu yang sedang aku dengarkan. Tudung jumper-ku terpasang menutupi rambut, dan tanganku masuk ke dalam kantongnya. Sebenarnya aku ingin menunggu Sooyoung di dalam saja, tapi entah kenapa aku ingin keluar sebentar untuk membeli beberapa makanan kecil agar nanti suasana tidak begitu canggung—seperti waktu itu. Lagipula supermarket-nya tidak terlalu jauh dari studio, jadi tidak masalah jika aku berjalan kaki kesana sambil melakukan penyamaran.

Aku sedang memandang lurus ke depan saat sebuah pemandangan tidak asing bagiku terlihat. Dua orang—Choi Sooyoung dan Shim Changmin, sedang berdiri saling berhadapan. Langkahku terhenti dan akupun memperhatikan mereka yang sepertinya sedang mengobrol. Meskipun aku benar-benar tidak suka melihat semua itu, tapi tak ada yang bisa aku lakukan selain hanya berdiri diam di tempatku. Keningku mengernyit saat melihat Sooyoung berjalan begitu saja melewati Changmin, dan namja itu kemudian menahan lengannya. Mereka seperti itu untuk beberapa kali sampai akhirnya—dengan tiba-tiba, Shim Changmin menarik tangan Sooyoung dan menciumnya dengan paksa. Mataku membelalak, dan tanpa menunggu apapun lagi, akupun bergegas melangkah menghampiri mereka lalu menarik tangan Sooyoung. Membuat yeoja itu terlepas dari Changmin.

Sooyoung pasti terkejut dengan apa yang aku lakukan, tapi aku mengabaikan itu. Aku hanya menolehkan kepala sedikit ke arahnya untuk melihat apa dia baik-baik saja atau tidak sebelum akhirnya aku kembali menatap ke arah Changmin yang juga terlihat terkejut. Tapi ekspresinya berubah kesal saat mengetahui bahwa akulah yang menarik Sooyoung darinya, apalagi aku hanya memberikan senyum singkat ke arahnya. Aku bahkan melihat satu tangannya yang mengepal, seperti ingin memukulku atau bagaimana.

“Mwohaneungeoya?” tanya Changmin dengan nada menahan kesal.

Aku diam saja.

“Ya!

Aku kembali menoleh ke arah Sooyoung, “Maukah kau masuk ke dalam studio dulu?” tanyaku.

Oppa, aku—”

Andwae, Sooyoung-ah. Tetap disini saja” sahut Changmin menyela perkataan Sooyoung. Tapi saat dia akan menarik kembali tangan Sooyoung, cepat-cepat aku menyingkirkannya. “Micheosseo?!” gertaknya kemudian.

“Aku gila? Geurae, aku memang gila, Changmin-ssi” kataku. “Tapi aku tak segila kau yang melakukan hal seperti itu di depan yeoja secara paksa”

Changmin tertawa singkat, “Kau senang mencampuri urusan orang lain, bukan?”

“Tidak, tentu saja tidak” sahutku dengan cepat. “Jujur saja, aku bukan tipe orang yang akan mencampuri urusan orang lain jika itu tak ada kaitannya denganku”

“Kalau begitu pergilah. Ini adalah urusanku dengan Sooyoung, tak ada kaitannya denganmu”

“Tak ada urusannya denganku? Begitu?”

Changmin menatap Sooyoung yang terus diam di belakangku, lalu dia kembali mengarahkan pandangannya padaku. “Geurae, itu memang bukan urusanmu dan kau–”

“Apa itu juga tetap bukan menjadi urusanku jika aku menyukai Sooyoung?” kataku jujur—dan aku tak mempedulikan bagaimana reaksi Sooyoung untuk itu. Aku melanjutkan bicara, “Aku menyukainya, seperti halnya kau menyukainya. Karena itulah sekarang menjadi urusanku, bukan?”

Neo—” Changmin maju satu langkah, dan aku tetap bergeming di tempatku. “Sejak kapan kau menyukainya?”

“Kenapa kau ingin tahu?”

Ya! Tentu saja aku ingin tahu. Karena yeoja yang kau sukai itu juga yeoja yang aku sukai sejak dulu”

Aku tertawa, “Kau menyukainya sejak dulu?” ulangku. “Dan apa yang kau lakukan sejak dulu saat kau menyukainya? Apa kau harus menunggu sampai ada namja lain yang menyukai yeoja yang kau sukai, dan kau baru mengakui perasaanmu padanya?”

Changmin diam saja.

“Kau tahu… Kau adalah namja paling pengecut yang pernah aku temui” kataku mengabaikan diamnya Changmin. “Kau bahkan sangat pengecut untuk mengakui perasaanmu di depannya”

Tanpa menunggu tanggapan dari Changmin, aku langsung menarik Sooyoung dan mengajaknya masuk ke dalam studio. Sooyoung sama sekali tidak berkomentar meskipun dia terus membiarkanku membawanya masuk ke salah satu ruangan di studio ini. Dia bahkan terus diam saat kami sampai di dalam ruangan khusus latihan. Membuatku bertanya-tanya apa dia baik-baik saja atau dia masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi? Aku mengerti jika dia terkejut, bukankah dia baru saja dicium oleh Changmin dan mendengarkan pengakuanku? Yeoja mana yang tidak terkejut saat mengalami dua hal itu secara bersamaan?

Gwenchana?” tanyaku pada akhirnya karena suasana hening terlalu lama. “Kau ingin minum sesuatu? Biar kuambilkan”

Sooyoung menggelengkan kepala dengan cepat tapi belum juga bersuara.

Aku menghela napas singkat sebelum berkata, “Mianhae. Kau pasti terkejut, ‘kan?”

Eo,” jawab Sooyoung. “Itu—itu—cheoeumingayo

“Bahwa seorang namja menciummu dan namja lainnya mengakui perasannya di depanmu?” sambungku dengan cepat karena aku mengerti apa yang ingin dia katakan. “Ini juga pertama kalinya bagiku, Sooyoung-ah” Aku menambahkan.

Oppa, apa yang kau katakan di depan itu benar?” tanya Sooyoung kemudian. “Maksudku… Apa kau, emm—benar kau—”

“Aku menyukaimu?” selaku lagi.

Sooyoung tak menjawab tapi aku melihat sekilas anggukkan kepalanya.

Aku menghela napas panjang sebelum berbicara, “Geurae. Nan joahae, jinjja joahaeyo”

“Waeyo?”

“Oh? Waeyo?” Aku terkejut karena Sooyoung justru bertanya seperti itu padaku.

Sooyoung mengangguk pelan sambil terus menatapku dengan lekat.

Emm—molla,” jawabku. “Aku tak tahu alasan yang tepat kenapa aku menyukaimu. Hanya saja setiap kali kita berbicara, aku jatuh cinta padamu lagi dan lagi”

“Meskipun kau tahu bagaimana keadaanku?”

Eo. Meskipun aku tahu kau menyukai namja lain, aku tetap menyukaimu, Sooyoung-ah” kataku mengiyakan perkataan yeoja itu. “Aku tak pernah mempermasalahkan apa kau akan menyukaiku juga setelah aku mengakui perasaanku padamu seperti ini. Tapi setidaknya sekarang kau tahu bahwa saat kau menunggu seseorang, ada seseorang lain yang juga menunggumu”

“Oppa—”

“Gwenchana,” sahutku dengan cepat sebelum Sooyoung bahkan menyelesaikan kalimatnya. “Aku tak akan memintamu untuk memberiku jawaban atau bagaimana. Paling tidak sekarang aku bisa bernapas lega karena aku tak perlu menyembunyikan apapun lagi di depanmu”

“Sejak kapan… Sejak kapan kau menyukaiku, oppa?” tanya Sooyoung masih ingin tahu.

Aku tersenyun tipis, “Sejak aku mengakui di depan publik bahwa kau adalah tipe yeoja ideal-ku. Sejak itulah aku menyukaimu, dan tipe yeoja-ku pun tak pernah berubah sejak dulu. Itu selalu kau,”

Geureom… Apa yang kau lakukan di program We Are On Dating itu tidak seluruhnya akting?”

Eo. Aku melakukannya dengan setulus hatiku, karena aku menyukaimu” Aku menjawab. “Mungkin kau menganggap itu hanyalah akting, tapi aku tidak. Dan sekarang, setelah kau mengetahui perasaanku padamu… Aku mau hubungan kita tetap sama, Sooyoung-ah

Oh? Tetap sama?” sahut Sooyoung kembali terkejut.

Aku mengangguk. “Eo. Tetap sama seperti ini. Apa kau mau?”

Oppa, bagaimana aku bisa melakukannya?”

“Kau bisa melakukannya saat bersama Changmin-ssi, kenapa aku tidak?” kataku dengan cepat. “Sooyoung-ah, jangan jadikan pengakuanku ini sebagai beban untukmu. Aku menyukaimu, dan kau tak harus menyukaiku juga. Aku cukup senang dengan hanya mengobrol denganmu dan menghabiskan waktu denganmu, seperti yang biasa kita lakukan”

Sooyoung diam saja sambil menundukkan kepala.

“Gwenchana?” tanyaku dengan lembut.

Sooyoung mendesah pelan, lalu dia kembali mengangkat kepalanya. “Oppa, kurasa aku—aku ingin sendirian dulu. Josanghaeyo” katanya langsung membalikkan badan dan pergi begitu saja dari hadapanku.

Aku menghela napas panjang saat melihat yeoja itu pergi dan akupun tak berencana untuk mengejarnya. Mungkin dia memang sedang membutuhkan waktu untuk sendiri setelah apa yang terjadi padanya. Bukankah itu hal yang tidak biasanya menerima ciuman seseorang dan mendapat pengakuan dari orang lainnya? Tapi mengingat bagaimana Shim Changmin tadi mencium Sooyoung membuatku terdorong untuk mengakui perasaanku di depan yeoja itu meskipun sebenarnya bukan dengan cara seperti itu seharusnya aku mengatakannya. Karena—jujur saja, aku sudah menyiapkan sesuatu untuk Sooyoung saat aku pada akhirnya memutuskan untuk mengakui perasaanku padanya.

Setelah beberapa saat aku hanya terpaku diam di tempatku, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari studio sekedar untuk mencari udara segar. Aku juga perlu memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah aku mengungkapkan semua perasaanku pada Sooyoung. Karena aku benar-benar tak tahu harus bagaimana meskipun sebelumnya aku memintanya untuk tetap bersikap biasa padaku. Tapi apa mungkin itu akan bisa dilakukan, baik olehku maupun Sooyoung? Aku justru khawatir setelah ini Sooyoung berubah sedikit canggung padaku, dan aku tak mau sampai itu terjadi.

“Apa kau puas sekarang?” Sebuah suara langsung terdengar begitu aku berada di luar studio.

Kepalaku menoleh, dan melihat Shim Changmin yang sedang berdiri sambil menyender ke tembok samping studio. Tangannya terlipat di depan dada. Dia menatapku dengan tajam sebelum sebuah senyuman mengejek terlihat di wajahnya. Aku mengarahkan pandangan ke sekitarku, memeriksa apa ada banyak orang yang melintas atau—mungkin para wartawan yang sedang memburu berita tak peduli waktunya siang ataupun malam.

“Apa kau takut?” celetuk Changmin.

Aku tersenyum tipis, “Takut? Kurasa tak ada alasan yang membuatku takut disini” kataku. “Tapi bukankah lebih etis jika kita tidak membicarakan apapun disini?”

“Begitu?” sahut Changmin masih dengan posisi yang sama. “Kurasa kau sedang memikirkan reputasimu, ‘kan?”

