Posted in Cho Kyuhyun, Choi Sooyoung, Drama, Family, Marriage Life, Romance

What Make A Love -2-

What Makes A Love

Title             : What Make A Love

Author         : soocyoung (@helloccy)

Genre          : Romance, Marriage, Complicated

Rating          : PG 16

Main cast     :

  • Choi Sooyoung
  • Cho Kyuhyun

Other cast    : Find it 🙂

From Author :

Annyeonghaseyo!! Aku lagi! Hehe…

Halo halo, aku bawa FF baru nih knightdeul! Kali ini temanya marriage life. Ini pertama kalinya aku tulis FF genre ini, jadi aku minta maaf kalau sedikit aneh hasilnya. Jujur, aku gg tahu apa feel-nya dapat apa gg kali ini hehehe. Tapi semoga kalian suka deh ya^^

Dan, sekali lagi semua hal yang berhubungan sama nama sesuatu yang ada di FF ini adalah buatanku, kecuali tokoh dan beberapa lokasi tempatnya. Meskipun ada beberapa juga yang memang ada/real, tapi aku ubah sedikit demi kepentingan cerita.

So, happy reading ^^/

Sooyoung POV

Pagi ini aku bangun lebih awal dari biasanya, dan sudah berada di dapur bersama Park Ahjumma yang sedang mengatur makanan untuk sarapan. Meskipun tak ada apapun yang bisa aku lakukan di dapur karena Park Ahjumma sudah mengatur segalanya, paling tidak aku bisa membantu menata makanan di meja makan. Bukankah kata Taeyeon aku harus memulainya dengan hal-hal kecil terlebih dahulu? Hampir semalamam aku memikirkan apa yang Taeyeon katakan, dan—setelah banyak berpikir, inilah ide pertama yang muncul di kepalaku.

“Apa semuanya sudah selesai, Ahjumma?” tanyaku saat melihat Park Ahjumma membawakan dua mangkuk sup panas ke meja makan.

Ne, Samonim

“Kalau begitu—“

Aigoo… kau sudah bangun, yeobo?” celetuk Kyuhyun yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang makan.

Untuk beberapa saat aku terkejut dengan panggilan Kyuhyun padaku itu, tapi aku memilih untuk tidak menanggapinya. Apalagi ada Park Ahjumma disini yang sekalipun dia—dan semua orang di rumah ini, tahu bagaimana hubunganku dengan Kyuhyun sebenarnya atau apapun yang terjadi disini, mereka tak akan memberitahukannya pada siapapun. Termasuk kenapa aku dan Kyuhyun masih tidur di kamar yang berbeda meskipun kami sudah menikah lebih dari satu minggu.

“Aku—membantu Park Ahjumma menyiapkan makanan untukmu,” kataku setelah hanya diam. “Bagaimana tidurnya?”

Emm—cukup nyenyak,” jawab Kyuhyun sambil menarik kursi makannya dan langsung mendudukinya. “Kau bagaimana?”

“Aku tidak bisa tidur,” Aku berkata jujur sambil mulai menghidangkan semangkuk nasi untuk Kyuhyun, juga makanan-makanan lainnya. Aku benar-benar harus mengendalikan diriku untuk melakukan ini agar tidak terlihat canggung atau bagaimana. “Banyak hal yang aku pikirkan, jadi yah—tidurku tidak nyenyak”

“Apa yang kau pikirkan?”

Aku mendongakkan kepala, dan terkejut karena ternyata Kyuhyun sedang menatapku dengan lekat. Ada sesuatu yang berdesir di dalam tubuhku tapi dengan cepat aku menepisnya karena mungkin itu adalah bagian dari kegugupanku yang tidak mau hilang meskipun aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk tetap bersikap biasa. Jujur saja, aku gugup karena ini pertama kalinya aku melakukan sesuatu untuk seorang namja—ah, bukan hanya seorang namja, tapi dia juga suamiku. Jadi wajar saja, karena mungkin semua istri pasti juga begitu terhadap suaminya ‘kan?

“Sooyoung-ah?”

Mataku mengerjap, sadar dari lamunan singkatku. Lalu cepat-cepat aku memalingkan wajah dan berbicara. “Bukan apa-apa. Geunyang,

Geunyang mwo? Marhae, masalahmu adalah masalahku juga dan apa yang kau pikirkan juga akan aku pikirkan,” kata Kyuhyun tak mau menyerah begitu saja. “Kita sudah menikah sekarang, dan meskipun pernikahan kita tidak seperti pernikahan yang lainnya tapi aku ingin kau setidaknya berbagi sesuatu padaku”

Arra,” sahutku. “Tapi kurasa tidak membicarakannya saat sarapan,”

Wae?”

“Itu akan merusak suasana,”

Kyuhyun tertawa kecil, tapi tak ada yang dia katakan.

Mau tak mau akupun ikut tertawa, lalu duduk persis di sebelahnya dan kamipun sarapan bersama seperti biasanya. Selama waktu makan itu, kami sama sekali tidak mengobrol meskipun beberapa kali aku menyadari bahwa Kyuhyun terus-menerus melirikku. Aku sempat berpikir untuk bertanya padanya atau membahas sesuatu dengannya, tapi kemudian aku mengurungkannya karena khawatir itu bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan.

Oppa,” panggilku pada akhirnya.

Kyuhyun menoleh ke arahku, “Eo. Wae?

Aku mendesah pelan, lalu melanjutkan apa yang ingin aku katakan. “Kurasa aku—aku akan mengurus restoran itu,”

Jinjja?”

Aku mengangguk.

JInjja?” tanya Kyuhyun sekali lagi. “Aku tidak akan memaksamu jika kau memang tidak ingin melakukannya, Sooyoung-ah. Aku bahkan—“

“Aku akan melakukannya,” selaku dengan cepat. “Kau tahu, aku bukan tipe orang yang bisa tenang di rumah tanpa melakukan apapun. Meskipun aku masih harus banyak belajar mengenai bisnis restoran, tapi aku akan melakukannya”

“Kenapa kau ingin melakukannya? Apa ada alasan lainnya selain itu?”

Geunyang—“ Aku diam sesaat dan berpikir. Mempertimbangkan apa aku harus mengatakannya atau tidak. Tapi kemudian, akupun memutuskan untuk berbicara. “Aku tidak mau hanya diam di rumah dan memikirkan sesuatu yang tidak perlu aku pikirkan lagi,”

Ah, begitu” sahut Kyuhyun yang aku yakin sangat mengerti apa maksudku. “Geurae. Aku akan mendukung apapun yang kau lakukan,” katanya seraya menyunggingkan segaris senyuman.

Geundae oppa,” celetukku dengan cepat. Aku meletakkan sumpitku, lalu menatap Kyuhyun dengan sedikit khawatir. “Bagaimana jika aku—aku justru tidak menghasilkan keuntungan apapun di restoran itu? Atau bagaimana jika aku justru membuat—“

“Kau belum melakukannya, kenapa kau perlu mengkhawatirkannya?” Kyuhyun memotong perkataanku yang belum selesai. Dia kembali tersenyum, “Sooyoung-ah, dengar. Aku tak peduli apa kau akan menghasilkan keuntungan di restoran itu atau kau tidak berhasil menaikkan profit restoran. Jujur saja, aku tak pernah memikirkan itu karena restoran itu bukanlah prioritas utamaku”

Aku diam saja dan mendengarkan.

Kyuhyun melanjutkan, “Restoran itu adalah tempat aku belajar bisnis sebelum aku mengambil alih pekerjaanku ini dari appa, dan kurasa itu juga tempat yang bagus untukmu belajar bisnis” katanya sambil meraih tanganku yang bebas di atas meja. Meskipun aku tidak menyangka jika dia akan menggenggam tanganku, tapi aku berusaha mentolerir apa yang dia lakukan agar aku juga mulai terbiasa dengan sentuhannya.

Aku masih diam.

“Aku ingin kau mengerti sedikit banyak tentang bisnis, meskipun kau mungkin sudah mempelajarinya. Tapi, percaya padaku. Kau perlu mempraktekkan apapun yang sudah kau pelajari itu untuk membangun perusahaan Harabeoji karena kau tak mungkin membiarkan Harabeoji mengurus semua itu, ‘kan?”

“Aku—“

“Belajarlah, dan datang padaku jika kau membutuhkan bantuanku” Kyuhyun terus berbicara padaku. Dia meremas tanganku, dan wajahnya terus tersenyum saat menatapku. “Ada saatnya kau akan menggantikan harabeoji di perusahaan karena harabeoji pun membutuhkan waktu untuk istirahat dan menikmati hidupnya,”

“Aku mengerti,” jawabku seraya mengangguk kecil. “Gomawo, oppa geurigo mianhaeyo

“Untuk apa?”

“Semuanya,”

Kyuhyun menggeleng-gelengkan kepala, lalu melepas genggamannya padaku dan mengusap kepalaku. “Tidak perlu berterima kasih atau bahkan meminta maaf. Pernikahan bukanlah sesuatu yang membutuhkan kata-kata itu,” katanya sebelum akhirnya bangkit dari tempat duduknya.

Aku tak bisa mengatakan apapun untuk membalas perkataannya. Meskipun begitu, aku ikut bangkit dan kemudian mengikuti langkahnya ke arah pintu. Sekretaris Kim dan Seo Ahjussi yang sudah menunggu langsung menyapa aku dan Kyuhyun begitu kami keluar dari rumah. Tidak banyak yang kami lakukan setelah itu karena Kyuhyun pun langsung masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh Sekretaris Kim. Aku hanya sempat melambaikan tangan ke arah suamiku itu saat mobilnya mulai melaju meninggalkan halaman rumah.

Mataku terus mengikuti mobil itu sampai akhirnya benar-benar menghilang dari pandanganku setelah melewati gerbangnya.  Tapi kemudian, aku menangkap sosok seorang namja yang berdiri di depan gerbang rumah tanpa melakukan apapun. Aku mengerjapkan mata, dan namja itu sudah tidak ada disana. Kedua alisku saling bertaut karena aku tidak mungkin salah melihatnya. Tapi karena aku tidak mau memikirkannya lebih jauh lagi, akupun memutuskan untuk membalikkan badan dan kembali masuk ke dalam rumah.

__

Kyuhyun POV

Tatapanku melirik ke sebuah bingkai foto berwarna putih di satu sudut meja kerjaku di kantor. Ada foto Sooyoung disana, menampakkan senyum ceria memamerkan barisan gigi putihnya yang rapi. Kim Taeyeon-lah yang memberikan bingkai foto itu kepadaku saat pernikahanku dengan Sooyoung waktu itu.

“Simpan di mejamu, lalu pandangi setiap hari. Mungkin dengan begitu kau akan bisa belajar mencintainya, Kyuhyun-ssi” bisik Taeyeon saat itu yang diam-diam memberikan bingkai foto itu padaku.