Aku diam saja kali ini. Bukan karena aku membenarkan perkataannya tapi karena aku malas untuk memberikan tanggapan lagi karena sepertinya dia sedang berusaha memancing kemarahanku saat ini.

“Bagaimana rasanya setelah mengungkapkan perasaanmu pada yeoja yang kau sukai?” tanya Changmin mengabaikan sikap diamku. “Kau pasti sangat gugup, ‘kan?”

“Apa yang kau inginkan?” Aku balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Changmin itu. “Apa yang kau inginkan sebenarnya? Huh?!” gertakku.

Changmin tak langsung menjawab, tapi dia melangkah menghampiriku terlebih dahulu. Setelah dia berada tepat di hadapanku, dia baru berkata. “Jauhi Sooyoung. Dia milikku dari awal, dan kami saling mencintai”

“Bagaimana jika aku tak mau?” tanyaku menantang karena aku bahkan tak takut padanya. “Apa yang akan kau lakukan jika aku tak mau menjauhi Sooyoung?”

“Aku mungkin akan membuat Sooyoung membencimu dan kau–”

“Changmin-ssi,” Aku menyela perkataan Changmin dengan cepat. Lalu aku melipat kedua tanganku di depan dada. “Apa kau tahu hal bodoh apa yang sudah kau lakukan selama ini?”

Changmin tak menyahut, hanya satu alisnya yang terangkat sambil terus menatapku dengan tajam.

“Kau melakukan tindakan paling bodoh untuk seorang namja. Dan aku yakin kau pasti sudah mengetahuinya” kataku melanjutkan. “Apa kau pikir setelah kau mencium Sooyoung, itu akan membuat Sooyoung menjadi milikmu?”

“Apa yang sedang kau katakan–”

“Tidak, Changmin-ssi” potongku tak memedulikan dia sedang berbicara. “Dia mungkin telah menjadi milikmu secara tidak langsung, tapi sayangnya kau sendiri bahkan tak menyadari apa yang sudah kau miliki. Kau tak menjaganya, kau tak mengakuinya, dan kau bahkan membiarkannya menunggumu. Ah~ apa kau bahkan tak menyadari bahwa dia menunggumu?”

“Ya!”

“Apa seperti itu caramu memperlakukan yeoja yang kau sukai dan menyukaimu? Membuatnya menunggu tanpa kepastian?” kataku dengan suara yang sengaja aku naikkan. Aku tertawa kecil, “Siapa yang akan Sooyoung benci sekarang? Kau yang telah membuatnya menunggu lama, dan menyakitinya lalu menciumnya atau aku yang mengakui perasaanku di depannya setelah aku menyadari diriku bahwa aku menyukainya?”

“Ya!”

Aku menggeleng-gelengkan kepala, “Mungkin sebaiknya kau memikirkan dirimu sendiri dan belajar untuk memperlakukan yeoja dengan baik sebelum kau menjadikannya milikmu, Changmin-ssi” kataku langsung pergi begitu saja dari hadapan Changmin.

__

Sooyoung POV

Aku tak tahu apa yang sedang aku pikirkan sekarang. Ciuman Changmin dan pengakuan Kyuhyun terus menguasai diriku sampai saat ini. Aku masih tak percaya bahwa aku akan mengalami hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Bagaimana bisa Changmin menciumku? Dan bagaimana bisa Kyuhyun menyukaiku? Semua yang terjadi itu memang baru kali ini aku mengalaminya, tapi kenapa aku justru merasa ini terlihat runyam bagiku? Aku tak menyangka jika pada akhirnya Changmin mengakui perasaannya di depanku, dan bahkan sampai menciumku. Tapi aku tak tahu kenapa aku tak lagi merasakan sesuatu—seperti yang saat ini aku rasakan jika ada namja itu di dekatku. Aku tak merasa senang atau bagaimana. Hanya terkejut. Itu saja. Bukankah itu aneh?

Aku meletakkan kepalaku di atas meja sambil memperhatikan segelas orange juice di hadapanku. Pikiranku kembali melayang pada kejadian malam itu, tapi bukan saat Changmin menciumku melainkan saat Kyuhyun tiba-tiba menarikku menjauh dari Changmin dan bagaimana dia mengatakan perasaanya tanpa ada keraguan sedikit dalam nada bicaranya. Aku terkesan, tapi juga terkejut karena dia telah menyimpan perasaannya padaku untuk waktu yang cukup lama. Bukankah apa yang dia alami itu sama dengan apa yang aku alami? Menunggu.

“Apa yang sedang kau lakukan? Pagi-pagi seperti ini terlihat seperti orang yang kehilangan semangat”

Aku langsung menegakkan posisi tubuhku mendengar suara Seo Yeo Jin, dan menoleh menatapnya.

Yeo Jin balas menatapku dengan satu alisnya yang terangkat. “Kau tidak sakit, ‘kan?”

“Tentu saja tidak,” kataku langsung menjawab.

Asistenku itu tersenyum tipis, lalu menggeret kursi di hadapanku dan duduk di atasnya. “Geureom… Waegeurae? Achimbuteo,” tanyanya ingin tahu sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja.

Gwenchana,” jawabku singkat. “Kenapa kau tiba-tiba datang ke sini, sepagi ini?”

“Memangnya aku tak boleh datang kesini saat kau tak memiliki jadwal apapun hari ini?” sahut Yeo Jin. “Aku sudah terbiasa datang pagi-pagi sekali kesini, jadi rasanya aneh jika aku tak melakukannya bahkan saat kau sedang mengambil istirahat”

“Ah, geuriguna~”

Ya! Sebenarnya ada apa? Kenapa kau tiba-tiba meminta waktu istirahat seperti ini? Apa sesuatu terjadi?” Yeo Jin kembali bertanya. “Kau tak biasanya seperti ini. Beberapa hari inipun aku melihatmu sering melamun, bahkan saat syuting untuk filmmu terakhir kali”

Aku tersenyum singkat, lalu memilih untuk mengaduk-aduk orange juice-ku terlebih dahulu sebelum memberikan tanggapan.

“Aku benar, ‘kan? Ada sesuatu yang terjadi, ‘kan?” kata Yeo Jin lagi tak membiarkanku untuk menanggapi perkataannya yang sebelumnya terlebih dahulu.

Aku menghela napas panjang, “Eo. Majayo. Memang ada sesuatu yang terjadi,” kataku karena memang aku belum memberitahu siapapun tentang apa yang terjadi saat itu.

“Apa itu?”

“Sepertinya aku sedang menghadapi masalah besar,” kataku pelan sambil menundukkan kepala.

“Masalah besar?” sahut Yeo Jin. “Memangnya masalah besar seperti apa?”

Aku ragu untuk memberitahukannya pada Yeo Jin karena khawatir dengan reaksinya. Tapi jika aku diam saja, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Ya! Katakan saja padaku. Bukankah aku ini temanmu?” desak Yeo Jin karena aku belum juga mengatakan sesuatu selama beberapa saat.

Aku mengangkat kembali kepalaku, lalu menatap Yeo Jin dengan serius. “Kau tahu selama ini aku menyukai Changmin oppa, dan aku menunggunya, ‘kan?” suaraku terdengar lirih saat mengatakannya. “Yah—dia akhirnya menyatakannya di depanku meskipun apa yang dia katakan justru tidak membuatku senang, tapi justru membuatku terluka”

“Apa yang dia katakan?”

“Aku mencintaimu, tapi kita tak bisa bersama karena kita bersahabat. Sesuatu seperti itu,”

Geuraesseo?” Yeo Jin terlihat tidak begitu terkejut dengan apa yang aku katakan. Seakan-akan dia sudah mengatahui hal seperti itu akan terjadi.

“Lalu dia menciumku bebera—”

“Mwo?!” seru Yeo Jin dengan keras—memotong perkataanku. “Dia menciummu?”

Aku mengangguk pelan. “Em. Ciuman yang sebenarnya,”

“Bagaimana itu bisa terjadi?”

Aku menjelaskan semua kejadian saat berada di studio yang biasanya menjadi tempat Kyuhyun latihan. Selama aku bercerita itu, Seo Yeo Jin terus mengeluarkan ekspresi terkejut meskipun tak ada yang dia katakan. Tak ada satu kejadian pun yang terlewat aku ceritakan karena semua itu masih terlihat jelas di pikiranku. Sesekali aku menyinggung masalah saat aku juga bertemu dengan Kyuhyun dan Changmin di Hanyang Daseong, dan perubahan sikap Kyuhyun sejak saat itu. Anehnya, Yeo Jin justru bersikap biasa saat aku menyebut nama Kyuhyun. Reaksinya jauh berbeda saat aku menyebutkan nama Changmin.

“Sekarang apa yang harus aku lakukan, eonni?” tanyaku setelah mengakhiri ceritaku. “Bukankah itu aneh?”

“Aneh?” sahut Yeo Jin. “Dimananya?”

“Yah—kau tahu, eonni. Perasaan biasa saat Changmin oppa menciumku” jawabku sambil mengingat apa yang aku rasakan saat itu. “Aku bahkan lebih gugup dan rasanya jantungku pun lebih berdebar saat Changmin oppa menciumku untuk keperluan syuting daripada saat itu”

“Kau yakin?” tanya Yeo Jin seakan memastikan.

Eonni, apa kau pikir aku tak bisa mengenali perasaanku sendiri?” sahutku tanpa ragu. “Aku memang terkejut saat itu, tapi rasanya benar-benar hampa. Aku tak lagi merasakan apapun saat Changmin oppa bahkan memegang tanganku”

“Yah, aku tak tahu kalau begitu” komentar Yeo Jin kemudian. “Hanya kau yang bisa merasakan apa yang kau rasakan, ‘kan?”

Aku menjawabnya dengan anggukkan kepala.

Yeo Jin melanjutkan, “Jadi bagaimana dengan Kyuhyun-ssi?

“Oh?” celetukku terkejut, dan aku tak tahu kenapa tiba-tiba jantungku serasa berdebar lebih cepat meskipun hanya sesaat. “K-Kenapa dengan Kyuhyun oppa?”

Seo Yeo Jin tersenyum singkat, “Bukankah katamu dia mengakui perasannya padamu? Marhaejwoyo, cheoumingayo majjyo?”

Oh?”

“Jadi, bagaimana rasanya mendapat pengakuan dari seseorang yang selama ini dekat denganmu?” katanya lebih menjelaskan.

“Emm—” Aku tak tahu harus mengatakan apa untuk menanggapinya. “Yah, jujur saja aku cukup terkejut dan emm—saat itu aku tak tahu harus bersikap bagaimana di depannya”

“Apa jantungmu berdebar?” Seo Yeo Jin seperti sedang memancingku.

Aku mendesah, “Molla—” kataku singkat meskipun sebenarnya akupun merasakan apa yang dikatakan asistenku itu.

Ponselku bergetar, dan seluruh perhatianku—maupun Yeo Jin langsung teralih. Aku menatap layar ponsel di atas meja dan melihat nama Kyuhyun yang tertera disana. Jantungku kembali berdegup kencang, dan ini pertama kalinya aku merasa seperti ini saat namja itu meneleponku. Aku benar-benar tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku kali ini. Kenapa rasanya semua yang aku rasakan pada Changmin sebelumnya kini mulai beralih pada Kyuhyun setelah namja itu mengungkapkan perasaannya padaku?

“Kenapa tidak kau angkat?” tanya Yeo Jin memecah keheningan, “Itu dari Kyuhyun-ssi, ‘kan?”

Aku mengangguk singkat. Lalu tanpa mengatakan apa-apa pada Yeo Jin, akupun mengambil ponsel itu dan menekan tombol jawabnya. “Yeoboseyo?” sapaku sambil mendekatkannya ke telingaku.

Oh, yeoboseyo, Sooyoung-ah” Kyuhyun menjawab dengan nada bicaranya yang terkejut. “Mianhae, aku menganggumu. Apa kau sudah melihat berita hari ini?”

“Berita?” sahutku seraya melirik ke arah Yeo Jin yang langsung mengambil ponselnya sendiri. “Memangnya ada berita apa, oppa?” tanyaku tak sabar menunggu kabar dari asistenku itu.

Emm—itu tentang kejadian malam itu, Sooyoung-ah. Kau tahu saat kau–”

Daebak!” seru Yeo Jin dengan keras. Membuat perhatianku kembali teralih padanya. “Ya! Sooyoung-ah! Lihat ini!” Yeo Jin menunjukkan ponselnya padaku.

Oppa, aku tutup dulu teleponnya. Mianhaeyo,” kataku cepat-cepat berbicara pada Kyuhyun. “Sepertinya asistenku sudah menemukan berita yang kau maksud itu,”

Geurae, geurae. Telepon aku juga kau membutuhkan sesuatu, arraseo?” kata Kyuhyun memberi tanggapan.

Em,” jawabku sambil menutup sambungan teleponnya. Lalu akupun beralih pada Yeo Jin yang sedang membaca sesuatu di dalam ponselnya. “Berita seperti apa memangnya?”

Ya! Neo—” seru Yeo Jin seraya mengangkat kepalanya dan menatapku dengan tajam. “Kau ada di berita utama dimana-mana dan lihat namamu–”

Tanpa menunggu Yeo Jin menyelesaikan kalimatnya, aku langsung mengambil ponselnya. Mataku membelalak melihat foto-foto yang ada di sana. Itu semua adalah foto-fotoku dengan Shim Changmin saat namja itu sedang menciumku. Kyuhyun juga ada disana, tapi wajahnya sama sekali tidak terlihat—hanya punggungnya saja yang tertangkap kamera. Sementara aku dan Changmin terlihat sangat jelas, bahkan saat dia menciumku.

E—Eotteokaji?” gumamku tak tahu harus bereaksi bagaimana lagi. Aku bahkan tak perlu membaca isi artikel-nya karena aku sudah tahu apa isinya melihat dari foto-foto yang ditampilkan di dalamnya. “Eonni, eotteoke?” tanyaku sambil menatap Yeo Jin yang juga terlihat terkejut.

Gwencha—” Kata-kata Yeo Jin selanjutnya terhenti karena ponselnya—yang ada di tanganku berdering. Aku sempat melihat nama manajer Bae di sana, sebelum menyerahkannya kembali pada Seo Yeo Jin. “Soyeon eonni yang menelepon” katanya memberitahuku.

Aku diam saja.

Jamkkaman,” kata Yeo Jin lagi langsung mengangkat telepon yang masuk itu dan berbicara pada manajer-ku. “Ne, eonni. Ne, algeisseoyo—

Aku langsung bangkit dari tempatku, memilih untuk tidak mendengarkan percakapan antara asistenku dan manajer-ku itu. Bukan karena aku tak mau tahu, tapi karena aku lebih baik memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini. Jujur saja, aku tak pernah menyangka jika saat itu akan ada orang yang melihat kami dan bahkan sampai memotret kami. Mengingat hari yang sudah sangat larut, dan tak mungkin ada orang yang masih berkeliaran—kecuali untuk orang-orang yang bekerja sampai malam. Lagipula kawasan studio itu bukanlah kawasan yang ramai dengan banyak orang yang berlalu-lalang. Lalu kenapa ada yang berhasil menangkap kejadian itu?

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

__

Kyuhyun POV

Aku menghempaskan tubuhku yang terasa sangat lelah ke sofa di apartemenku yang memang hanya aku jadikan tempat untuk tidur—meskipun hanya sebentar, saat jadwalku sedang padat. Jujur saja, aku memang jarang sekali pulang ke apartemenku sendiri yang berada di kota Seongnam ini karena jadwalku yang mengharuskanku untuk tinggal di apartemen sementara yang disediakan agensi di Seoul. Bukan karena apa-apa, tapi untuk kepentinganku sendiri karena biar bagaimanapun apartemenku itu memang cukup jauh dari Seoul.

Aku menyandarkan kepala di sofa, lalu menghela napas panjang. Segala rasa penat yang terus memburuku selama beberapa hari ini aku biarkan menguasai diriku. Yah—memang, setelah aku mengakui perasaanku itu pada Sooyoung, aku selalu memikirkan yeoja itu. Apalagi sekarang ada sebuah rumor yang melibatkan Sooyoung, dan juga aku meskipun sejauh ini tak ada yang mengetahui bahwa namja selain Changmin di foto itu sebenarnya adalah aku. Diluar Sooyoung dan Changmin, hanya manajer dan asistenku saja yang mengetahuinya karena aku memang menceritakan apa yang terjadi sebenarnya saat rumor itu muncul.

Aku memejamkan mata sebentar tapi kemudian bayangan wajah Sooyoung muncul kembali di pikiranku. Semua ekspresi wajahnya, baik saat dia tersenyum, tertawa atau bahkan menangis. Rasanya seperti aku benar-benar bisa merasakan semua yang yeoja itu rasakan setiap kali aku bersamanya dan dia berbagi cerita denganku. Meskipun terkadang tak ada yang bisa aku lakukan selain hanya menjadi pendengar yang baik untuknya.

Suara dering ponsel yang terdengar membuatku kembali membuka mata. Tanpa mengganti posisi, aku mengambil ponselku yang ada di saku jaket dan menatap layarnya sesaat sebelum menekan tombol jawabnya. Sebenarnya aku enggan mengangkat telepon dari siapapun—terutama manajer dan asistenku, tapi aku tak mungkin membiarkan mereka tak tahu apa yang sedang aku lakukan sekarang disaat aku masih melakukan promosi untuk album repackaged-ku yang baru keluar.

Eo. Waegeurae, Taesung-ah?” tanyaku sedikit malas.

Hyungnim, eodiseoyo?”

“Pangyo-dong,”

Ah, kupikir kau pergi ke studio. Aku berpikir untuk menyusulmu kesana karena kau memintaku untuk tidak mengikutimu setelah jadwalmu selesai” kata Taesung memberitahu. “Yasudah kalau begitu, hyungnim. Manfaatkan waktu istirahatmu ini, dan jangan memikirkan hal lainnya terlalu dalam. Jika kau sakit atau apa, Jae Min hyungnim pasti akan memarahiku karena membiarkanmu sendirian”

Geurae, arraseo” sahutku dengan cepat. “Kkeut—” Aku langsung menutup sambungan telepon Taesung itu.

Aku mendesah panjang, lalu meletakkan ponselku di kursi sebelahku. Pandangan mataku menerawang, tak tahu harus melakukan apa di sela-sela istirahatku sekarang. Aku bukannya tak ada jadwal atau bagaimana, tapi memang di awal minggu seperti ini tak ada acara musik dan show-show lainnya. Kecuali memang jika ada event-event yang perlu aku hadiri, mungkin waktu tak akan luang seperti ini—meskipun hanya satu hari.

Belum lama ponselku tenang, benda itu kembali berdering. Rasa enggan untuk melihat nama yang tertera di layarnya masih hadir tapi aku tetap melihatnya meskipun dengan sebelah mata. Tapi kemudian, aku langsung bangun dari posisiku saat melihat nama Sooyoung-lah yang ada disana. Aku cukup terkejut yeoja itu kembali meneleponku setelah beberapa hari ini kami sama sekali tak saling menghubungi. Terakhir adalah saat aku memberitahunya tentang berita yang menyeret namanya dan Changmin itu.

Ne, Sooyoung-ah” kataku setelah mendekatkan ponsel ke telingaku.

“Apa aku menganggumu, oppa?” Sooyoung bertanya dengan nada bicaranya yang sangat pelan.

Ani” jawabku langsung. “Kebetulan sekali aku sedang tak ada jadwal apapun. Waeyo?”

Sooyoung tak langsung menjawab, tapi aku sempat mendengar helaan napasnnya. Aku sengaja tak mengatakan apa-apa terlebih dahulu karena menunggunya berbicara. Lagipula aku sendiri tak tahu harus mengatakan apa padanya.

Oppa, bisakah aku menemuimu?” ucap Sooyoung setelah dia diam cukup lama.

Gwenchanayo?”

Em. Geunyang—

Arraseo” sahutku dengan cepat bahkan sebelum Sooyoung menyelesaikan kalimatnya. “Aku akan pergi menemuimu. Kau dimana sekarang?”

“Gereja,”

Oh? Gereja?” ulangku karena mungkin aku salah dengar.

“St. John, di Bundang-gu

Aku menarik napas pelan, lalu menjawab. “Geurae. Aku akan segera kesana”

Gidarilkeyo,” kata Sooyoung seraya menutup teleponnya.

Cepat-cepat aku beranjak dari tempatku, lalu pergi keluar dari apartemen. Gereja St. John itu terletak tidak jauh dari tempatku berada sekarang—hanya dipisahkan oleh satu dong saja, yaitu Sunae-dong. Aku tak lupa memakai topi dan masker untuk menyamarkan diriku meskipun kemungkinan orang mengenaliku kecil mengingat hari yang sudah cukup malam. Tapi siapa yang akan tahu jika mungkin saja akan ada yang berhasil mengikutiku diam-diam—atau mungkin juga Sooyoung, seperti kejadian saat itu.

Tak sampai setengah jam, aku sudah sampai di gereja St. John yang dimaksudkan Sooyoung. Gereja ini memang gereja terbesar di kota ini, bahkan di Asia. Sebenarnya gereja ini tidak jauh berbeda dengan bangunan-bangunan gereja lainnya, kecuali adanya replika Michelangelo Pietà—yang merupakan salah satunya dari hanya tiga di dunia, Hal yang unik di disana adalah tangga spriral-nya. Bangunan itu seperti merupakan bangunan yang menjadi ikon Seongnam selain fasilitas Bungee Jumping yang ada di Yuldong Park yang terletak tidak jauh dari gereja.

Tanpa menunggu apapun, aku bergegas masuk ke dalam bangunan gereja begitu sampai disana. Aku tak perlu mencari di suatu tempat—di sekitar gereja, karena mataku langsung menangkap sosok Sooyoung yang sedang duduk di salah satu bangku yang ada disana. Meskipun hanya punggung yeoja itu yang terlihat, tapi aku mengenalinya dan aku langsung bergerak ke arahnya dengan perasaan khawatir—dan juga rindu, yang tiba-tiba muncul begitu saja.

“Apa tempat seperti ini membuatmu lebih tenang?” tanyaku yang langsung memecahkan keheningan dan sepertinya membuyarkan pikirkan Sooyoung karena dia menoleh dengan cepat ke arahku—dan sedikit terkejut. Aku tersenyum tipis, lalu duduk persis di sebelahnya. “Tidak biasanya kau mengajak bertemu di tempat seperti ini. Jadi aku bertanya”

Sooyoung membalas senyumku dengan singkat sebelum dia kembali menolehkan kepala. Matanya menatap lurus ke depan. “Tempat seperti ini tak hanya membuatku lebih tenang dan nyaman, tapi juga memberikan perasaan tenang, oppa

Aku memilih untuk tidak memberi tanggapan dari perkataannya itu. Untuk sesaat aku menatap Sooyoung, tapi kemudian mengalihkan pandanganku ke tempat lain karena aku tak mau apa yang aku lakukan itu akan membuat yeoja itu tidak nyaman.