Aku memang menuruti perkataan yeoja itu meskipun aku juga merasa dibodohi. Bagaimana mungkin sebuah foto yang dilihat setiap hari bisa menumbuhkan cinta? Bahkan tanpa memandangi foto Sooyoung pun sebenarnya aku sudah bisa merasakang getaran tertentu saat dia berada di dekatku atau tanpa sengaja bersentuhan denganku. Tapi memang belum ada perubahan yang berarti dalam hubunganku dengan Sooyoung setelah memasuki minggu kedua pernikahan.

Rutinitasku dengan Sooyoung pun tetap sama setiap harinya. Aku pergi bekerja dan Sooyoung menyiapkan pakaian kerja untukku. Lalu kami sarapan bersama, mengobrol seperlunya sebelum aku berangkat ke kantor. Aku memang tak tahu apa yang dia lakukan saat aku tidak di rumah, tapi aku cukup senang bahwa dia akan mulai mengurus restoran meskipun aku tak tahu mulai kapan dia akan melakukannya. Setidaknya aku tahu bahwa dia berusaha untuk melakukan sesuatu, termasuk melupakan tentang masa lalunya yang jujur masih sangat mengangguku.

Kang Dongwoon. Entah kenapa sosok itu sulit dihilangkan dari pikiran Sooyoung meskipun dia sudah menikah denganku. Aku memang tidak banyak tahu tentangnya, kecuali fakta bahwa dia adalah namja terakhir yang di cintai Sooyoung dan juga namja yang telah menyakitinya. Membuatnya seperti yeoja yang telah kehilangan segalanya diluar masalah keluarganya.

“Sooyoung yang sekarang berbeda dengan Sooyoung yang dulu, Kyuhyun-ssi,” Aku teringat kata-kata Kim Taeyeon saat aku sengaja menemuinya tanpa Sooyoung. “Dulu, dia jauh lebih manis seperti anak anjing dan aku sangat suka menggodanya saat wajahnya berubah merah karena sesuatu,”

“Geuraesseoyo?”

“Dulu dia sangat bertanggung jawab, dan sangat menyukai apapun yang menurutnya itu benar. Hampir bisa dikatakan dia selalu mengikuti apa yang disukai hatinya atau sesuatu seperti itu. Tapi justru itulah yang membuat dia seperti sekarang,”

“Apa yang terjadi?”

“Masalah, keluarga dan cinta yang dipermainkan. Sejak appa-nya meninggal, dia seperti menjadi tameng bagi keluarganya sendiri karena keluarga eomma-nya yang sangat complicated. Sooyoung sangat mencintai keluarganya dan dia mengambil banyak tanggung jawab setelah appa-nya meninggal”

“Lalu dengan cinta?”

“Dia selalu dipermainkan,”

“Apa maksudnya?”

“Sooyoung pernah menyukai seseorang, tapi kebanyakan dari mereka justru membuat kondisi Sooyoung semakin buruk. Karena mereka sama sekali tidak memiliki perasaan yang sama dengannya dan hanya mempermainkannya. Namja terakhir, Kang Dongwoon. Dia tidak seburuk namja-namja lainnya, dan aku sangat tahu bahwa dia sangat mencintai Sooyoung, begitu sebaliknya. Aku bahkan berpikir jika mereka akan berakhir dengan hidup bersama saat itu. Tapi siapa yang menyangka jika ternyata Dongwoon pun sama dengan namja lainnya?”

“Apa yang terjadi?”

“Dia menghilang saat Sooyoung mulai mendapatkan masalah kembali di keluarganya. Cih, mungkin Dongwoon hanya mencintai Sooyoung karena ada apanya bukan apa adanya”

Aku mendesah panjang sambil menyandarkan tubuhku di sandaran kursi. Sebelah tanganku memijat pelan pelipisku, dan aku mulai memikirkan banyak hal. Rasanya tidak mungkin jika seseorang seperti Sooyoung mengalami apa yang Kim Taeyeon beritahukan padaku saat itu. Lalu pikiranku pun langsung melayang pada saat pertemuan pertamaku dengan Sooyoung. Itu bukanlah sebuah pertemuan yang istimewa karena kami hanya makan malam biasa. Tapi saat itu aku justru mendapatkan sesuatu yang istimewa darinya. Bukan sebuah barang atau apa, tapi untuk pertama kalinya aku terkesan—dan jantungku pun berdebar-debar, pada seorang yeoja meskipun itu adalah pertama kalinya aku mengenalnya. Suatu perasaan aneh yang muncul saat itu adalah aku benar-benar merasa sangat ingin melindunginya dan terus bersa ma dengannya. Aku sendiri tak tahu kenapa bisa seperti itu tapi saat aku melihatnya tersenyum atau tertawa, rasanya sepertiku hidupku menjadi lengkap.

Jujur saja, hanya ada dua orang yeoja yang bisa membuatku seperti itu, yaitu Choi Sooyoung dan Lee Eui Jin. Meskipun perasaan yang aku dapatkan itu hampir sama, tetapi ada beberapa hal perbedaan diantara mereka berdua. Bukan berarti aku sedang membandingkan atau apa—karena aku juga tidak menyukai perbandingan-perbandingan seperti itu, tapi aku benar-benar merasa kedua yeoja itu memiliki kemiripan yang tidak aku ketahui dimana. Aku bahkan sempat berpikir jika perasaanku yang muncul pada  Sooyoung adalah karena kemiripan dia dengan Eui Jin, karena jujur perasaanku sendiri pada Eui Jin masih tertahan. Itu benar bahwa aku memang pernah menyukai Lee Eui Jin tapi tidak pernah aku ungkapkan perasaan itu kepadanya karena yeoja itu lebih dulu menikahi seseorang dan meninggalkanku.

Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar, dan lamunanku pun seketika buyar. Saat aku mempersilahkan siapapun yang mengetuk pintu itu masuk, ternyata dia adalah Sekretaris Kim. Dia langsung melangkah menghampiriku dan berdiri tepat di sampingku mejaku setelah sebelumnya sedikit membungkukkan badan.

“Bagaimana pertemuannya?” tanyaku tanpa menunggu Sekretaris Kim yang berbicara terlebih dahulu.

“Semuanya berjalan lancar meskipun ada dua perusahaan anak cabang yang bersikeras untuk tetap menargetkan profit dibawah target perusahaan kita” jawab Sekretaris Kim. “Tapi aku akan melakukan pendekatakan lebih jauh bersama Han Bujang untuk membuat mereka mengerti bahwa target profit 6% itu cukup realistis”

Aku mengangguk-anggukkan kepala mengerti. “Anak cabang siapa itu, Kim Kyongri?”

“Daeho Group dan HM Group”

“Apa alasan mereka?”

“Mereka khawatir target profit yang terlalu tinggi itu tidak bisa tercapai yang pada akhirnya akan membuat mereka dibuang oleh perusahaan karena tidak memenuhi target itu”

“Kalau begitu katakan pada mereka bahwa jika mereka bersikeras dengan target profit awal mereka dan pada akhirnya mereka gagal memenuhinya, maka anak cabang mereka akan di cut dari perusahaan” kataku tegas yang cukup memunculkan ekspresi terkejut di wajah Sekretaris Kim. “Tapi jika mereka menerima target profit kita seperti perusahaan-perusahaan lainnya, dan seandainya mereka gagal memenuhi target itu maka mereka akan tetap dipertahankan” Aku melanjutkan sambil tersenyum singkat.

Sajangnim, apa Anda bersungguh-sungguh ingin aku mengatakan hal itu pada mereka?”

Aku menganggukkan kepala, “Aku tak akan pernah membuang perusahaan karena alasan seperti itu, Kim Kyongri. Entah itu perusahaan kelas atas, menengah atau bahkan anak cabang sekalipun. Selama mereka masih menghasilkan profit maka aku akan tetap mempertahankan mereka”

Ne, Sajangnim. Algeseumnida

Suara ketukan pintu kembali terdengar, lalu seorang namja masuk. Dia adalah Kim Kibum. Aku langsung mempersilahkan temanku itu untuk duduk dan meminta Sekretaris Kim untuk meninggalkan ruangan. Setelah membungkukkan badan sedikit ke arahku dan menganggukkan kepala pada Kibum, diapun melangkah keluar ruangan. Aku bergegas menghampiri Kibum, lalu duduk di sofa persis di sebelahnya. Sebelumnya aku memang meminta dia untuk datang ke kantor saat dia memiliki waktu luang, jadi aku tidak terkejut dengan kedatangannya ini.

“Sepertinya kalian sedang membicarakan masalah yang serius tadi, Kyuhyun-ah” kata Kibum langsung memulai pembicaraan tanpa menunggu lama. “Apa aku menganggumu?”

Oh, aniya…aniya” sahutku cepat-cepat. “Kim Kyongri hanya melaporkan tentang pertemuan siang ini, jadi yah—begitu”

“Bagaimana hasilnya?”

“Yah, kurasa mereka menerima kebijakan baruku. Apa Seo Bujang belum memberitahumu?” tanyaku karena perwakilan dari perusahaan Kibum itu juga pasti menghadiri pertemuan. Biasanya adalah Seo Jae Hyuk, seorang Busangjangnim di perusahaan itu.

Kim Kibum mengangkat kedua bahunya, “Dia tak pernah memberitahuku, tapi langsung ke Abeoji. Mungkin karena Seo Bujang masih menganggapku belum mampu untuk meneruskan ES jadi terkadang dia melewatiku”

“Itu berarti tugasmu adalah untuk bisa membuktikan kemampuanmu di depan Seo Bujang dan semua orang yang meragukanmu bahwa kau memang layak menggantikan Kim Sajangnim sebagai CEO ES” kataku berusaha membesarkan hati temanku ini. “Tenang saja, kau akan selalu mendapatkan berita dariku karena ES juga bagian penting dari GeumHo”

Geurae, geurae

Aku tertawa pelan sambil mengganti posisi dudukku. “Oh, bagaimana kabar So Mi? Katamu dia sudah kembali ke Korea, ‘kan?”

“Pengobatan emmeoni berjalan lancar dan sekarang akan mulai pengobatan di Korea” jawab Kibum sambil menyilangkan kakinya. “So Mi terlihat kelelahan, jadi aku memintanya untuk beristirahat dulu beberapa hari?”

Geurae, geurae… Kau memang suami yang penuh perhatian” kataku mengakui sikap Kibum itu. “So Mi memang beruntung memilikimu sebagai suaminya”

“Istrimu juga beruntung memilihmu menjadi suaminya, Kyuhyun-ah” sahut Kibum.

Aku tertawa hambar, “Begitu?” tanyaku. “Bagaimana mungkin kau mengatakan dia beruntung saat aku bahkan belum bisa mendekatinya?”

Aigoo… masih belum?”

Eo, belum” jawabku sambil mendesah pelan. “Apa yang harus aku lakukan, Kibum-ah?”

Oh?” celetuk Kibum terkejut karena aku tiba-tiba bertanya padanya. “Kau pernah mengajaknya pergi ke suatu tempat?”

“Pergi ke suatu tempat?”