Mianhaeyo,” kata Sooyoung kembali bersuara. “Aku memintamu untuk datang kesini di larut malam seperti ini, oppa

Ani, gwenchanayo. Aku justru… senang karena kau meminta hal seperti itu padaku” jawabku jujur. “Emm… gwenchana?”

Senyum Sooyoung kembali tersungging, tapi dia masih menatap ke arah yang sama. “Rasanya ingin sekali aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Tapi bukankan itu akan membohongi diriku sendiri dan juga kau, oppa?”

Aku kembali diam.

“Aku bahkan tak bisa mengatakan apa-apa karena agensi melarangku berbicara” kata Sooyoung yang aku tahu dia sedang membicarakan tentang skandal-nya bersama Changmin—dan aku itu. “Tapi dengan aku diam, aku justru merasa bersalah. Tidak hanya pada diriku sendiri, tapi juga orang lain, fans-ku, yang selama ini terus mendukungku”

“Apa kau merasa terbebani?” tanyaku ingin tahu.

“Terbebani?” Sooyoung bertanya sambil menoleh ke arahku. “Eo, jokkeum

“Itu karena sebenarnya kau juga menyukainya tapi kau tak bisa mengatakannya di depan publik bahwa—”

Aniyo, bukan karena itu” Sooyoung menyela perkataanku yang bahkan belum selesai. “Tapi karena kau, oppa” lanjutnya kemudian.

Mataku membelalak, “Aku?” ujarku terkejut.

Sooyoung menganggukkan kepala.

Aku mendesah panjang, lalu kembali berbicara. “Apa maksudmu pengakuan perasaanku padamu itu, Sooyoung-ah?”

Kepala Sooyoung kembali mengangguk.

Mianhae geureom. Aku tak bermaksud membebanimu ataupun—”

Jinjja joahaeyo?” Sooyoung menyelaku untuk kedua kalinya. Dia menatapku dengan lekat saat mengatakannya, membuat jantungku tiba-tiba berdebar. “Oppa… apa kau benar-benar menyukaiku?” Dia bertanya sekali lagi.

Aku balas menatap Sooyoung dengan lekat. “Eo. Na jinjja joahaeyo” jawabku tanpa ragu. “Apa kau meragukan perasaanku, Sooyoung-ah?”

Aniyo. Nan geunyang deudgo sipeoyo

Aku tak bisa menahan diriku untuk tidak tersenyum mendengar Sooyoung berkata seperti itu. Bahwa dia senang mendengarku mengatakannya.

Oppa,” Sooyoung memanggil padahal aku belum memberinya tanggapan. “Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?” tanyanya kemudian.

Oh?” sahutku terkejut. “Em. Apa itu?”

Gidaryeo,” kata Sooyoung. “Bukankah katamu cinta itu penantian?”

Aku mengangguk pelan.

Sooyoung meneruskan, “Menunggu itu sesuatu yang melelahkan, tapi sekarang aku justru memintamu untuk menunggu. Apa itu tak apa-apa, oppa?”

Em. Gwenchana” kataku tanpa ragu sedikitpun.

Sooyoung memalingkan wajahnya dariku sebelum dia kembali bicara. “Aku telah belajar bahwa menunggu adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan, dan aku sudah terbiasa dengan perasaan itu. Tapi mengetahui bahwa kau bersamaku, aku rasa itu akan berubah menjadi sesuatu yang lebih mudah”

“Sooyoung-ah,

“Karena itu, oppa… Tunggulah aku sebentar,” Sooyoung tak memberiku kesempatan untuk mengatakan sesuatu padanya, tapi aku sama sekali tak mempermasalahkan itu. Karena jujur saja, sampai saat ini aku bahkan tak tahu harus mengatakan apa di depannya. Sooyoung kembali bersuara, “Waktu menungguku untuknya sudah berakhir, dan aku tak mau lagi menunggu meskipun… kau tahu, pada akhirnya dia mengatakan tiga kata sederhana itu dan mulai menunjukkan harapan untukku”

Arra, Sooyoung-ah” komentarku singkat.

Geundae… Apa kau pernah tahu seberapa banyak cinta akan mengalir di tubuhmu? Seberapa banyak cinta akan membuatmu bahagia saat saling bersentuhan?” Sooyoung berhenti sesaat untuk menarik napas pelan. Lalu diapun tersenyum dan melanjutkan, “Tidak, tak ada yang pernah tahu itu. Begitupula aku. Karena semuanya sudah berubah, dan aku tahu alasan kenapa semua itu berubah”

“Apa?”

“Kau, oppa” jawab Sooyoung segera sambil menatap ke arahku lagi. “Ada banyak hal yang sebenarnya belum bisa aku mengerti, tapi rasanya saat-saat bersamamu itu adalah saat yang sangat berharga untukku”

Aku kembali terkejut mendengar perkataan Sooyoung itu. “Kau—apa itu artinya kau—kau menerima perasaanku?” tanyaku langsung menyimpulkan.

“Aku memintamu untuk menunggu, oppa

Aku tersenyum. “Geurae, gidarilke, Sooyoung-ah” kataku. “Kau tahu, aku akan menunggumu, dan terus menunggumu. Karena saat kau yakin dengan apa yang kau inginkan, aku akan disini. Menunggu saat kau pada akhirnya akan datang padaku dengan seluruh perasaanmu”

Sooyoung membalas tersenyum, “Gomawo karena kau mau menungguku, oppa

Aku mengangguk.

Untuk beberapa saat kami sama-sama diam, dan aku tak memiliki topik pembicaraan apapun sekarang. Meskipun sebenarnya aku ingin bertanya tentang skandal yang akhir-akhir sedang ramai di bicarakan oleh orang, tapi rasanya tidak bagus untuk menanyakannya di suasana seperti ini. Apalagi Sooyoung baru saja membuka hatinya untukku—walaupun dia tidak secara langsung mengatakannya. Setidaknya aku tahu bahwa dia memberiku kesempatan untuk menunjukkan perasaanku yang tulus padanya.

Oh, oppa. Lagumu—” seru Sooyoung tiba-tiba. “Apa kau—”

“Itu lagu untukmu,” sahutku dengan cepat dan jujur di depan Sooyoung. “Aku membuat lagunya karena aku—saat itu aku tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padamu, Sooyoung-ah

Ah, geuriguna” komentar Sooyoung. “Gomawoyo, oppa

“Terimakasih untuk apa?” tanyaku heran.

“Karena membuatkan lagu untukku” jawab Sooyoung sambil memperlihatkan senyum tipisnya. “Setidaknya aku tahu bahwa ada orang sepertimu disampingku, oppa

Neo—” Aku berhenti sebentar karena ragu untuk mengatakannya. Tapi setelah menghela napas, akupun memutuskan untuk melanjutkan apa yang sebelumnya ingin aku katakan. “Gwenchana?” tanyaku.

Sooyoung diam saja.

Himndeuro?”

E-Eo. Jokkeum” kata Sooyoung sambil menundukkan kepalanya.

Aku menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan sebelum mengganti posisi dudukku agar lebih dekat dengan Sooyoung. Tanpa ragu—dan tanpa menunggu apapun, aku langsung mengangkat sebelah tanganku dan mengusap pelan kepalanya. Apa yang aku lakukan ini membuat Sooyoung mengangkat lagi wajahnya. Dia menatapku, dan saat itulah aku melihat ada sesuatu yang basah di pipinya. Aku menghapusnya sambil menggelengkan kepalaku—memintanya untuk tidak menangis lagi.

“Tertawalah, bahkan saat kau merasa terlalu sakit atau lelah. Dan tersenyumlah, bahkan saat kau berusaha untuk tidak menangis dan air matamu mengaburkan pandanganmu. Bernyanyilah, bahkan saat orang menatapmu dan berkata kau tak bisa menyanyi. Berlarilah, bahkan saat kau merasa seperti kau tak bisa berlari lagi” kataku berusaha menenangkan Sooyoung. “Tapi kau harus selalu ingat, Sooyoung-ah… bahkan saat sesuatu melukai hatimu, itu semua menjadi pengalaman untuk menjadi dirimu yang sekarang. Dan tanpa pengalaman itu, kau hanyalah sebuah halaman kosong, sebuah lirik yang hilang”

Sooyoung terus menatapku.

Aku terus berkata, “Apa yang membuatmu berani adalah keinginanmu untuk melewati masa sulitmu dan terus mengangkat kepalamu. Jadi jangan pernah takut ataupun khawatir karena kau yeoja yang kuat sekarang, bahkan setelah semua yang terjadi padamu kau akan bisa mengatasinya”

Oppa—”

Aku mengusap pelan kepalanya dan dengan penuh kasih sayang. Mata kami saling bertemu untuk beberapa saat. Lalu entah dorongan darimana, aku mulai mendekat—dengan perlahan, ke arah Sooyoung. Saat sudah sangat dekat, akupun memiringkan kepala dan mencium bibir yeoja itu dengan lembut. Sooyoung sama sekali tidak menghindariku, meskipun dia juga tidak membalas ciumanku. Tapi untuk waktu yang cukup lama, bibir kami saling bertemu dan aku bisa merasakan sesuatu yang mengalir deras ke tubuhku. Ini adalah ciuman pertamaku dengan Choi Sooyoung.

__

Sooyoung POV

Ya! Apa yang sedang kau pikirkan?” seruan Seo Yeo Jin itu membuyarkan lamunanku tentang kejadian tiga hari yang lalu saat aku bertemu dengan Kyuhyun di Gereja St. John di kota Seongnam.

Aku tersenyum tipis, “Tak ada”

Gojimal. Memangnya sudah berapa lama aku mengenalmu?” sahut Yeo Jin dengan cepat. “Kau bahkan pergi ke Seongnam sendirian beberapa hari yang lalu. Apa kau menemui seseorang disana?”

Aniyo” jawabku sedikit berbohong. “Bukankah aku sudah memberitahumu jika aku pergi ke sana untuk menenangkan diriku?”

Yeo Jin menganganggukkan kepala, “Geujyeo. Tapi entah kenapa aku yakin ada sesuatu yang terjadi saat kau menenangkan diri itu”

Aigoo… jika kau terus mencurigai sesuatu seperti ini, lebih baik kau berhenti menjadi asisten manajer dan menjadi detektif saja” komentarku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ah, eonni. Bukankah kau bertemu dengan Soyeon eonni kemarin? Bagaimana? Apa yang dia katakan?” tanyaku berusaha mengalihkan pembicaran.

Yeo Jin menghela napas panjang, tapi dia hanya diam selama beberapa saat. Membuatku berpikir bahwa sesuatu yang tidak benar mungkin sedang terjadi yang berhubungan dengan skandalku baru-baru ini. Selama seminggu ini memang aku dilarang—oleh agensi, berkomentar apapun, dan bahkan tidak diijinkan untuk muncul di televisi. Aku menerima keputusan agensi itu karena aku sendiripun tak tahu bagaimana harus menghadapi banyak pertanyaan yang mungkin saja akan menyudutkanku. Aku juga yakin para reporter akan menghubung-hubungkan skandalku dengan Changmin yang dulu pernah muncul sebelum diselesaikan oleh pihak kami berdua. Karena itulah aku memutuskan untuk ‘menghilang’ sementara—seperti yang disarankan agensi.

Mwoya—kenapa diam saja, eonni?” tanyaku lagi karena Yeo Jin cukup lama tidak mengatakan apa-apa. “Bagaimana keputusannya?”