“Seperti misalnya Namiseom, Jejudo atau ke tempat-tempat lainnya”

“Aku belum pernah mengajaknya ke tempat-tempat seperti itu” kataku jujur di depan Kibum. “Tapi haruskah aku mengajaknya karena agar kami bisa lebih dekat?”

Geureom. Itulah kenapa honeymoon itu dibutuhkan oleh setiap pasangan yang baru menikah”

Aku diam saja kali ini.

Ya! Pergilah ke Jejudo dengan istrimu dan honeymoon disana” Kibum memberikan saran padaku. “Bukankah ada anak cabang GeumHo di Jeju? Jika kau tak tahu bagaimana mengajaknya, pakai saja alasan kau ingin mengunjungi anak cabang sekalian berlibur”

Aku terus diam, mempertimbangkan ide Kim Kibum itu.

Memang benar bahwa aku tak pernah sekalipun mengajak Sooyoung berlibur setelah kami menikah. Mungkin sebenarnya dia ingin pergi berlibur tapi tak tahu bagaimana mengatakannya padaku. Bukankah selama ini juga dia hanya berada di rumah? Dia pasti juga merasa bosan meskipun beberapa kali dia meminta ijinku keluar rumah untuk menemui temannya. Tapi kurasa aku akan membicarakan ini terlebih dahulu dengan Sooyoung karena aku juga ingin tahu sebenarnya sedang dia inginkan sekarang. Dengan begitu aku cukup bisa menyebut diriku adalah seorang suami yang memperhatikan istrinya, ‘kan?

__

Sooyoung POV

Ne, eomma, aku dan Kyuhyun oppa baik-baik saja” kataku menjawab telepon dari eomma yang datang malam ini setelah aku dan Kyuhyun makan malam, dan kami sedang duduk bersantai bersama. “Eommaneun?”

Eomma baik-baik saja,”

Harabeoji? Halmeoni?

“Mereka juga baik-baik saja”

Dahengida, geureom” kataku tak bisa tidak merasa lega.

Eotte? Tidak ada masalah dengan hubungan kalian, ‘kan?” tanya eomma terdengar ingin tahu tapi juga khawatir.

Aku sempat melirik  Kyuhyun yang sedang menonton televisi dengan suara yang sangat kecil karena tak mau mengangguku yang sedang berteleponan. “Emm—eo, untuk saat ini” jawabku.

Sudah hampir setengah jam aku bicara dengan eomma di telepon. Aku bisa mengerti bahwa eomma masih merasa khawatir padaku setelah apa yang terjadi diantara aku dan Kang Dongwoon beberapa tahun lalu, dan aku hanya bisa medengarkan dengan patuh. Biar bagaimanapun, aku sangat menyayangi eomma-ku meskupun terkadang dia terlalu banyak memberiku nasehat yang sebenarnya tidak perlu lagi dia lakukan mengingat aku sudah dewasa. Karena terkadang, nasehat-nasehat eomma—meskipun aku mendengarkannya dengan baik, membawa semacam kegelisahan sendiri bagiku.

Eomma masih melanjutkan segala nasehatnya, dan aku cukup bersyukur dia sama sekali tidak menyinggung masalah Dongwoon sejak dia meneleponku. “Kau harus bisa melayani suamimu dengan baik, sayang. Meskipun mungkin ada banyak orang di rumahmu, tapi kebutuhan pribadi seorang suami itu tetap menjadi tugasmu sebagai istrinya. Ingatlah, jangan pernah menolak tanpa alasan jika suamimu meminta apalagi sampai membuatnya marah”

Ne, eomma. Arraseo,”

“Baguslah kalau kau mengerti,” sahut eomma terdengar lega. “Ini sudah malam. Katakan pada Kyuhyun, eomma sudah tidak sabar untuk menggendong cucu” kata eomma sambil menutup sambungan teleponnya.

Aku menelan ludah. Kalimat terakhir itu sangat menohok jantungku. Aku bahkan tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya tapi kenapa eomma justru sebaliknya? Jujur saja, untuk satu hal itu aku sama sekali belum pernah membicarakannya dengan Kyuhyun. Kami bahkan belum pernah tidur di kamar yang sama, lalu bagaimana mungkin untuk mulai memikirkan tentang bayi? Ah, sungguh! Eomma memang selalu seperti itu. Membuatku gelisah dan khawatir setelah dia memberikan nasehat-nasehatnya padaku.

Eotte? Apa eommeoni sehat?” Kyuhyun langsung bertanya. Dia memang tahu bahwa orang yang sedang berteleponan denganku adalah eomma-ku.

Eomma sehat, begitupula harabeoji dan halmeoni

“Lalu apa katanya?” tanya Kyuhyun lagi sambil mencomot yangparing yang terhidang di meja.

“Minta cucu,”

Hening. Kami berdua sama-sama terdiam menatap layar televisi yang sedang menayangkan sebuah drama mingguan dengan tema yang sama sekali tidak romantis. Otak kami kembali sibuk dengan pikiran masing-masing, dan aku bisa melihatnya dengan jelas adanya kerutan di dahi Kyuhyun. Meskipun begitu, kami benar-benar tak mengatakan apapun setidaknya untuk setengah jam. Hanya menatap dan mendengarkan suara televisi begitu saja, tanpa melakukan apapun. Suasana berubah canggung—tentu saja, tapi kami juga mengabaikannya.

Oppa,

“Sooyoung-ah,”

Aku terdiam di tempatku, tak menyangka jika aku dan Kyuhyun bisa berbicara dalam waktu yang bersamaan setelah kami sama-sama diam. Tapi kemudian aku mempersilahkannya untuk berbicara telebih dahulu karena mungkin saja apa yang ingin dia katakan jauh lebih penting dariku yang hanya sekedar untuk mencairkan suasana saja.

“Sooyoung-ah, bagaimana menurutmu jika kita pergi ke Jeju-do?”

“Jeju-do?” sahutku terkejut.

Kyuhyun mengangguk, “Aku berencana untuk melakukan perjalanan bisnis ke sana, dan karena itu di Jeju, aku berpikir untuk mengajakmu sekalian untuk berlibur”

Aku menahan napas, tak langsung menanggapi perkataan Kyuhyun itu. Pergi berlibur memang dibutuhkan untuk pasangan yang baru menikah seperti kami, tapi itu berarti kami hanya akan berdua dan tidur dalam satu ruangan yang sama. Apa aku benar-benar sudah siap untuk melakukannya? Mengingat perkataan terakhir kami sebelumnya adalah permintaan eomma yang tidak masuk akal itu. Tapi jika aku menolak pergi, apa alasan yang sebaiknya aku katakan?

Eotte?” tanya Kyuhyun lagi karena aku sama sekali belum memberikan jawaban. “Itu hanya di Jeju, masih dekat” Dia menambahkan.

Aku tercenung mendengar ajakannya itu. Sebagian hatiku benar-benar ingin langsung menolaknya, tapi sebagian lagi sekan diingatkan oleh janji yang ingin aku penuhi dulu sebelum aku memutuskan untuk menikah dengan Kyuhyun dan melupakan masa laluku. Aku akan tetap sama saja jika terus menghindari kenyataaan, ‘kan?

Dan akupun mengangguk kecil.

**

Aku melemparkan tubuhku di salah satu sofa di apartemen Taeyeon, lalu mendengus kesal. Aku melemparkan tas asal-asalan, mengabaikan pandangan heran sahabatku.

Ya! Waeirae?” tanya Taeyeon pada akhirnya.

“Aku akan pergi ke Jeju,” kataku memberitahu. “Bersama Kyuhyun oppa

Kening Taeyeon berkerut, “Lalu? Kenapa kau terlihat kesal?”

“Aku tidak kesal, aku hanya—“ Aku tak tahu bagaimana harus menggambarkan perasaanku sekarang. Rencana untuk pergi ke Jeju benar-benar telah mengusik pikiranku selama beberapa hari ini, dan aku tak mungkin mengungkapkannya pada Kyuhyun. “Kau tahu, ‘kan apa artinya itu?”

Ani, mollaseo

Ya! Tidak usah berpura-pura tidak tahu,” sahutku dengan cepat. Aku menghela napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. “Aku tahu kau sebenarnya tahu,”

Taeyeon mengendikan bahunya, “Honeymoon maksudmu?”

Aku diam, tak menjawab.

“Jika itu maksudmu itu, maka aku tahu” kata Taeyeon dengan tenang.

Aku menghela napas singkat, “Aku benar-benar belum sanggup untuk… untuk… hal itu,”

“Cobalah,”

“Tidak semudah itu—“

“Mudah saja,” sahut Taeyeon dengan cepat. “Kau selama ini hanya terus menghindarinya, dan mengingat-ingat sesuatu yang sebenarnya membuang waktumu untuk mengingatnya. Itulah yang membuatmu tidak sanggup melakukannya,”

Aku diam.

“Sooyoung-ah, seharusnya kau tidak melupakan tugas seorang istri yang satu itu” Taeyeon mulai berbicara dengan nada seriusnya. “Mungkin aku memang belum menikah atau bahkan berkencan, tapi aku bisa tahu bahwa sebenarnya Kyuhyun memiliki perasaan padamu. Hanya saja, kau terlalu mengabaikan perasaannya, dan berpura-pura tidak peduli padanya padahal sebenarnya kau peduli”

“Aku—“ Aku benar-benar tak bisa mengatakan apa-apa untuk membalas Taeyeon.

“Aku yakin kau sudah mulai melakukan hal-hal kecil sebagai seorang istri ‘kan?” tanya Taeyeon yang langsung aku jawab dengan anggukkan kepala. “Itu bagus, dan aku senang mendengar bahwa kau mau berusaha untuk lepas dari masa lalumu,”

Aku memutar bola mataku. Hampir setiap hari—setiap bangun pagi, aku harus menyadarkan diri sendiri bahwa sekarang aku sudah menjadi seorang istri. Setiap hari juga aku menghitung tugas-tugas istri diluar apa yang di kerjakan Park Ahjumma dan yang lainnya di rumah besar itu. Bagiku, aku sudah melakukan segala hal yang seharusnya aku lakukan untuk melayani suamiku. Hanya saja untuk urusan yang satu itu, aku benar-benar belum sanggup. Aku masih membutuhkan waktu, tapi aku tahu bahwa Kyuhyun tidak bisa dibiarkan terus menungguku.

Eotteoke? Neo mueos-eul hal geongayo?

Mwo? A—Aniya, tidak dalam waktu dekat ini kurasa”

Ya! Wae?”

“Bukankah hal-hal seperti itu harus dilakukan dengan cinta?” sahutku mencari alasan. “Aku bahkan belum bisa membuat diriku mencintainya, bagaimana bisa aku melakukannya?”

Taeyeon menatapku dengan tajam, lalu diapun menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau benar-benar sangat pandai mencari alasan,” komentarnya. “Masalah cinta, kalian bisa mengusahakannya”

Aku kembali menghela napas panjang. Tak pernah menyangka jika urusan cinta ini benar-benar menyulitkanku sekarang. Padahal sebelumnya aku tak pernah mengalaminya meskipun pada akhirnya aku sendiri yang terluka. Tapi aku selalu mudah dalam urusan seperti ini, dan Taeyeon juga sangat mengetahui hal itu.

Geurae, katakan saja kau dan Kyuhyun-ssi tak akan melakukannya di Jeju” kata Taeyeon kembali berbicara dan memecah keheningan diantara kami. “Lalu apa yang akan kalian lakukan disana?”

Emm—perjalanan bisnis dan berlibur,”

“Hanya itu?”

Aku mengangguk. “Kyuhyun oppa hanya mengatakan itu padaku,”

“Apa kalian tak pernah mengusahakan untuk membuat cinta diantara kalian?”

Satu alisku terangkat, “Apa maksudmu dengan membuat cinta? Pilihan katamu benar-benar mengerikan, Taeyeon-ah

“Jangan menyimpang dari pembicaraan,” Taeyeon memperingatkan, seakan-akan mengerti niatku untuk mengalihkan topik pembicaraan. Dia kembali memandangiku dengan lekat, tapi kali ini ditambah dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada. “Apa kalian pernah memiliki waktu bersama?” selidiknya.

“Tentu saja kami bersama saat di rumah,”

Keugae anira,” sahut Taeyeon dengan cepat. “Maksudku adalah sesuatu yang lebih intim,” tuturnya lembut.

“Tidak, terlalu banyak orang di rumah” Aku langsung menjawab. “Tapi kami selalu meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol setiap malam,”

“Dan apa kau sudah tidur satu kamar dengannya?” Taeyeon masih berusaha untuk menyelidiki.

Aku menggeleng pelan.

Aigoo, dapdaphae—“ komentar Taeyeon sambil mengelus-ngelus dadanya. “Kau benar-benar tak bisa di tolong lagi,”

Ya! Museun marieyo?

Molla, molla” celetuk Taeyeon sambil beranjak dari tempatnya, lalu pergi ke arah dapur entah untuk melakukan apa.

Aku menatap kepergian Taeyeon itu, lalu menghela napas panjang. Rasanya memang aneh membicarakan sesuatu mengenai pernikahan seperti ini dengan orang lain diluar pernikahanku sendiri. Apalagi Taeyeon juga belum menikah, tapi aku benar-benar tak ada pilihan lain selain bercerita padanya. Mengingat aku tak memiliki siapapun lagi untuk menceritakan masalah pernikahanku selain dengan Taeyeon. Karena akupun tak mungkin memberitahu Kyuhyun ataupun eomma-ku mengenai hal yang sama.

__

Kyuhyun POV

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, akhirnya aku dan Sooyoung sampai di pulau Jeju. Begitu keluar dari bandara, dua orang sudah menunggu kami disana, yaitu Sekretaris Kim—yang berangkat lebih awal dariku, dan Ahn Nam Yong, seorang driver dari anak cabang GeumHo Group di pulau Jeju. Mereka bergegas menghampiriku dan membungkukkan badan ke arahku lalu pada Sooyoung yang terlihat masih tidak nyaman dengan perlakuan seperti ini dari orang-orang yang bekerja denganku meskipun dia sendiri juga merupakan chaebol.

Sekretaris Kim membukakan pintu mobilnya, dan aku meminta Sooyoung untuk masuk terlebih dahulu lalu akupun mengikutinya. Begitu kami sudah duduk, mobilpun mulai melaju meninggalkan bandara. Karena aku harus segera melakukan kunjungan dan pertemuan dengan beberapa anak cabang di Jeju, maka mobil langsung membawaku ke kantor pusat GeumHo yang ada di tempat ini. Selama perjalanan itu Sooyoung sama sekali tidak mengatakan apa-apa meskipun aku sedikit banyak berharap dia akan bertanya kemana tujuan kami yang pertama. Tapi ternyata yeoja itu justru memilih diam sambil terus memandangi pemandangan diluar jendela mobil.

Beberapa kali aku melirik Sooyoung, tapi dia masih tetap berada di posisi yang sama bahkan sampai akhirnya kami tiba di salah satu kantor anak cabang di Aeweol-eup, kota Jeju. Sebelum aku masuk ke gedung kantornya, aku sempat bertanya pada Sooyoung terlebih dahulu tentang apa dia ingin menungguku atau langsung pergi ke hotel—diantar oleh Ahn Unjeonsa dan yeoja itu menjawab ingin pergi ke hotel saja. Jadi akupun meminta Ahn Unjeonsa untuk segera mengantarkannya ke hotel.

“Apa Samonim kelelahan, Sajangnim?” tanya Sekretaris Kim begitu mobil yang membawa Sooyoung kembali bergerak. “Samonim sedari tadi hanya diam saja,” Dia menambahkan.

Em, kurasa begitu” jawabku. “Omong-omong kemana kita akan pergi?” Aku langsung bertanya untuk menghindari percakapan tentang Sooyoung.

“Mereka menunggu Anda di aula utama, Sajangnim

Aku mengangguk singkat, “Kita langsung kesana kalau begitu”

Ne, algeseumnida” sahut Sekretaris Kim menuntunku melangkah masuk ke dalam gedung dan berjalan menuju sebuah ruangan besar yang berada di sayap kiri gedung. “Mereka sudah memperbesar beberapa gedungnya, Sajangnim. Aku sudah memberikan laporannya pada Anda”

“Ini bagus,” komentarku sambil mengarahkan pandangan ke seluruh gedung yang benar-benar terlihat berbeda saat ini dari terakhir aku datang sekitar tahun lalu. “Mereka benar-benar serius memperbaikinya kalau begitu” Aku menambahkan.

Seperti biasanya, aku hanya membalas sapaan orang-orang yang menyapaku dengan sebuah senyuman saja. Aku memang jarang pergi berkunjung ke anak cabang disini, bukan karena tempatnya yang cukup jauh tapi itu karena aku sudah mempercayakan semua anak cabang disini pada seseorang. Namanya adalah Lee Donghae, yang sebelumnya adalah orang kepercayaan Abeoji dan sekarang menjadi Sajangnim yang memegang GeumHo Group di Jeju. Sementara dari perusahaanku—perusahaan GeumHo Group pusat, orang yang sering datang kesini adalah Sekretaris Kim dan Han Bujang.

Aku disambut oleh banyak orang di aula yang semuanya adalah pimpinan-pimpinan anak cabang GeumHo Group. Tanpa banyak acara saling menyapa, pertemuan pun langsung dimulai. Awalnya mereka melaporkan tentang rencana-rencana yang ingin mereka ambil untuk periode pertama tahun ini, lalu mereka mulai membicarakan tentang target profit yang ingin mereka raih. Ada beberapa yang melaporkan tentang keinginan-keinginan mereka untuk memperlebar pasar, dan banyak hal lainnya yang sudah dicatat oleh Sekretaris Kim. Di pertemuan ini aku cukup mendengarkan saja dan sesekali memberikan tanggapan atau mengomentari sesuatu yang menurutku tidak perlu dilakukan.

Setelah hampir dua jam pertemuan, akhirnya aku bisa kembali ke hotel. Sayangnya, Sooyoung tidak ada di kamar hotel saat aku sampai disana. Akupun harus meneleponnya terlebih dahulu untuk tahu kemana dia pergi karena sebelumnya dia sama sekali tdiak memberitahuku. Setelah Sooyoung mengatakan dimana dia berada—di pantai dekat dengan hotel, aku cepat-cepat menyusulnya. Tak lama aku mencari, aku menemukannya sedang duduk sambil memeluk lutut di atas pasir putih. Pandangannya mengarah lurus ke laut. Melamun, dan kurasa dia bahkan tidak menyadari kehadiranku. Aku berdehem pelan. Membuat Sooyoung tersadar dari lamunannya. Diapun menoleh padaku dan ekspresinya masih terlihat terkejut.

“Apa aku membuatmu terkejut?” tanyaku sambil duduk di sebelah Sooyoung.

Sooyoung menggeleng sambil tersenyum tipis, “Apa sudah selesai?” tanyanya balik yang langsung aku jawab dengan anggukan singkat. “Eotteyo?”

“Mereka memiliki banyak permintaan untuk perkembangan anak cabang disini, tapi aku tak mungkin langsung memberikan keputusan karena harus membicarakannya terlebih dahulu dengan direksi” jawabku memberitahu inti dari pertemuan tadi pada Sooyoung. “Ah, mereka juga memberikan selamat untuk pernikahan kita dan ada beberapa yang memberikan hadiah juga”

“Hadiah?”

Kepalaku mengangguk, “Aku meletakkan di kamar hotel” jawabku.

Oh, geuraeyo” kata Sooyoung sambil mengalihkan pandangannya kembali pada laut yang ada di hadapannya.

Sooyoung tidak lagi menoleh padaku setelah itu. Membuatku berpikir apa sedang ada dipikirkan oleh yeoja itu sekarang? Jika tidak, kenapa dia terlihat benar-benar tidak memedulikanku? Aku benar-benar tak tahu harus melakukan apa untuk bisa lebih dekat dengannya. Haruskah aku menelepon Kibum dan bertanya padanya? Tapi bagaimana jika dia justru menertawakanku karena kesulitanku ini?

Oppa, kenapa kau mengajakku kesini?” tanya Sooyoung tiba-tiba.

Aku diam. Membeku. Aku seharusnya sudah menduga Sooyoung akan menanyakan ini meskipun saat aku mengajaknya untuk ikut bersamaku, dia sama sekali tidak bertanya alasannya. Aku tahu dia pasti akan menanyakannya nanti—entah saat kami sudah berada di hotel atau bagaimana. Harusnya pun aku bisa mengatakan alasanku sebenarnya adalah untuk bisa lebih dekat dengannya tapi aku tidak bisa melakukan itu karena aku khawatir Sooyoung justru akan semakin menjauhiku.

Aku menatap lekat bola mata Sooyoung, dan dia terlihat sedang menunggu jawabanku. Jadi akupun menghela napas panjang lalu berbicara. “Bukankah sudah aku katakan padamu sebelumnya? Aku ingin mengajakmu liburan karena mungkin kau bosan hanya di rumah saja selama ini”

Nan gwenchanayo, oppa” kata Sooyoung kembali tidak menatapku.

“Geurae, kau memang tidak apa-apa. Tapi aku juga memikirkan hal yang lain, Sooyoung-ah

“Seperti apa itu?”

Aku kembali menghela napas, “Honeymoon” kataku pada akhirnya.

Kepala Sooyoung langsung berputar cepat ke arahku, “Mworaguyo?”

Senyumku mengembang tipis melihat ekspresi terkejut Sooyoung yang sebelumnya sudah aku duga. “Bukan kita, Sooyoung-ah. Aku hanya berpikir mungkin orang lain akan bertanya kenapa kita tidak pergi Honeymoon setelah menikah, atau mungkin akan ada yang bertanya tempat mana yang kita pilih sebagai Honeymoon atau lainnya. Jadi jika ada yang bertanya, kita akan memiliki jawabannya” kataku menjelaskan.