“Jujur saja—” Seo Yeo Jin berhenti sesaat untuk kembali menghela napas. “Sooyoung-ah, aku tak tahu apa ini akan baik untukmu atau tidak”

Waeyo?” Aku bertanya sambil sesekali melirik ke arah Oh Man Sik yang sedang menyetir. “Oppa, arrayo?”

Oh Man Sik menatapku dari kaca spion, lalu dia menggelengkan kepala meskipun aku yakin dia tahu sesuatu melihat dari caranya menatapku dan Yeo Jin.

Aku mendengus kecil sambil menyandarkan tubuhku di kursi mobil. “Baiklah, diam saja kalian. Lagipula sebentar lagi kita akan tiba di agensi dan aku akan tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi”

“Sooyoung-ah,” panggil Yeo Jin dengan cepat. “Aku—emm bolehkah aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang?”

Aku menatap Seo Yeo Jin dengan pandangan heran, karena aku memang tak mengerti apa maksud perkataannya. “Perasaanku?”

Yeo Jin mengangguk, lalu dia menghela napas panjang. “Kurasa agensi… mereka—eotteoke” katanya terlihat ragu. “Geurae, kurasa agensi akan memintamu untuk benar-benar berkencan dengan Shim Changmin untuk menghentikan skandal kalian”

Mwo?!”

“Itu yang dikatakan Soyeon eonni,”

“Aku—kenapa agensi memutuskan hal seperti itu?” tanyaku. “Eonni, apa kau—apa kau bertanya kenapa mereka memutuskan seperti itu?”

Yeo Jin menggelengkan kepalanya, “Mianhae

Aku menghela napas panjang. Teringat ciumanku dengan Changmin saat itu—yang bahkan tak bisa aku rasakan lagi sensasinya. Lalu aku juga teringat dengan Kyuhyun, dan bagaimana namja itu selalu memperlakukanku dengan baik serta saat dia menciumku di gereja itu. Meskipun aku sendiri sudah memutuskan untuk melepaskan Changmin dan menerima Kyuhyun—tanpa sepengetahuan Yeo Jin, tapi kenapa hal-hal justru menjadi seperti ini? Aku bahkan tak tahu apa aku bisa bertemu dengan Changmin lagi dan menganggapnya seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu diantara kami atau bahkan berkencan karena permintaan agensi. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Mobil mulai melaju melambat, dan kemudian berhenti di halaman parkir gedung tinggi bertuliskan nama agensiku—Empire Entertainment. Aku tetap diam di tempatku meskipun mobil sudah cukup lama berhenti karena aku benar-benar tak tahu harus memberi tanggapan bagaimana—jika seandainya memang seperti itulah yang diinginkan agensi.

“Kau tak keluar?” tanya Yeo Jin setelah beberapa saat.

Aku diam saja.

“Choi Sooyoung,”

Arra, aku akan keluar” kataku bahkan sebelum Yeo Jin bertanya untuk kedua kalinya. “Geundae eonni… eotteoke?”

Mwo?”

Aku menatap Oh Man Sik yang sedang memandang ke arahku dari kaca spion, lalu akupun berbicara padanya terlebih dahulu. “Oppa, bisakah kau meninggalkan aku dan Yeo Jin eonni sebentar?”

Ah, galkka? Geurae… geurae” celetuk Oh Man Sik yang terlihat terkejut aku berbicara seperti itu padanya. “Geureom… aku akan di kafe. Yeo Jin-ah, telepon aku jika sudah selesai. Arra?”

Eo,” sahut Yeo Jin.

Oh Man Sik bergegas keluar dari mobil meskipun aku masih melihat ekspresi ingin tahu di wajahnya. Dia pasti penasaran dengan apa yang terjadi mengingat dia hampir tahu segalanya tentang apa yang terjadi padaku. Sebenarnya aku tak perlu harus meminta namja itu pergi, tapi rasanya akan lebih tidak nyaman jika aku membicarakan tentang bagaimana perasaanku yang sebenarnya karena sejauh ini—sepertinya, hanya Yeo Jin-lah yang mengetahuinya.

Waegeurae?” tanya Yeo Jin lagi.

Aku mendengus kecil lalu menundukkan kepala, “Eonni, kurasa aku tak akan bisa menerima keputusan itu”

“Keputusan apa?” Yeo Jin kembali bertanya. “Tentang kau harus menerima Shim Changmin?”

Aku mengangguk.

Wae? Bukankah itu yang selama ini kau inginkan?”

“Dulu,” jawabku sambil mengangkat kembali kepalaku. Aku menatap Yeo Jin dengan lekat. “Tapi sekarang—aku, aku membulatkan tekad untuk melepaskannya”

Oh? Jinjja?” Yeo Jin terlihat terkejut.

Eo, jinjja jinjja

Ya! Kenapa tidak dari dulu kau melakukannya?” sahut Yeo Jin dengan tegas. “Ini karena Kyuhyun-ssi, ‘kan?”

Aku tak langsung menjawab. “Aniyo, tidak sepenuhnya karena namja itu” kataku. “Aku—aku memang sudah tak memiliki rasa apapun dengan Changmin oppa

“Sejak kapan?”

Geurissae…” jawabku yang memang tak yakin sejak kapan perasaanku pada Shim Changmin mulai hilang. “Aku sudah memberitahumu, ‘kan? Saat dia menciumku, aku sama sekali tak merasakan apapun”

Yeo Jin mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Aku benar-benar tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku, eonni. Geurigo—” Pintu mobil tiba-tiba terbuka dan memotong perkataanku. “Eonni! Kamjjakiya!” seruku pada Manajer Bae yang tengah berdiri di depan pintu mobil.

“Cepatlah keluar. Sajangnim sudah menunggumu di ruangannya,” kata Manajer Bae dengan suaranya yang serius dan tegas. Akupun bergegas keluar, diikuti oleh Yeo Jin di belakangku. Lalu kami bertiga melangkah bersama memasuki gedung Empire Entertainment. “Aku tak tahu kau sudah datang jika saja aku tak bertemu dengan Man Sik di kafe. Kau ini benar-benar” komentar Manajer Bae yang berjalan dengan sangat cepat. Membuatku sedikit kesulitan untuk mengimbanginya.

Mianhaeyo,”

“Kau juga, Yeo Jin-ah! Kenapa kau tak memberitahuku?” Manajer Bae beralih pada Yeo Jin. “Bukankah dengan jelas aku mengatakan padamu agar datang kesini dengan cepat? Dan apa yang kalian lakukan di dalam mobil?”

Mianhaeyo, eonni” ucap Yeo Jin sambil menundukkan kepalanya.

Kami masuk ke dalam lift, dan disana sama sekali tak ada percakapan lagi sampai akhirnya suara denting lift kembali terdengar diikuti pintunya yang membuka. Dengan gerakan kepalanya, Bae Soyeon memintaku untuk mengikutinya dengan cepat menuju ke ruangan Lee Sajangnim. Aku tak tahu ada perasaan tidak nyaman setiap kali aku datang ke ruangan ini. Mungkin karena beberapa kali aku memasukinya itu untuk membahas mengenai skandalku yang selalu membuatku frustasi.

Ne, masuklah” Suara berat Lee Sajangnim terdengar dari dalam ruangannya untuk mempersilahkan kami masuk setelah Manajer Bae mengetuk pintunya. “Oh, waesseo—” komentarnya begitu melihatku.

Annyeonghaseyo,” sapaku sambil membungkukkan badan.

Anjaseo, anjaseo” kata Lee Sajangnim mempersilahkan kami berdua—karena Yeo Jin dilarang masuk oleh Manajer Bae, untuk duduk di sofa yang biasanya berada di tengah ruangan tapi sekarang berada di sudut ruangan. “Aku baru saja berbicara dengan Cha Sajangnim dari HB Entertainment, dan beliau juga sedang merencanakan pertemuan dengan Shim Changmin-ssi

Aku diam saja sambil menelan pahit ludahku.

“Apa kau kebetulan sudah mendengarnya dari Manajer Bae, Sooyoung-ssi?”

Mataku melirik ke arah Manajer Bae yang hanya duduk tegak sambil menatap lekat Lee Sajangnim yang duduk di depannya. Aku menghela napas untuk kesekian kalinya, lalu berkata. “Manajer Bae belum mengatakan apa-apa padaku, Sajangnim

Ah, begitu” sahut Lee Sajangnim seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia bergerak di tempat duduknya, lalu bersandar di pungung sofa. “Tapi kurasa kau mungkin sudah bisa menebaknya, maja?”

Emm—tidak”

“Ini tentang berita yang muncul baru-baru ini, tentu saja” kata Lee Sajangnim mengabaikan jawabanku. Tangannya mulai mengambil sebuah amplop cokelat di atas meja—yang bahkan tak aku sadari ada disana sejak tadi. “Bagaimana kalau kita langsung pada topik inti?”

Aku tak menjawab. Karena kurasa ini adalah sikap yang paling baik yang bisa aku ambil saat ini.

“Aku tak tahu hubungan seperti apa sebenarnya diantara kau dan Shim Changmin-ssi. Tapi bukankah sebelumnya kau berkata bahwa dia adalah temanmu? Dan hubungan pertemanan kalian sudah sangat dekat?”

Ne, geuraeseumnida

Lee Sajangnim mulai membuka amplop dan mengeluarkan isinya. Aku memandangi setiap lembar isinya yang merupakan foto-foto dimana aku dan Changmin sedang berciuman. Tapi kemudian, mataku terfokus pada namja yang saat itu sedang memunggungi siapapun yang memotretnya. Meskipun ada perasaan kesal karena ada yang berhasil mengambil gambarku dengan posisi seperti itu dan membuatnya menjadi skandal besar, tapi aku juga merasa lega karena Cho Kyuhyun sama sekali tidak diketahui—sejauh ini.

“Manajer Bae sudah menceritakannya padaku apa yang terjai saat itu, jadi kau tak perlu menjelaskannya lagi” Pandangan Lee Sajangnim kembali mengarah padaku. “Aku memang tak pernah mempermasalahkan apa kau akan berkencan atau tidak, karena itu adalah hakmu dan hak semua orang. Tapi bukankah seharusnya kau lebih berhati-hati sebagai seorang public figure?”

Aku membeku di tempatku. Jari-jariku mulai terasa dingin, tapi sebisa mungkin aku tetap tenang.

“Akupun tak akan bertanya apa yang sebenarnya sedang kau lakukan disana bersama Shim Changmin-ssi atau bagaimana hubunganmu sebenarnya dengan dia. Tapi melihat semua foto ini, bukankah semuanya sudah jelas?”

“Tidak, Sajangnim. Hubungan kami tidak sampai sejauh itu,” kataku meskipun Lee Sajangnim sudah memberitahuku untuk tidak menjelaskan. “Itu—itu hanya kesalahpahaman. Kami tidak bermaksud untuk seperti—“

“Apapun itu, teruskan saja” sela Lee Sajangnim dengan cepat.

Ne?” sahutku terkejut. Aku kembali melirik ke arah Manajer Bae, tapi dia membalasnya dengan anggukkan kecilnya yang tidak aku mengerti. “Apa maksud Anda, Sajangnim?”

Geunyang naljja” sahut Lee Sajangnim tegas.

Aku tercengang, mataku membelalak mendengar perkataan Sajangnim-ku itu sama seperti yang dikatakan Seo Yeo Jin beberapa saat yang lalu. Bagaimana bisa dia memintaku untuk berkencan dengan Changmin begitu saja? Aku mungkin akan langsung menerimanya jika perasaanku pada namja itu masih seperti dulu. Tapi masalahnya sekarang adalah, aku sudah tak merasakan apapun dengannya. Bahkan ciuman itu sama sekali tidak berarti apa-apa untukku karena aku memang tak merasa jantungku berdebar atau perasaan hangat yang mengalir di tubuhku.