Ah, geuriguna” kata Sooyoung terlihat jelas ada kelegaan di wajahnya sekarang. Lalu dia menundukkan kepala, “Mianhaeyo, oppa

Oh? Mianhae wae?

“Karena aku kau harus menyulitkan dirimu sendiri seperti ini” jawab Sooyoung masih menunduk. “Maafkan aku karena aku benar—“

“Maaf hanya untuk orang yang melakukan kesalahan, Sooyoung-ah” Aku langsung menyela perkataan Sooyoung yang belum selesai. “Menurutku kau tidak melakukan kesalahan, dan akupun tidak merasa disulitkan apalagi olehmu. Aku hanya ingin kau merasa lebih nyaman berada disampingku dan aku tak akan memaksamu untuk melakukan sesuatu”

Sooyoung diam saja kali ini.

Aku melanjutkan, “Pernikahan kita ini memang bukan pernikahan biasa, tapi aku tetap ingin kau merasa nyaman dan tanpa beban untuk hidup bersamaku, tinggal bersamaku, dan berada di lingkunganku. Jadi katakan padaku jika kau merasa tidak nyaman atau mungkin ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu karena dengan begitu aku akan tahu dan mengerti apa yang sebenarnya kau inginkan”

Em, arraseoyo

Aku tersenyum lagi, “Jadi kau tidak keberatan untuk berlibur disini sebentar?”

Sooyoung mengangguk, lalu dia ikut tersenyum.

Aku sedikit mengangkat tanganku, berniat untuk mengusap kepalanya meskipun pada akhirnya mengurungkan niatku itu. Tapi Sooyoung melihatnya jadi aku langsung menggerakkan tanganku untuk mengusap-usap tengkukku lalu lenganku. Berpura-pura seakan udaranya mulai terasa dingin karena hari sudah semakin larut.

“Kita kembali ke hotel?” tanyaku kemudian sambil terus mengusap-usapkan lenganku. “Apa kau masih ingin disini?” Aku bertanya lagi.

Oppa, kau kembalilah ke hotel. Sepertinya kau kedinginan,” kata Sooyoung tidak menjawab pertanyaanku terlebih dahulu. “Aku akan menyusulmu nanti,”

Oh, geurae” sahutku seraya bangkit berdiri. “Kalau begitu, aku ke hotel dulu saja”

Em,” kata Sooyoung yang ikut berdiri. “Gomawoyo, oppa” katanya lagi sebelum aku melangkah pergi.

Aku mengangguk, menyunggingkan segaris senyum tipis lalu berjalan pergi meninggalkan Sooyoung sendirian.

__

Sooyoung POV

Oppa, haruskah kita masuk ke sana?” tanyaku sekali lagi saat berdiri di ambang pintu gua Manjanggul bersama Kyuhyun. “Kenapa kita tak pergi ke tempat lain saja?”

Gokchongma, ini hanyalah sebuah gua. Bukankah katamu tempat ini belum pernah kau kunjungi sebelumnya?”

“Tetap saja—“

Kajja,” ajak Kyuhyun mengabaikan keenggananku untuk memasuki gua. “Kau pasti benar-benar akan takjub dengan keindahan yang ada disini, Sooyoung-ah

Aku mengikuti Kyuhyun berjalan tanpa banyak bicara.

Kami berdua pun mulai menelusuri tangga yang curam memasuki gua yang membentang hingga 1km dengan ketinggian mencapai 30 meter dan lebar 23 meter—itu yang tertulis di brosur yang aku bawa. Tidak berjalan lama, aku melihat dekorasi berwarna-warni dengan stalaktit dan stalagmite yang jumlahnya tak bisa aku hitung dengan jari.

“Bagus, ‘kan?” Kyuhyun kembali bersuara setelah beberapa saat. “Sudah kukatakan kau pasti akan terkesan dengan keindahan gua ini”

“Tapi sedikit dingin,”

Ah, maja—“ Kyuhyun tiba-tiba melepaskan jaket yang dia pakai dan langsung memakaikannya padaku. “Sudah lebih hangat sekarang?”

Meskipun aku masih cukup terkejut dengan apa yang baru saja Kyuhyun lakukan, tapi akupun mengangguk pelan. “G-Gomawoyo, oppa” kataku setelah berhasil mengendalikan keterkejutanku.

Kyuhyun menyunggingkan segaris senyum tipis ke arahku, lalu tangannya terulur di depanku. “Mulai disini jalannya licin, jadi lebih baik kau berpegangan padaku agar tidak terjatuh” katanya.

Oh?”

Tanpa menunggu persetujuanku terlebih dahulu, namja itu langsung meraih tanganku dan menggandeng tanganku sebelum dia mulai kembali berjalan. Pandanganku terus mengarah pada tangan kami yang saling berpegangan, dan aku merasakan sesuatu yang hangat saat tanganku berada di genggaman namja yang juga adalah suamiku ini. Ini kedua kalinya kami saling bersentuhan seperti ini selain saat kami menikah dulu meskipun hampir setiap pagi aku merapikan dasi ataupun kemejanya. Tapi menurutku itu bukan ‘sentuhan’, karena itu hanyalah tugasku sebagai seorang istri. Sedangkan berpegangan tangan, berpelukan, ‘kiss’, atau saling bermesraan itulah yang dinamakan ‘bersentuhan’.

“Sooyoung-ah, kau tahu… menurutku tidak ada gua yang seindah ini di Korea” kata Kyuhyun yang memulai lagi percakapan diantara kami. “Yah, meskipun mereka semua indah tapi gua inilah yang terindah. Melihat dari segala hal yang ada disini, pantas saja gua ini menjadi salah satu tempat yang harus dikunjungi saat pergi ke Jeju”

“Karena itulah kau bersikeras mengajakku kesini meskipun kau tahu aku sedikit takut memasuki gua manapun?”

Eo,” sahut Kyuhyun sambil menuntunku menaiki tangga-tangga yang disedikan di gua ini. “Aku ingin menghilangkan ketakutanmu,” katanya lagi.

Waeyo?” tanyaku ingin tahu.

Emm—karena kau istriku?” celetuk Kyuhyun seraya menolehkan kepala ke arahku dan tersenyum lebar. “Aniya, aniya. Geunyang—aku ingin dan senang melakukannya, apalagi untuk seseorang yang telah menjadi milikku”

Aku diam saja kali ini.

“Apa kau tahu,” Kyuhyun melanjutkan bicara karena aku terus diam. “Dulu sekali, Jihyun juga takut pada sesuatu dan aku selalu memaksanya melakukan sesuatu yang dia takutkan itu untuk menghilangkan ketakutannya” katanya menceritakan tentang dongsaeng-nya yang baru pernah aku temui sekali saat pernikahanku mengingat dia memilih untuk belajar di luar negeri.

“Apa berhasil?”

“Awalnya tidak karena itu justru semakin menambah ketakutannya, tapi entah karena apa tiba-tiba dia sering mengajakku untuk melawan ketakutannya sendiri. Meskipun itu membutuhkan waktu, tapi pada akhirnya dia berhasil mengalahkannya” cerita Kyuhyun.

Aku mengangguk-anggukkan kepala mengerti karena memang tidak banyak yang aku ketahui tentang Cho Jihyun, yeodongsaeng Kyuhyun itu. Lagipula suamiku tak pernah membicarakannya sebelumnya jadi aku memang tidak terlalu mengenalnya. Tapi suatu saat aku harus mengenalnya—mungkin saat dia kembali ke Korea lagi nanti. Karena jujur saja, dari dulu aku selalu menginginkan memiliki saudara. Sayangnya, akulah satu-satunya putri kedua orang tuaku, jadi yah—kesempatan memiliki dongsaeng memang terbuka lebar untukku sekarang dengan adanya Jihyun.

Tidak banyak yang bisa kami lakukan di gua Manjanggul ini selain hanya menikmati keindahan isi gua yang merupakan sebuah tuba lava meskipun ada juga beberapa formasi batu yang mengesankan karena bentuknya sangat mirip dengan kura-kura. Tapi aku benar-benar menghargai tujuan Kyuhyun mengajakku ke tempat seperti ini setelah dia menceritakan sedikit tentang dongsaeng-nya itu. Setidaknya aku bisa bersiap-siap untuk menghadapi ketakutanku sendiri saat namja itu mengetahui apa-apa saja yang aku takutkan.

Sebenarnya aku tidak begitu takut memasuki gua. Aku hanya takut dengan suasana yang gelap di dalam gua dan hewan-hewan yang mungkin ada di dalamnya. Aku sendiri tak tahu kenapa aku merasa ketakutan setiap kali memasuki sebuah gua—apapun itu. Jadi memang aku tak pernah sekalipun masuk ke gua-gua, dan ini adalah pertama kalinya.

Setelah menghabiskan waktu sekitar satu jam di gua Majanggul, tujuan kami selanjutnya adalah Seongsan Ilchubon, semacam bukti kecil dengan kawah yang sangat besar yang berlokasi di bagian timur pulau Jeju. Pemandangan menuju ke tempat itu benar-benar indah karena Ahn Unjeonsa sepertinya sengaja mengambil jalan pantai daripada jalan tol. Aku tidak banyak berkata-kata selama perjalanan dan menyibukkan diri mengirim pesan pada Dongwoon kemana aku pergi karena aku tak mau dia mengkhawatirkanku setelah kami kembali dekat.

“Apa Anda ingin makan sesuatu dulu, Sajangnim?” Suara lembut Ahn Unjeonsa terdengar memecah keheningan di dalam mobil. “Kita bisa berhenti sebentar untuk makan sesuatu jika Anda menginginkannya”

“Bagaimana denganmu, yeobo?” tanya Kyuhyun padaku tanpa menjawab perkataan Ahn Unjeonsa terlebih dahulu. Dia tersenyum sambil mengangguk samar, seakan-akan memintaku untuk melakukan sesuatu yang sama dengannya—bersikap mesra jika ada orang lain. “Kau ingin makan sesuatu dulu atau langsung saja?”

“Langsung saja. Kita bisa makan disana, ‘kan?” kataku menjawab.

Kyuhyun kembali mengangguk, lalu diapun mengalihkan perhatiannya pada Ahn Unjeonsa yang sepertinya menunggu jawabannya. “Langsung saja, Ahn Unjeonsa” katanya kemudian.

Ne, algeseumnida

Sisa perjalanan itu suasana kembali hening meskipun sesekali Kyuhyun menunjukkan kemesraannya padaku—yang sengaja dia lakukan, agar tidak dicurigai Ahn Unjeonsa yang memang tidak mengetahui bagaimana sebenarnya hubunganku seperti kebanyakan orang. Meskipun sebenarnya aku sedikit enggan melakukannya tapi mau tak mau aku juga harus memberikan tanggapan yang sama seperti yang Kyuhyun lakukan.  Aku selalu menganggap ini adalah bagian dari usahaku untuk menjadi seorang istri yang baik, karena itulah aku bisa menerima perlakukan suamiku itu dengan alami.

Begitu sampai di Seongsan Ilchubong, Kyuhyun langsung mengajakku untuk menyusuri jalanannya. Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, Seongsan Ilchulbong ini adalah sebuah bukit yang di sisi timurnya terlihat pemandangan laut Jepang. Untuk sampai di puncak bukit, lagi-lagi kami harus menaiki tangga yang tentu saja membuat kakiku sedikit pegal meskipun baru berjalan sebentar. Tapi sepertinya itu sama sekali tidak dirasakan Kyuhyun karena dia begitu bersemangat berjalan menaiki tangganya di depanku.

Waegeurae? Himdeuro?” tanya Kyuhyun saat melihatku yang berhenti melangkah untuk kesekian kalinya.

Em. Kakiku sakit, oppa

Ah, geurae? Eodi?” Kyuhyun langsung menghampiriku dan berjongkok di depanku untuk memeriksa kakiku. “Kita istirahat dulu?”

Aku menganggukkan kepala.

Kyuhyun mengajakku berdiri di tepian pagar karena memang tidak ada tempat duduk di tangga, dan dilarang untuk duduk di anak tangga yang menjadi jalan untuk orang berlalu-lalang di Seongsan Ilchubong ini. Beberapa kali aku menangkap ekspresi khawatirnya saat tak sengaja pandangan mata kami bertemu tapi tak ada yang dia lakukan selain hanya diam sambil sesekali memandangi kakiku. Aku bisa merasakan bahwa sebenarnya dia ingin melakukan sesuatu, hanya saja dia tak tahu apa yang harus dia lakukan mengingat anehnya hubungan kami meskipun kami adalah pasangan suami istri.

“Kita turun saja?” tanya Kyuhyun tiba-tiba.

Andwae. Kita sudah berjalan sejauh ini, oppa, sangat sayang jika harus turun tanpa melihat apapun”

“Tapi bagaimana dengan kaki—“

Gwenchanayo,” sahutku cepat-cepat. “Sudah cukup istirahatnya, dan kurasa aku bisa kembali berjalan”

“Kau yakin?”

Aku kembali menganggukkan kepala.

Geureom, berpeganglah padaku. Setidaknya kau bisa menjadikanku sandaran jika kau kelelahan” kata Kyuhyun menawarkan diri.

Em, arraseoyo

Kami melanjutkan berjalan—tapi aku sama sekali tidak memegang apapun selain pagar tangga. Semakin naik ke atas, pemandangannya semakin indah. Kyuhyun memberitahuku jika tempat ini paling bagus di datangi saat matahari terbit meskipun di waktu-waktu biasapun masih tetap bagus. Begitu sampai dipuncak, aku benar-benar takjub dengan pemandangan indah kawah besar berdiameter 600 meter yang terbentuk dari letusan hidrovulkanik sekitar empat ribu tahun yang lalu. Rasanya seperti rasa lelah dan sakit di kakiku terbayar sudah saat melihat pemandangan yang benar-benar indah ini.

Aku dan Kyuhyun menghabiskan waktu sekitar satu jam di Seongsan Ilchubong sebelum kembali menuruni tangganya. Meskipun perjalanan kali ini turun, tetap saja aku merasakan sakit di sekitar kakiku karena lagi-lagi harus berjalan. Tapi di seperempat perjalanan tiba-tiba Kyuhyun menghentikan langkahku dan dia langsung berjongkok di depanku. Tanpa bertanya padanya aku mengerti apa yang sedang dia lakukan ini meskipun aku hanya diam di tempatku sampai akhirnya Kyuhyun menolehkan kepala ke arahku dengan posisinya yang berjongkok itu.

“Naiklah, palli” katanya.

Dwaesseoyo, oppa

“Aku yang tidak akan apa-apa jika kau sampai sakit, jadi cepatlah naik” Kyuhyun masih bersikeras untuk menggendongku. “Tunggu apalagi?”

Aku ragu pada awalnya, tapi karena banyak orang yang menatap ke arahku saat mereka berjalan melewati kami jadi mau tak mau akupun mendekatkan tubuhku ke arah Kyuhyun dan naik ke punggungnya. Aku cukup terkejut saat namja itu langsung berdiri dan membawaku menuruni tangga dengan mudah, seperti tanpa beban. Beberapa orangpun terus menatap ke kami tapi sepertinya Kyuhyun sama sekali tidak memedulikan itu karena dia bahkan terus melangkahkan kakinya dengan semangat.

Oppa, himdero?” tanyaku saat kami hampir sampai di anak tangga terakhir. “Turunkan saja aku, oppa. Lagipula ini sudah dekat”

Aniya, dwaesseo” sahut Kyuhyun menolak.

Aku diam dan tak tahu harus mengatakan apa lagi.

Saat kami tiba ditempat dimana Ahn Unjeonsa menunggu, dia menatap kami dengan pandangan terkejut tapi juga tersenyum. Tanpa mengatakan apa-apa, dia langsung membukakan pintu mobilnya—dan Kyuhyunpun menurunkanku, agar aku bisa segera beristirahat di dalam mobil. Aku sempat melihat Kyuhyun berbicara dengan Ahn Unjeonsa sebelum mereka berdua juga masuk ke mobil yang dengan hitungan detik sudah melaju meninggalkan Seongsan Ilchubon.

“Kemarikan kakimu, Sooyoung-ah” kata Kyuhyun tiba-tiba saat aku sedang memilih untuk menikmati pemandangan perjalanan yang indah.

Aku menolehkan kepala ke arahnya dengan ekspesi terkejut, “Kaki?” tanyaku mengulang apa yang sebelumnya aku dengar.

Kyuhyun mengangguk.

“Untuk apa?”

“Mengurangi rasa sakitnya,”

Gwencha—

“Kemarikan saja” Kyuhyun menyelaku dan langsung mengangkat satu kakiku ke atas pahanya, lalu kaki lainnya.

Aku kembali terkejut tapi tak bisa melakukan apa-apa karena kakiku sudah terlanjur berada di atas. Mataku sempat melirik Ahn Unjeonsa sesaat, tapi kemudian dia menekan satu tombol yang membuat seperti ada pembatas diantara kursi depan dan belakang. Meskipun aku cukup terkesan dengan itu tapi aku merasakan kelegaan karena dengan begitu aku tak perlu menyembunyikan apapun di depan Ahn Unjeonsa. Detik berikutnya suara lagu terdengar memenuhi mobil, dan aku mengerti alasan kenapa tiba-tiba lagu diperdengarkan. Itu agar Ahn Unjeonsa tak mendengar pembicaraan antara aku dan Kyuhyun.

“Apa oppa yang memintanya seperti ini?” tanyaku menunjuk pada pembatas di depanku yang langsung dijawab Kyuhyun dengan anggukkan kepala. “Dan lagunya?”

“Aku yang memintanya juga” jawab Kyuhyun. “Kau lebih nyaman sekarang?” Dia bertanya setelahnya.

Em,” kataku berusaha menurunkan kembali kakiku, tapi Kyuhyun menahannya. “Oppa, nan gwenchanayo. Jinjja

“Apa ini yang kau sebut tak apa?” sahut Kyuhyun menunjuk kakiku yang lecet dan berwarna merah samar setelah dia membuka sepatuku.

“Tapi itu benar-benar tidak apa-apa, oppa. Sungguh”

Kyuhyun mendesah pelan, lalu berkata. “Sooyoung-ah, meskipun aku tak bisa selalu menyentuhmu tapi setidaknya berikan aku kesempatan untuk menjadi seorang suami yang bertanggung jawab dan peduli pada istrinya”

Aku diam saja karena tak menyangka Kyuhyun akan berkata seperti itu.

“Aku memang tak pernah mempermasalahkan bagaimana hubungan suami-istri kita, tapi aku benar-benar ingin melakukan sesuatu untukmu seperti saat suami melihat istrinya kesakitan” Kyuhyun kembali berkata. “Dengan begitu setidaknya kau bisa mempercayaiku untuk menjagamu dan melindungimu. Apa kau mengerti dan bisa menerima itu?”

Untuk sesaat aku hanya bisa diam, tapi kemudian—setelah aku menghela napas pelan, akupun menganggukkan kepala yang langsung membuat senyum Kyuhyun tersungging di wajahnya.

__

Kyuhyun POV

Eotte? Sudah ada kemajuan di Jejudo?” tanya Kibum padaku saat kami bertemu untuk makan siang.

Aku menelan Yukgaejang (sup daging sapi dan sayuran pedas)-ku, “Lumayan. Beberapa anak cabang di Jeju juga sepakat dengan kenaikan profit yang aku rencanakan”

Kim Kibum terkekeh geli. Membuatku menoleh ke arahnya dan melihat ekspresi heran di wajahnya. “Bukan kemajuan itu, Kyuhyun-ah

Geuraesseo?” tanyaku tidak mengerti.

“Kau dan Sooyoung-ssi sudah tidur dalam satu kamar?”

Mwo? sahutku sedikit terkejut dengan pertanyaan Kibum itu, tapi aku tahu  dia pasti menunggu jawabanku. “Maksudmu saat aku pergi ke Jejudo?” tanyaku kemudian.

Kibum menganggukkan kepala.

“Tentu saja kami tidur di kamar yang sama di hotel” Aku langsung memberikan jawaban. “Mana mungkin aku memasan dua kamar yang masing-masing untukku dan Sooyoung?”

Geureom… apa kalian tidur di ranjang yang sama?” Kibum masih terus penuh selidik.

Aigoo… sepertinya aku mengerti kemana arah pertanyaan vulgarmu itu” komentarku tanpa menjawab apa yang ditanyakan Kibum. “Aku tak mengerti sejak kapan kepalamu dipenuhi hal-hal seperti itu, Kibum-ah?”

Senyum Kibum tersungging tipis, “Dari reaksimu sepertinya belum ada kemajuan. Aku benar, ‘kan?”

“Benar sekali,” seruku sambil menyilangkan kedua jariku. “Kau memang yang terbaik dalam menebak sesuatu” Aku menambahkan.

Aigoo… dapdahae” komentar Kibum mengabaikan perkataanku. Lalu tiba-tiba dia menatapku dengan serius seperti seorang konsultan permasalahan rumah tangga. “Aku khawatir dengan keadaanmu, sungguh. Apa kau tahu suatu pernikahan itu tak akan pernah sehat tanpa yang satu itu?”

Arra,”

“Mungkin kau perlu yang melakukannya terlebih dahulu?”

“Aku tak mau memaksa,” sahutku singkat.

Ya! Yeoja itu perlu dibelai dan dibuat nyaman” bisik Kibum karena khawatir pembicaraan kami ini terdengar terlalu vulgar di restoran yang ramai ini. “Apa kau bahkan tak tahu itu?” serunya lebih keras.

Aku diam saja meskipun sedikit kesal karena aku terlihat seperti seorang namja yang tidak tahu apa-apa tentang urusan yeoja. Tapi aku memilih untuk tidak membahas sikap menyebalkan Kibum itu karena sebenarnya dia sedang membantuku agar aku bisa lebih dekat dengan Sooyoung. Apalagi satu-satunya orang luar yang mengetahui bagaimana hubungan pernikahanku adalah dia, jadi aku memang tak bisa tidak mengatakan apa-apa di depannya.