Sajangnim, aku—aku—“

Geunyang naljja, Sooyoung-ssi” ulang Lee Sajangnim dengan lebih tegas dan keras. Dia bahkan menatapku tajam, dan itu membuatku benar-benar tak bisa berkutik. Lalu sebuah senyuman tersungging di wajahnya, tapi bukan senyuman ramah seperti dia yang biasanya. “Bukankah itu akan baik untuk film-mu? Aku yakin juga banyak orang yang akan mendukung hubungan kalian. Majyeo?”

Aku terpekur pada posisiku. Manajer Bae sepertinya memahami perasaanku, tapi dia juga tahu bahwa dia tak bisa melakukan apapun untuk membantuku di depan Lee Sajangnim. Apa yang bisa aku lakukan? Aku tak mungkin melakukan apa yang dikatakan Sajangnim Empire Entertainment itu disaat perasaanku tidak lagi untuk Shim Changmin, ‘kan?

__

Kyuhyun POV

Pandanganku mengarah berkeliling saat aku sudah sampai di Boramae Park di distrik Dongjak. Sooyoung-lah yang memintaku untuk datang ke tempat ini setelah jadwalku untuk sebuah fansign di COEX selesai. Tapi tak seperti biasanya, dia memberitahuku dimana posisinya padahal dia selalu membiarkanku mencarinya terlebih dahulu sebelum benar-benar bisa menemuinya. Jadi, akupun bergegas melangkah menyusuri pinggiran danau dan menemukan yeoja itu—berada di tempat yang cukup tersembunyi, sedang duduk sendirian sambil menatap lurus ke arah danau di depannya.

“Sooyoung-ah,” panggilku pelan. Membuat yeoja itu langsung menolehkan kepalanya ke arahku. Awalnya dia terlihat terkejut tapi kemudian senyuman tipis tersungging di wajahnya yang terlihat cantik tapi juga lelah. “Mianhae, aku sedikit terlambat” kataku seraya mengambil tempat duduk di sebelah Sooyoung.

Gwenchanayo, oppa” balas Sooyoung yang memilih kembali menatap ke arah depannya. “Aku bahkan tak tahu sudah berapa lama aku disini karena aku begitu menikmati suasana yang tenang disini”

Aku tak langsung memberikan tanggapan, tapi terus memperhatikan Sooyoung disebelahku. Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan olehnya. “Apa terjadi sesuatu?” tanyaku tak tahan untuk diam saja.

Oh?” celetuk Sooyoung terkejut. “Aniyo, gwenchanayo” katanya kemudian seraya tersenyum tipis.

Aku menatap dalam mata Sooyoung, berusaha memastikan apa yang dia katakan benar atau tidak. Lalu akupun menarik napas pelan, dan berbicara. “Hari ini aku memenangkan tempat pertama, Sooyoung-ah” Aku memberitahu.

Jinjjayo?” sahut Sooyoung yang langsung aku jawab dengan anggukkan kepala. “Chukkaeyo geureom

“Hanya itu?”

Sooyoung menatapku dengan bingung, tapi itu justru membuatku tersenyum.

“Kau tak akan memelukku atau bagaimana?” kataku sambil meregangkan kedua tanganku. Jantungku mulai berdebar-debar padahal aku hanya bermaksud menggodanya saja.

“Haruskah aku melakukannya?”

Andwaejyo geujyo?”

Aku kembali menurunkan tanganku, tapi kemudian dengan cepat Sooyoung bergerak ke arahku dan memelukku. Aku cukup terkejut dengan apa yang dia lakukan, jadi untuk beberapa saat aku hanya diam terpaku di tempatku. Karena debaran jantungku pun semakin kencang sekarang, sampai aku sendiri khawatir Sooyoung akan bisa merasakannya atau bahkan mendengarkannya.

“Kau tak akan membalas memelukku, oppa?” bisik Sooyoung di telingaku. “Aku akan melepa—“

Cepat-cepat aku mendekap Sooyoung dan merapatkan pelukanku padanya. Rasa hangat dan berdesir langsung mengalir deras di tubuhku, dan aku benar-benar bisa merasakannya. Meskipun aku tak bisa melihat wajah Sooyoung saat ini, tapi entah kenapa aku yakin yeoja ini sedang tersenyum sekarang. Dia bahkan mau memelukku, dan menggodaku seperti itu. Apa ini berarti dia benar-benar ingin melupakan Shim Changmin? Tapi apa perasaannya akan semudah itu hilang setelah dia menyimpannya begitu lama?

“Kita akan berada di posisi ini sampai kapan, oppa?” Suara Sooyoung kembali terdengar setelah beberapa saat.

“Bisakah aku terus memelukmu seperti ini?”

Andwae, nanti aku bisa kehabisan napas jika kau terus memelukku selama ini” sahut Sooyoung sambil melepaskan pelukannya. Lalu dia tersenyum padaku, “Tapi kau boleh memelukku kapanpun kau mau, oppa” katanya menambahkan.

“Tak ada persyaratan apapun?” tanyaku berusaha menggodanya. “Maksudku—apa kau akan begitu saja memberikannya padaku?”

Ah, emm—“ Sooyoung terlihat sedang berpikir. “Itu tidak adil jika kau tak memberikan apapun padaku, ‘kan? Geureom, nyanyikan sebuah lagu untukku, oppa

Aigoo…”

Waeyo?”

Ani, aku hanya heran. Kenapa kau selalu memintaku untuk bernyanyi setiap kali kita bersama? Ini bukan We Are On Dating, kau tahu”

Sooyoung tertawa pelan. “Aku selalu menyukai suaramu, oppa. Jadi yah—“

“Kalau begitu aku akan menyanyikan sedikit laguku yang berjudul The Two Of Us

“Apa lagumu baru?” tanya Sooyoung dengan cepat, dan itu membuatku terkejut karena dia bertanya seperti itu. “Kurasa aku tak pernah tahu ada lagumu yang berjudul itu”

Aku tertawa singkat, tapi juga senang karena Sooyoung benar-benar mengerti lagu-laguku. Itu memang sesuatu yang kecil, tapi bagiku tidak. Karena itu berarti dia memperhatikanku, karena tidak banyak selebritis—apalagi yang populer seperti Choi Sooyoung, akan mendengarkan dan mengetahui lagu-lagu milik penyanyi sepertiku, yang namanya bahkan belum sebesar penyanyi-penyanyi solo senior lainnya.

“Bukan lagu baru,”

Geuraesseoyo?”

Aku mengangkat kedua bahuku tanpa menanggapi perkataan Sooyoung itu. Tanpa menunggu apapun lagi, aku langsung mengeluarkan ponselku, membuka aplikasi piano disana dan menatap Sooyoung yang justru memandangiku dengan tatapan penuh heran. Mau tak mau akupun menjelaskan padanya bahwa akan lebih nyaman jika aku bernyanyi dengan iringan musik.

Mataku menatap lekat pada Sooyoung, lalu mulai menekan beberapa tuts piano yang ada di ponselku. Tak ada yang aku nyanyikan, hanya sebuah iringan piano. Karena jujur saja, lagu itupun sama sekali belum aku buat atau itu benar-benar menjadi sebuah lagu yang utuh. Tapi aku tak tahu kenapa aku sangat lancar memainkannya, seperti sesuatu menuntun jari-jariku untuk bergerak lincah menghasilkan sebuah nada.

Aku terus memainkannya, dan melihat Sooyoung memejamkan matanya. Seakan-akan dia sedang meresapi lagu yang aku mainkan meskipun tak ada lirik yang aku nyanyikan. Saat pada akhirnya aku mengakhiri permainanku, mata yeoja itu masih terpejam. Membuatku tersenyum melihatnya, karena mau bagaimanapun, dia tetap terlihat cantik di mataku. Aku terus memandanginya, memuaskan diriku sendiri dengan mengagumi sosok Choi Sooyoung di depanku.

Oh, dwaesseyo?” celetuk Sooyoung yang tersentak bangun saat tak ada lagi nada yang terdengar, dan hanya ada suara angin yang bertabrakkan dengan daun-daun yang berdesir pelan.

Aku tersenyum, lalu menganggukkan kepala saat Sooyoung mengarahkan pandangannya padaku.

“Lagunya bagus, tapi kenapa aku tak mendengarkan suaramu, oppa?” Sooyoung bertanya dengan raut wajah penuh keingintahunan. “Apa kau sengaja—“

“Aku bahkan baru saja membuatnya,” selaku dengan cepat.

Ne?”

“Aku baru saja membuatnya, jadi memang tak ada liriknya. Semua itu muncul begitu saja di kepalaku, jadi yah—“

“Kalau begitu, apa aku orang pertama yang mendengarkannya?”

Aku mengangguk. “Kau juga akan menjadi orang kedua yang akan mendengarkannya begitu aku membuat liriknya dan menjadikannya sebuah lagu yang utuh”

Jinjjayo? Kau akan membuatnya menjadi sebuah lagu?”

Aku kembali mengangguk. Lalu tiba-tiba terlintas begitu saja sebuah ide di kepalaku. “Bagaimana kalau kita menyanyikannya berdua nantinya?”

Mwo?” celetuk Sooyoung terkejut. “Bernyanyi—berdua?”

Geurae, majjyeo

E—eoteokke—“ gumam Sooyoung terdengar tidak percaya. “Oppa, aku tak bisa bernyanyi. Bagaimana bisa aku—“

Gwenchana. Bukankah banyak juga artis yang juga bernyanyi?”

Ah, keugo—“ Sooyoung memalingkan wajahnya dariku, lalu kembali berkata. “Setidaknya mereka bisa bernyanyi, ‘kan? Sedangkan aku tidak sama sekali”

Aku tersenyum, “Kata siapa kau tak bisa bernyanyi?”

Sooyoung diam saja sambil menatapku dengan lekat.

Geurae, geurae, dwaesseo” kataku pada akhirnya karena tak mau mempermasalahkannya lagi. Aku mengangkat tanganku lalu mengusap pelan kepalanya. “Aku akan memastikan kau akan mendengar lagu tadi secara utuh, dan kau menjadi orang pertama yang akan mendengarkannya”

Sooyoung tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Untuk beberapa saat, kami sama-sama diam. Bukan karena kehabisan topik atau semacamnya, tapi lebih karena ingin menikmati pemandangan bunga-bunga Azalea dan Cherry Blossom yang sekarang sudah bermekaran meskipun belum sempurna. Saat musim semi seperti ini memang paling menyenangkan jika menghabiskan waktu diluar seperti ini, dan tak peduli entah itu siang ataupun malam, pemandangannya tetap sama saja indah karena semuanya itu memiliki kekhas-an sendiri.

Tanpa memberitahu Sooyoung, aku mengeluarkan earphone dari dalam saku jaketku. Lalu memasangkan salah satunya di telinga yeoja itu, sementara sebelahnya aku masukkan ke telingaku sendiri. Sooyoung menoleh ke arahku dengan terkejut tapi tak ada yang dia lakukan selain hanya menatapku. Aku tersenyum sekilas ke arahnya sebelum memainkan lagu milik rekan satu agensiku, Wendy Red Velvet yang kali ini berduet dengan Eric Nam menyanyikan lagu berjudul Spring Love.