“Sekarang apa yang akan kau lakukan?” tanya Kibum lagi setelah kami diam untuk beberapa saat. “Apa rencanamu agar ada kemajuan di pernikahanmu itu?”

Aku mengangkat kedua bahuku, “Menunggu?”

Mwoya… menunggu?”

Kepalaku mengangguk, “Hanya itu yang bisa aku lakukan, bukan?”

Ya!” seru Kibum dengan cepat. “Seharusnya kau itu kreatif sebagai seorang namja. Kau harus bisa membuat istrimu merasa santai, senang, nyaman. Lalu menciptakan suasana romantis. Tak perlu candle light dinner atau sebagainya itu,”

Geuraesseo?”

Kibum mendesah pelan lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatapku. “Cukup mengobrol dan bercanda saja. Selanjutnya… biarkan naluri yang bicara”

“Mudah saja kau mengatakannya begitu” kataku teringat sikap Sooyoung yang seperti menjauhiku. “Tapi tak semudah itu, Kibum-ah” lanjutku.

Wae? Memangnya kenapa?”

“Sooyoung memiliki masa lalu yang masih sangat menghantuinya,” jawabku pelan.

Mwo? Masa lalu?” ulang Kibum terkejut.

Aku kembali mengangguk, “Banyak hal di masa lalu nya yang mengubah sikapnya yang sebenarnya. Itu yang dikatakan sahabatnya padaku,”

Kedua alis Kibum saling bertaut mendengarkanku, “Masa lalu seperti apa?”

Aku mengendikan bahu, “Aku tidak akan memberitahumu detailnya. Pada intinya, aku terkadang masih melihatnya sedang memikirkan masa lalunya itu”

“Tapi dia tidak menghindarimu, ‘kan?”

“Sedikit, untuk beberapa hal” jawabku sambil menghela napas singkat. “Yah—setidaknya dia sudah memberiku kesempatan untuk menjadi seorang suami yang bisa dia percaya dan juga memberiku kesempatan untuk menunjukkan kepedulianku padanya”

“Itu bagus sekali, Kyuhyun-ah. Paling tidak kau bisa bisa mulai menggerakkan hatinya dengan cara begitu”

Senyumku tersungging.

Tak ada percakapan lagi diantara kami berdua, jadi aku menyelesaikan makan siangku dan berpisah dengan Kibum sebelum kembali ke kantor kami masing-masing.

Selama perjalanan ke kantor aku terus memikirkan Sooyoung dengan sikap-sikapnya padaku belakangan ini. Sepertinya yang Kibum katakan benar, bahwa ada alasan kenapa Sooyoung bersikap seperti itu padaku. Bukankah pasangan suami istri itu harus sering bersama dan mengobrol untuk semakin mendekatkan diri satu sama lain dan untuk membangkitkan cinta diantara mereka? Tapi bagaimana cinta akan tumbuh jika untuk sekedar mengobrol saja sangat jarang aku lakukan bersama Sooyoung?

“Apa ada yang sedang Anda pikirkan, Sajangnim?” tanya Sekretaris Kim tiba-tiba. Membuat lamunanku langsung buyar.

Aniya. Wae?” tanyaku cepat-cepat.

“Kita sudah sampai, tapi sepertinya Anda tidak menyadarinya” kata Sekretaris Kim memberitahu.

Ah, geurae?” sahutku sambil menatap ke luar jendela mobil yang memang menampilkan sebuah gedung tinggi dengan tulisan ‘Asuransi GeumHo’ di lantai teratasnya. “Geureom, kajja” kataku kemudian.

Aku melangkah keluar mobil begitu Seo Ahjussi membukakan pintunya. Lalu akupun berjalan memasuki gedung bersama Sekretaris Kim. Banyak orang yang menyapaku—seperti biasanya, tapi kali ini aku hanya memberikan senyum singkat saja sebagai tanggapannya. Aku benar-benar sedang tidak dalam mood untuk bekerja sekarang karena pikiranku dipenuhi dengan Sooyoung. Aku memikirkan cara yang tidak hanya membuatku lebih dekat dengannya, tapi juga membuatnya bisa jatuh cinta padaku.

“Kim Kyongri, apa kau sering membuat kejutan untuk istrimu?” tanyaku kami hanya berdua saja di dalam lift.

Sekretaris Kim menatapku dengan bingung, “Kenapa tiba-tiba Anda bertanya seperti itu, Sajangnim?”

“Tidak ada apa-apa. Geunyang—

“Anda ingin membuat kejutan untuk Samonim?”  sahut Sekretaris Kim sambil tersenyum tipis.

“Yah—begitulah” jawabku. “Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang bisa membuat istriku bahagia”

“Apa Samonim tidak bahagia?”

Aniya, bukan seperti itu maksudku” sahutku cepat-cepat. Pintu lift terbuka, dan akupun melangkah keluar lift bersama Sekretaris Kim menuju ruanganku. “Kurasa dia sedang ada sesuatu di pikirannya, jadi aku ingin membuatnya melupakan apa yang ada di pikirannya itu sejenak dan membuatnya tersenyum bahagia” Aku melanjutkan bicara.

Ah, begitu” komentar Sekretaris Kim. “Apa Anda ingin menyiapkan kejutan untuk Samonim, Sajangnim?”

Aku mengangguk.

Sekretaris Kim kembali menyunggingkan senyumnya melihat reaksiku. “Apa Anda ingin aku yang menyiapkan kejutannya?”

Mwo?” celetukku terkejut, tapi cepat-cepat aku berkata lagi. “Ah, dwaesseo, Kim Kyongri. Aku hanya bertanya saja padamu karena siapa tahu kau memiliki ide yang bagus”

“Tentu saja ada, Sajangnim

“Apa itu?”

“Aku akan memberitahu Anda bahwa—“

Jamkkaman!” sahutku sambil berhenti melangkah. Satu alisku terangkat, “Aku bisa mempercayaimu, ‘kan?”

Geureomyo, Sajangnim

Mataku menyipit memandangi Sekretaris Kim, berusaha mencari sesuatu di ekspresinya mengingat dia seringkali menggodaku. Aku menghela napas singkat, “Ani, dwaesseo” kataku memilih untuk tidak membahasnya lagi.

“Anda akan mengurusnya sendiri?”

Eo,” jawabku. “Ah, apa keluhan pelanggan di distrik Nowon itu sudah ditangani?” Aku cepat-cepat mengganti topik pembicaraan.

“Sudah, Sajangnim. Han Kwajang yang mengurusnya langsung,”

Aku mengangguk mengerti, “Kalau begitu berikan laporannya padaku”

Ne, algeseumnida

Aku mendesah panjang sebelum masuk ke ruanganku. Biar bagaimanapun aku harus tetap melaksanakan tanggung jawabku sebagai Sajangnim di perusahaan ini bukan? Meskipun pikiranku tidak sepenuhnya berada di tempat ini sekarang.

**

Saat aku memasuki rumah, suasana terasa sangat hening. Ini bukan pertama kalinya seperti ini meskipun aku tahu masih ada kehidupan di rumah ini, baik dari istriku maupun para pelayan yang bekerja disini—tanpa melihat jam berapa sekarang. Tapi kemana mereka pergi di jam-jam seperti ini?

Sajangnim,” seruan itu membuatku menolehkan kepala, dan melihat Park Ahjumma serta tiga orang pelayan lainnya datang menghampiriku dengan tergopoh-gopoh.

“Kalian darimana saja?” tanyaku ingin tahu karena tidak biasanya mereka meninggalkan tempat mereka sampai jam kerja berakhir, yaitu sekitar jam 10 malam.

“Kami di belakang, Sajangnim. Beberapa mengurus dapur, sisanya mengurus taman” Park Ahjumma yang menjawab.

“Taman?”

Samonim yang meminta kami untuk membersihkan taman,” jawab salah satu pelayan yeoja yang aku ketahui bernama Oh Min Ji. “Samonim ingin menumbuhkan beberapa bunga dan tanaman baru di taman, jadi meminta kami untuk membersihkannya terlebih dahulu”

“Dimana Sooyoung sekarang?”

“Ada di kamarnya, Sajangnim” jawab Park Ahjumma. “Seharian ini Samonim terus berada di kamarnya—“

“Apa dia sakit? Kenapa tak memberitahuku?” sahutku dengan cepat.

Tidak ada jawaban.

Ahjumma?”

“Tidak, Sajangnim. Kurasa Samonim tidak sakit, hanya saja—“

Kedua alisku saling bertaut, “Hanya saja apa?” tanyaku sambil menatap tajam ke semua orang yang ada di hadapanku.

Hening, kembali tak ada yang menjawab.

Akupun menghela napas panjang, lalu pergi meninggalkan tempatku dan melangkah menuju kamar Sooyoung yang memang terpisah denganku. Semua orang yang ada di rumah ini mengetahuinya, tentu saja. Tapi aku melarang mereka untuk membicarakannya dan menyuruh mereka untuk berpura-pura tidak mengetahuinya.

“Sooyoung-ah?” panggilku memasuki kamar Sooyoung yang ternyata kosong. Keningku berkerut, lalu aku menatap ke arah kamar mandi dan melangkah kesana. “Sooyoung-ah, apa kau di dalam?” seruk sekali lagi.

Tak ada jawaban ataupun suara yang aku dengar dari kamar ini.

“Apa dia pergi ke suatu tempat?” gumamku bingung.

Aku berjalan keluar dari kamar Sooyoung dan melangkah ke sisi lain ruangan di rumahku yang mana adalah sebuah ruangan bersantai lainnya selain ruangan yang sama di lantai bawah. Begitu sampai, aku langsung membuka jendelanya dan memeriksa balkon. Semilir angin malam menyapaku dengan lembut, mengalirkan suhu dingin yang terasa di kulitku. Sooyoung masih tak ada disana. Akupun memeriksa ponselku, berharap ada pesan masuk dari Sooyoung disana, tapi tak ada apa-apa.

Aku gelisah karena ini tidak biasanya  Sooyoung menghilang tanpa kabar seperti ini. Sejak kami menikah, dia selalu mengabarkan kemanapun dia akan pergi. Masih dengan perasaan gelisah yang sama, akupun berjalan dengan perlahan menuju kamarku. Menyimpan tas ku di meja dekat pintu, melonggarkan dasi lalu meraba dinding untuk mencari stop kontak dan menyalakan lampu. Tepat saat lampu menyala, aku terkejut mendapati sosok Sooyoung yang sedang tertidur pulas di atas tempat tidurku.

Dengan jarak kurang dari tiga meter, aku terpaku menatap Sooyoung yang tampak sangat cantik meskipun dia sedang tertidur. Napasku tertahan dan aku mulai merasakan sesuatu mengalir deras di sepanjang pembuluh darahku. Rambut panjang Sooyoung tergerai indah.