**

Hyungnim, sesuatu yang bagus sedang terjadi ‘kan?” tanya Han Taesung saat aku baru saja menyelesaikan salah satu jadwalku di salah satu stasiun televisi. “Aku memperhatikanmu sejak beberapa hari yang lalu, dan kau terlihat benar-benar berbeda dari biasanya. Sungguh!”

Aku tersenyum singkat, “Apa itu menjadi kebiasaanmu sekarang? Memperhatikanku?”

Eo,”

Mwoya… apa kau sekarang menjadi fansku atau bagaimana?” sahutku dengan cepat.

Taesung tertawa, tapi tak ada yang dia katakan padaku. Kamipun tiba di parkiran mobil, dan langsung masuk ke dalam. Setelah jadwal ini, aku memang tak memiliki jadwal lain tapi akupun tak bisa menemui Sooyoung atau meminta bertemu dengannya karena mungkin saja dia sedang menyelesaikan jadwalnya sendiri. Dan aku tak tahu apa yang akan aku lakukan setelah ini, jujur saja.

Hyungnim,” panggil Taesung begitu mobil sudah mulai melaju di jalanan. “Sooyoung-ssi eotteokeyo?”

“Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang Sooyoung?”

Ani, aku hanya ingin tahu apa dia baik-baik saja dengan adanya skandalnya itu” jawab Taesung yang menatapku dari kaca spion di tengah. “Bunkankah dia sama sekali tak memberikan kabar? Aku tahu dia pasti mendapat banyak tekanan sekarang, dan diapun selalu muncul di berita manapun selama beberapa hari ini”

Aku diam saja, teringat dengan skandal Sooyoung dengan Shim Changmin yang sempat menghebohkan. Selama ini aku memang enggan menanyakannya karena aku sendiri tak mau membahas namja itu di depan Sooyoung, dan Sooyoung pun tak pernah sekalipun membahasnya di depanku. Tapi jika dipikir-pikir, apa dia sengaja tak melakukannya untuk menjaga perasaanku atau memang dia juga enggan untuk membahasnya?

Hyungnim!” seru Taesung dengan keras. “Kenapa diam?”

Oh? Aniya, amugeotdo” jawabku cepat-cepat. Aku mengambil ponselku, lalu mengirim pesan pada Sooyoung untuk bertanya apa dia sedang ada jadwal atau bagaimana. “Taesung-ah, bisakah kau antarkan aku ke Namsan Park? Aku ingin menghabiskan waktu sebentar disana”

Namsan Park?

Aku mengangguk. “Aku ingin mencari inspirasi” kataku cepat sebelum Taesung menawarkan diri untuk menemaniku. “Entah kenapa aku ingin membuat lagu baru yang sesuai dengan suasana musim semi ini”

“Secepat itu?”

“Apanya?” tanyaku bingung.

“Secepat itu kau ingin membuat lagu baru” jawab Taesung yang memilih untuk berkonsentrasi pada kemudinya. “Kupikir kau akan beristirahat sebentar setelah merilis dua lagu baru itu”

Aku memilih untuk tidak memberi tanggapan kali ini.

“Tapi hyungnim, apa kau tak khawatir tak ada orang yang akan mengenalimu? Bukankah saat-saat seperti ini justru akan ada banyak orang yang menghabiskan waktu diluar rumah?”

Gokchongma, aku selalu menyiapkan penyamaran jadi tak akan ada yang mengenaliku” jawabku sambil mengambil peralatan menyamarku—seperti biasa. “Kau tahu, ‘kan? Aku ini paling pintar bersembunyi dari para reporter”

Geurae, geuraeyo” Taesung menyahut dan mulai melajukan mobilnya ke arah Namsan Park. “Itulah kenapa kau jarang sekali mendapatkan skandal sedang bersama yeoja atau siapapun”

Aku menanggapinya hanya dengan senyuman singkat saja karena perhatianku sekarang terfokus pada ponselku yang bergetar. Itu dari Sooyoung. Pada intinya dia bersedia bertemu denganku di Hanyang Doseong dan akan segera menuju kesana begitu dia berhasil kabur dari para reporter yang sepertinya terus mengikutinya.

Palli, Taesung-ah” seruku karena aku tak mau Sooyoung lebih dulu sampai daripada aku. “Ah, kau jangan lupa memberitahu Jaemin hyung. Kurasa dia tahu apa yang aku lakukan jika kau memberitahunya kemana aku pergi”

“Memangnya apa yang kau lakukan, hyungnim?”

Aigoo… bukankah sudah kukatakan aku mencari inspirasi?”

Han Taesung kembali menatapku dari balik kaca spionnya tanpa mengatakan apa-apa. Sisa perjalanan, aku habiskan dengan menulis beberapa lirik lagu The Two Of Us sambil mendengarkan musik yang berhasil aku hasilkan saat itu—saat bersama Sooyoung. Aku memang selalu sengaja merekamnya saat itu juga, jadi saat aku pikir nada yang aku hasilkan itu bagus maka aku akan meneruskannya dengan membuat liriknya.

Hyungnim,” Taesung memanggilku lagi setelah sekitar lebih dari setengah jam hanya diam.

Em, wae?” sahutku tanpa mengangkat kepalaku dan terus menulis sesuatu lalu mencoretnya kembali.

“Kita sudah sampai di Namsan Park” kata Taesung memberitahu. “Tapi aku sengaja tidak berhenti di bagian depan taman karena pasti akan ada banyak orang disana, jadi yah—“

Aku langsung menegakkan kepalaku, lalu menoleh ke kanan-kiri melalui jendela mobil. Setelah memastikan kami memang sudah berada di kawasan Namsan Park, aku baru berbicara pada Han Taesung. “Dwaesseo. Disini sudah cukup. Aku akan meneleponmu saat aku sudah bosan, arraseo?”

Taesung menganggukkan kepala. “Lalu apa yang akan aku lakukan?”

Aku tersenyum, “Istirahat saja, atau pergilah kemanapun yang kau mau. Bukankah kau sering mengeluh karena kurang memiliki waktu sendiri? Sekarang aku memberikannya padamu,”

Aigoo… aigoo… jinjjayo?

Jinjja jinjja,” sahutku dengan cepat. “Pergilah,” kataku kemudian sebelum keluar dari mobil.

Cepat-cepat aku memakai topi dan tudung jaket, lalu memasang masker. Aku sempat menoleh ke arah Taesung yang langsung meninggalkan kawasan ini sebelum menyusuri jalanan kecil yang tidak mengarah ke Namsan Park. Kurasa tak banyak orang yang mengetahui jalan ini, tapi itu justru menjadi sebuah keuntungan bagiku karena dengan begitu maka tak akan ada orang yang mengenaliku atau kebetulan berpapasan denganku. Jalan ini memang adalah sebuah jalan pintas menuju Hanyang Doseong yang mana jalannya jauh berbeda dengan jalan lain menuju tempat itu. Jalan yang aku lalui ini penuh dengan batu-batuan, sementara jalan satunya sudah dibentuk seperti tangga jadi lebih memudahkan orang untuk bisa sampai di Hanyang Doseong.

Oppa!” seruan kecil itu cukup membuatku tersentak kaget dan berhenti melangkah. Aku menoleh, dan melihat Sooyoung sedang berdiri tak jauh dariku. Dia pun memakai penyamaran, sama sepertiku.

“Sooyoung-ah” kataku sambil bergegas menghampirinya. “Eotteoke arrayo?”

“Penampilanmu sama seperti saat di studio itu. Tentu saja aku mengenalimu,” jawab Sooyoung yang mengajakku melangkah kembali bersamanya. “Aku tadi sedang sembunyi karena mendengar langkah kaki di belakangku, tapi ternyata itu kau”

Ah, jinjja?” sahutku. “Geureom… kau kesini naik apa? Asistenmu yang mengantar atau bagaimana?”

“Taksi,” Sooyoung langsung menjawabnya. “Aku kebetulan sedang menemui orang tua ku disekitar sini jadi yah—“

“Orang tuamu datang kesini?”

Sooyoung menganggukkan kepala, lalu diapun memasukkan sebelah tangannya diantara lenganku. Membuatku cukup terkejut dan debaran jantungku langsung terasa kencang.

“Karena aku tak bisa pulang ke rumah, jadi mereka yang datang. Dan karena mereka tak bisa datang ke apartemenku, jadi kami bertemu di suatu tempat” Sooyoung memberitahu. “Ada sebuah restoran di dekat sini yang menjadi restoran favorit keluargaku” Dia menambahkan.

Aku menanggapinya dengan anggukkan kepala saja karena aku tak mau Sooyoung melihat kegugupanku sekarang. Aku sendiri tak mengerti kenapa aku masih merasa gugup setiap kali dia menyentuhku. Dan aku masih ingat beberapa hari yang lalu, saat dia memelukku. Aku benar-benar berusaha keras tidak menunjukkan bagaimana gugupnya aku di depan Choi Sooyoung. Padahal diapun sudah mengetahui perasaanku padanya, tapi tetap saja—aku gugup.

“Kita disini saja, oppa” kata Sooyoung tiba-tiba sambil menghentikan langkahnya. “Aku tak mau kita berada di tempat yang sama seperti yang biasanya itu”

Eo, joayo” sahutku karena mengerti maksud dari perkataan Sooyoung. “Disini juga tak kalah bagusnya, ‘kan? Kita bahkan bisa melihat Namsan Tower-nya dengan lebih jelas dan pohon-pohon Azalea yang bermekaran”

“Tak usah menghiburku, oppa

Ani. Memang benar seperti itu, lihatlah” Aku langsung memegang kepala Sooyoung dan menolehkannya ke arah dimana mataku memandang. “Geujyeo?” tanyaku kemudian.

Sooyoung tak langsung memberikan tanggapan, tapi aku bisa merasakan tangannya yang bergerak menyusuri tanganku yang berada di kedua pipinya. Lalu dengan perlahan, yeoja itu menolehkan kepala ke arahku dan pandangan mata kamipun bertemu. Mataku mengerjap beberapa kali tapi dia justru menyipitkan matanya memandangiku.

Ah, mian—

“Apa kau kedinginan?” sela Sooyoung dengan cepat. Membuatku cukup terkejut karena apa yang aku pikirkan ternyata salah. “Tanganmu dingin sekali, oppa” katanya seraya meraih tanganku dan mengenggamnya.

A—Aniya, aniya. Geunyang—“

Ginjang doeni?

Heol~ kenapa aku gugup? Kita sedang tidak syuting We Are On Dating atau Music Video” sahutku cepat. “Aku—aku memang begini,”

Jinjjayo? Bukan karena kau gugup?”

A—Anigotten

Sooyoung tertawa pelan, lalu dia kembali berkata. “Oppa, kau pasti benar-benar menyukaiku, ‘kan?”

Mwoya…” kataku. “Tidak, tidak benar-benar menyu—“

Belum selesai aku berbicara, Sooyoung sudah mendekatkan tubuhnya padaku. Aku kembali terkejut dengan tindakannya ini yang membuatku langsung bisa merasakan jantungku yang semakin keras berdenyut, dan aliran panas yang mengalir di tubuhku. Meskipun aku tahu Sooyoung hanya sedang menggodaku, tapi aku tetap saja merasakan semua itu.

“Kau memang tak pandai berakting, oppa” kata Sooyoung sambil menegakkan kembali tubuhnya. Dia menjauh sedikit dariku, lalu mengarahkan pandangannya lurus ke depan. “Gwenchanayo. Dulu juga aku merasakan gugup saat berada di dekatnya. Jadi yah—aku bisa merasakan apa yang kau rasakan itu”

Aku diam sesaat. Terpikir olehku untuk bertanya mengenai skandalnya meskipun sebenarnya aku ragu untuk menanyakannya. “Changmin-ssi, eotteokeyo?” tanyaku pada akhirnya.

Oh? Waeyo kappjaki—

Geunyang…”

“Aku akan segera mengadakan konferensi pers” kata Sooyoung tanpa menatapku. “Agensiku sudah memutuskan tanggalnya”

“Kapan itu?”

“Lusa,”

“Apa yang akan kau jelaskan pada para reporter nantinya?”

Sooyoung tak menjawab, tapi dia justru menundukkan kepalanya. Aku benar-benar tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi atau dialami olehnya karena diapun sama sekali tak memberitahuku. Meskipun sebenarnya aku ingin mencari tahu, tapi aku juga tak mau memaksanya untuk bercerita padaku. Mungkin saja agensinya melarangnya membicarakannya sebelum konferensi pers berlangsung karena terkadang agensiku sendiripun seperti itu padaku. Jadi tak masalah bagiku jika memang dia tak memberitahuku.

Oppa, aku—“ Sooyoung tiba-tiba bersuara meskipun sangat pelan.

Aku diam saja, menunggunya melanjutkan berbicara.

Sooyoung mengangkat kembali wajahnya, lalu dia menatapku. “Kau percaya padaku, ‘kan oppa?”

Kedua alisku saling bertaut karena aku benar-beanr tak mengerti apa yang sebenarnya ingin dikatakan Sooyoung. “Waeyo?”

“Aku—“

“Kami memutuskan untuk berkencan,” sambung sebuah suara yang sangat aku, dan Sooyoung kenali. “Majayo, Sooyoung-ah?Dia berkata lagi sambil melangkah mendekat, dan itu adalah Shim Changmin.

-TBC-

Terima kasih untuk komentarnya di FF ini^^

(meskipun FF nya kurang memuaskan) Tapi aku benar-benar berterima kasih sama yang udah baca (baik yang komentar maupun gg komentar)

Gomawo^^

Jangan lupa komentarnya knightdeul (biar semangat lanjutin FF-nya)^^

Gomawo^^

Author:

just an ordinary girl in a ordinary life

33 thoughts on “[Series] We Are On Dating -7-

  1. akhirnyyy kyu mg.akui jga soal perasaanny pd soo .
    tp klo manajemen soo memutuskan harus berkencan gmna dg perasaan kyu cba…
    ckck…
    yg sabar ya kyu, ak yakin soo pasti lbh mmlih kmu kok

    next part dtunggu ya

  2. Si changmin suka bener gangguin rumah tangga orang.
    Biarin kyuyoung tenang dikit napa? Syo juga udah ga ada rasa kan sama situ?
    Kyu nya di uji mulu, sabar2 kyu~

  3. shim changminnnnnn…. hwaaaaaaa.. nyebelin, nyebelin..
    kasihan si evil, yang sabar yah pil.. nanti juga bakal sama soo eonni, entah di part berapa, jadi sabar aja yoo. ckkk

  4. Sukaa banget di part ini😀 Sweet nya dapet bangettt. Ahhh keren dahh pokonyaa~ Dan kamu tau thor?? aku jadi makin kepo sama kelanjutannyaa!! ahh kamu mesti tanggung jawab~ ngepostnya jangan lama lama yahhh. Aku selalu nungguin ff ini😊 Mian thor aku baru komen dipart ini,- biasa ada kendalaa:’3

  5. Kenapa hubungan mereka banyak banget aral melintang nya yah… Kenapa kayaknya kyuhyun selalu menjadi pihak yg tersakiti terus ka? Kali kali konfliknya muncul dari kyuhyun, supaya sooyogunya ngerasain apa yg dirasain kyu.
    Tapi overall suka sama ide ceritanya, ditunggu kelanjutannya😄😄😄😄

  6. Duh friendzone lagi 😁 sekali kali dong kak masalahnya dari kyuhyun, kayak semisal mantan dia dateng lagi apa gimana gitu, soalnya agak bosen kalo masalahnya dari sooyoung terus 😁

  7. maaf baru komen habis kuotaaa ~
    dari sekian part paling suka part ini, karena akhirnya kyuhyun ngungkapin perasaannya juga ~
    tapi pad ending bikin jleb, kirain sooyoung yg bakal ngsih tau langsung, eehh tiba-tiba changmin nongol -_-
    di tunggu part selanjutnya ~

  8. gemay sekali sama kyuhyuunn aaaaaakkk
    itu changmin kenapa sih rusuh:(((
    bagus ceritanyaa.. panjaanggg.. kusukaaaaa
    tp gantung mulu diakhirnya;( cepaat lanjutkan ya thooor kkk

  9. heolll, sebel banget endingnya ada si changmin
    Hyaaaa,,, ngeselin banget
    Padahal lg seneng2nya sama moment kyuyoung, hish

    Next part ditunggu 😆

  10. Aduh…knapa malah agensi nyuruh kencan….ga ngebayang deh gimana sakitnya kyu oppa…..tp q seneng sih…si kyumbul dah ngungkapin prasaannya dan sok onni dah buat keputusan buat membuka hatinya untuk kyu

  11. njirr perasaan kyuhyun ottokae? dia tersakiti disini hahaha duhh ff ini asli bikin baper 😥 ggp sih yang terpenting endingnya kyuyoung bersam, terimakasih untuk itu author 😀

  12. Kshn kyu…. Changmin nyebelin bgt… Dy nyambi kesempatan dlm kesempitan bgt deh… Smg g lama mslhny slsai …knp jg changmin ada disitu ? …neeext eon fighting

  13. haduhhhh kapan ini end? kasian kyu T.T duhhhhh cevat bunuh changmin dr mereka berdua T.T jadi kesel sama changmoro wkwkwkwkwk mangatss terus thor kerennnn udah panjang bikin emosi bikin senyum senyum sendiri lengkap banget ff ini 😉

  14. Adueeeeh chingu ga tau akunya yg baperan apa gimana ya bacanya tapi pas bagian terakhir itu aku baca sambil denger lagu ed sheeran photograph koq malah sedih gara2 musiknya yg syahdu(?) pas sooyoung eon bilang ke kyuppa klo dia bakal kencan sama changmin 😂

    Hhuuuh jadi makin ribet gini ya kisah kyuyoung, padahala kyuppa udah punya keberanian ngungkapin perasaanya dan soo eon juga mulai suka kyuppa…tapi malah agensi soo eon bikin ide konyol 😡
    makasih ya chingu akhirnya part ini kyuyoung udah ada kemajuan meskipun lagi2 changmin muncul 😑
    Next part ditunggu banget cepet publish xD
    Chinguuuu banyakin lagi bahasa2 koreanya ya aku suka ff kamu salah satunya karna kamu selalu nyelipin sepenggal kalimat bahasa korea 😄😄❤ biarpun ada beberapa yg ga aku ngerti…
    Fightingg~

  15. Sumpah eoni daebak bgts aku acungin jempol dehh cerita karya2 eoni selalu keren dan bkin gereget dan aku jga mau ucapin gomawo karna di part ini moment kyuyoung bnyk dan mereka smkin dekat dan sdh saling terbuka next part di tnggu jng lma2 ne di postny aku sdh gereget bgts abisny pas bagian tbc aduhh pengen cpt2 bca lagi jadi semangat terus ya eoni bwt nulis di tnggu bgts abisnya

  16. kyu nyatain perasaannya juga akhirnya hahaa. suka sama sikapnya kyu disini. sabar bgttt :3
    plis skandalnya soo sama chang jangan lama lama, kasian sama kyuhyunnya. masa digantungin terus sih 😦
    next part jangan ngaret yaaa thor

  17. kyanya tema dri ff ni skandal ya, cos itu yg sring jdi hot topiknya.
    sneng akhirnya Kyuhyun ngkpin prsaannya ma Sooyoung n kynya trblaskan gto.
    puas dg part ini krena ada sweet moment Kyuyoungnya, n’ I hope it happens in the real life.
    chingu aku ska bgt scane pas bgian Kyuhyun ksih nasihat buat Sooyoung pas d gereja , kta²nya bgus bgt n bisa jd Quote anak² yg srg baper aaa…
    buat next part kynya bkal bgian tunggu menunggu n sling percaya diantara mereka.
    well d tnggu next partnya n sweet moment Kyuyoung lainnya.
    Kyuyoung jjang

  18. ini nih yg ditakutin pas changmin cium soo, bakalan jd skandal baru & ternyata bener -__- walaupun perasaan soo skrg jelas ke kyu, tp tekanan dr sekitarnya bener2 bikin hubungan kyuyoung jd ngawang(?). changmin emg terlalu gegabah tanpa mikirin satu sama lain yg sama2 artis

  19. AAAAAAA!!! TBC ASTAGAAA!!!..
    Aku gereegeetttt banget sama part ini.. Sooyoung udah mulai open sama Kyuhyun, bahkan sedikit juga dia nunjukkin perasaannya.. apalagi puncaknya tadi mereka udah kissing.. whoaa jujur aku kaget banget waktu Kyuhyun dengan nekat nyatain perasaannya ke Sooyoung..

    Tapi..
    Astaga! Itu tbc nya Author T.T
    Changmin.. arrghh!! Menjauh kau!! Keseeellll!!! Dia terlalu pede bilang kalo Sooyoung miliknya.. hell! Perusak! Pengacau! Hh aigooo…

    Aku tunggu selalu next part this ff Author, soon yaa .. kekeke..
    Tapi.. saran dariku, Author bisa gak cantumin terjemahan Indonesia dari kalimat yg berbahasa Korea??? Karena perbendaharaan bahasa Korea-mu luas Author.. dan seringnya aku nebak-nebak arti dari kalimat yg berbahasa Korea itu.. tapi itupun kalau Author ga keberatan sih, kita baca ff sembari belajar .. hehehe:D

    SELALU SEMANGAT YAA!!!

  20. Ah kesel bgt ma changmin,kshan kyuppa.tp seru bgt thor
    aq ska bgt cerita
    auto DAEBAK!!!
    HWAITHING THOR

  21. Kenapa disaat soo bener bener mau ngelepasin changmin,malah dia harus jadian.
    Kenapa disaat si soo udah mau nerima kyuhyun,malah ada skandal.
    Tapi aku suka sikap kyuhyun disini,dia punya pemikiran dewasa.
    Moga aja kyuyoung cepet bersatu

  22. Sumpah eoni daebak bgts aku acungin jempol dehh cerita karya2 eoni selalu keren dan bkin gereget dan aku jga mau ucapin gomawo karna di part ini moment kyuyoung bnyk dan mereka smkin dekat dan sdh saling terbuka next part di tnggu jng lma2 ne di postny aku sdh gereget bgts abisny pas bagian tbc aduhh pengen cpt2 bca lagi

  23. Entah knp menurut gue ini cerita nya terlalu berbelit2 ,atau mungkin gue yg lg puyeng hahh . but over all its good . memuaskan banget soalnya menurut gue chapt ini panjang jd gue puas bacanya hehe . 😀
    Next chapt nya tingkatin lg yaaa , ini udh perfect bgt lo menurut gue sejauh ini blom liat typo keren!
    Fighting friend! ^_^

  24. changmin… sumpah, changmin bikin emosi..
    akkk.. kyuyoung cepet jadian donk…
    ditunggu nextnya..

  25. yak ampun.. kenapa harus ada si changmin si.. aku jadi kesel , ditunggu kelanjutan nya chingu.. jangan lama lama ia soal nya makun penasaran trus geregetan sama mereka semua

Leave a reply to Sistasookyu Cancel reply