Aku menelan ludah. Bingung antara hasratku yang tiba-tiba membuncah dan logika yang memaksaku untuk berpikir jernih. Aku melangkah mendekat dengan perlahan, lalu duduk di pinggir tempat tidur disamping Sooyoung. Mataku terus menatap ke arahnya dan tanganku pun meraih wajahnya untuk menyingkirkan poni yang menutupi sebagian wajahnya. Saat aku hendak mendekatkan wajahku, tiba-tiba saja dia bergerak dan kemudian matanya terbuka. Begitu melihatku, dia langsung terlonjak kaget—bahkan sampai bangun dari posisi tidurnya.

“Apa yang oppa lakukan di kamarku?” tanya Sooyoung msaih terkejut. Pandangan matanya berpindah-pindah dariku, menunduk, menarik napas lega lalu menatapku lagi.

Aku tersenyum tipis, “Ini kamarku, Sooyoung-ah

Mwo? Kamarmu?” ulang Sooyoung.

Kepalaku mengangguk.

Sooyoung langsung mengarahkan pandangannya berkeliling dan detik berikutnya aku bisa melihat wajahnya yang merona merah.

“Apa kau salah masuk kamar atau kau memang ingin tidur disini?” tanyaku masih tersenyum.

Emm—kurasa aku salah masuk kamar” sahut Sooyoung sambil beranjak dari tempatnya. “Mianhaeyo. Geureom—“

Jamkkaman, Sooyoung-ah” sahutku dengan cepat mencegah Sooyoung pergi meninggalkan kamarku. “Tetaplah disini,”

Oh? Wae—waeyo?”

“Itu mungkin akan aneh jika kau keluar dari kamarku sekarang dan pergi ke kamarmu. Malam ini, tidur saja disini. Kau bisa tidur di ranjang dan aku akan tidur di ruang kerjaku” kataku menjelaskan kenapa aku menahannya untuk pergi. “Jangan khawatir. Aku tak akan mendekatimu saat kau tidur, seperti saat kita di hotel Jejudo” Aku menambahkan karena melihat ekspresi khawatir di wajah Sooyoung.

“B-Baiklah kalau begitu” jawab Sooyoung pada akhirnya. “Aku—aku akan tidur disini malam ini. Emm—apa kau—emm baru pulang, oppa?” tanyanya kemudian.

Eo. Aku baru saja pulang”

Geureom—sudah makan malam?”

Aku mengangguk menjawabnya.

Sooyoung menundukkan kepalanya, seperti ada sesuatu yang sedang menganggunya tapi dia menyembunyikan dariku.

“Apa aku membuatmu tidak nyaman?” tanyaku tak tahan hanya diam saja.

A-aniyo, aniyo. Gwenchanayo” sahut Sooyoung langsung. “Aku—hmm—hanya sedang mengingat sesuatu kenapa aku bisa berakhir di kamar ini padahal sebelumnya aku sedang di balkon dan menelepon Taeyeon”

Aku mengangguk-angguk mengerti. “Mungkin karena kau terlalu seru mengobrol jadi kau tidak sadar masuk ke kamarku” kataku menerka-nerka. “Ah, benar! Apa kau meminta taman untuk dibersihkan?” tanyaku teringat tentang para pelayan tadi.

Em. Waeyo? Shirreo? Aku akan—“

Wae an joa?” potongku sambil tersenyum.

“Yah—hmm,” Sooyoung terlihat bingung sesaat tapi kemudian dia kembali berbicara. “Aku hanya berusaha menemukan sesuatu yang bisa dikerjakan disini selain mengurus restoran. Aku hanya meminta untuk dibersihkan saja dan selanjutnya aku yang akan mengurusnya. Apa itu tak apa?”

“Tentu saja,” celetukku tanpa banyak berpikir. Aku menepuk pelan ranjang di sebelahku, meminta Sooyoung untuk duduk. “Sebentar saja. Setelah ini aku akan ke ruang kerjaku” jelasku.

Sooyoung mengikuti permintaanku, dan duduk di sebelahku. Ekspresinya tidak bisa aku pahami sekarang tapi jelas dia terlihat sedikit menjaga jarak dariku agar kami duduk tidak terlalu dekat. Aku mengabaikan semua itu dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku jas ku lalu mengulurkannya pada Sooyoung.

“Apa itu, oppa?” tanya Sooyoung tanpa mengambil kotaknya dari tanganku.

Sonmul,”

Sonmul?

Aku mengangguk, lalu membuka isi kotaknya dan menunjukkannya pada Sooyoung. Mata yeoja itu langsung membelalak melihat kalung yang ada di dalam kotak di tanganku. Aku mengambilnya, membuat kalung itu semakin jelas terlihat. Tapi Sooyoung justru hanya diam di tempatnya tanpa ada niatan untuk mengambil kalung itu di tanganku.

Aku meraih tangan Sooyoung lalu meletakkan kalungnya di tangannya sambil tersenyum. Meskipun sebenarnya aku ingin sekali memasangkannya di leher yeoja itu dan menciptakan suasana romantis, tapi sepertinya itu tak bisa aku lakukan sekarang. Lagipula aku juga tak mau memaksa dia untuk langsung memakainya, jadi itu tak apa bagiku asalkan dia mau menerimanya.

“Nah… simpanlah itu,” kataku karena tak mau suasana menjadi hening dan canggung. “Aku hanya kebetulan sedang menemui seseorang dan membicarakan bisnis dengannya, lalu aku melihat kalung itu. Aku ingat jika aku tak pernah memberimu apapun, jadi yah—“ Aku berusaha menjelaskan meskipun Sooyoung tidak memintanya. Aku hanya sedang mencari alasan untuk terus berbicara dengannya.

Gomawoyo, oppa” ucap Sooyoung pelan. “Tapi seharusnya kau tak perlu memberiku apa-apa lagi. Sungguh”

Aku diam saja.

Suasana kembali hening, dan aku benar-benar tak tahu harus mengatakan apalagi sekarang.

Oppa,” Sooyoung memanggil dengan suaranya yang pelan.

Aku menatap istriku itu dengan lekat sambil memiringkan kepala. Menunggunya berbicara.

“Aku—aku ingin pergi ke Gwangju” kata Sooyoung. “Bolehkah?”

“Gwangju?” ulangku. “Untuk apa?”

“Satu minggu lagi adalah upacara peringatan kematian Appa. Aku ingin mengunjungi makamnya disana”

Oh?” celetukku terkejut karena baru mengetahuinya. “Satu minggu lagi?”

Sooyoung menganggukkan kepala, “Aku juga ingin tinggal disana beberapa hari di rumah milik eomma dulu”

“Apa eommeoni juga akan pergi kesana?”

Aniyo, hanya aku” jawab Sooyoung langsung. “Eomma tak pernah datang kesana, tapi selalu melakukan upacaranya setiap tahunnya”

Kini aku yang menganggukkan kepala, mengerti dengan keadaan keluarga Sooyoung. Aku memang tahu bahwa appa-nya sudah meninggal karena kecelakaan. Tapi itu sedikit aneh karena dia dimakamkan di Gwangju, bukan di Seoul. Padahal setahuku, keluarga Choi seluruhnya adalah orang Seoul. Meskipun aku ingin tahu alasan kenapa seperti itu, tapi rasanya semua itu bukanlah sesuatu yang perlu aku tanyakan. Mungkin akan berbeda jika Sooyoung sendiri yang memberitahuku kenapa keluarganya memakamkan appa Sooyoung di Gwangju. Tapi melihat yeoja itu tak pernah membahas lebih jauh mengenai kematian appa-nya, akupun tak bisa bertanya banyak.

“Boleh aku pergi, oppa?” tanya Sooyoung lagi setelah dia diam selama beberapa saat.

“Kalau begitu aku akan ikut denganmu” kataku tanpa ragu. “Aku juga ingin melakukan upacara peringatan untuk Abeoji dan memperkenalkan diriku padanya”

“Kau—kau ikut ke Gwangju?”

Em,”

“Tapi—“ Sooyoung berhenti untuk menarik napas panjang. “Apa itu tidak menganggumu?”

“Tentu saja tidak,” sahutku sambil tersenyum. “Aku bisa mengatur ulang beberapa hal, lagipula masih ada Kim Kyongri

Geurae?”

“Baiklah. Emm—“ Aku tak tahu harus mengatakan apalagi. “—emm sudah cukup larut sepertinya. Hmm—tidurlah lagi”

Sooyoung menatapku dengan lekat tanpa mengatakan apa-apa. Membuatku sedikit salah tingkah meskipun aku berusaha untuk tetap bersikap seperti biasa. Cepat-cepat aku beranjak dari tempatku dan melangkah ke ruang kerjaku sebelum Sooyoung melihat kegugupanku yang mungkin akan terlihat jelas jika aku semakin lama berada di dekatnya. Apalagi jantungku pun terus berdebar-debar sedari tadi dan aku tak bisa meredakannya dengan mudah saat yeoja itu terus ada di batas pandanganku.

__

Sooyoung POV

“Aku akan pergi ke Gwangju” celetukku memberitahu Kim Taeyeon rencanaku beberapa hari ke depan. “Bersama… suamiku” aku menambahkn.

Jinjja?”

Aku mengangguk. “Upacara peringatan kematian appa

Ah,” sahut Taeyeon yang mengerti kecelakaan yang menimpa appa-ku beberapa tahun yang lalu. “Kau hanya pergi bersamanya? Bagaimana dengan eommeoni?”

Eommeoni tidak pernah datang ke Gwangju lagi, ‘kan?”

Geurae, dia memang menghindari kota itu sejak masalah itu”

“Jangan menyinggungnya. Kau membuatku teringat perlakuan keluarga eomma-ku disana,” kataku memperingatkan. “Aneh sekali rasanya tidak menyukai keluarga sendiri seperti ini. Dulu Dongwoon selalu berkata bahwa—” Aku tidak melanjutkan kata-kataku karena dengan sendirinya aku menyebut nama itu.

“Kau pernah pergi ke Gwangju bersama Dongwoon?” celetuk Taeyeon kemudian.

Aku menghela napas singkat, lalu mengangguk. “Pernah, untuk peringatan kematian appa juga”

“Jangan mengingat namja itu saat disana, kalau begitu”

Wae? Aku—”

Ya! Aku tahu kau tidak mencintai suamimu. Tapi pernikahan tetaplah pernikahan, dan kau seharusnya menghormati pernikahanmu sendiri dan kau juga harus menjaga perasaan suamimu” sahut Taeyeon cepat, memotong perkataanku padahal bukan itu yang ingin aku katakan. “Aku tahu, kau pasti akan selalu mengingat Kang Dongwoon apalagi saat kau pergi ke tempat-tempat yang pernah kalian datangi. Tapi aku benar-benar ingin kau berhenti melakukannya, Sooyoung-ah. Itu benar-benar tidak bagus untuk dirimu sendiri,”

Aku menundukkan kepala, lalu mendesah pelan. Setelah beberapa saat aku kembali mendongak dan menatap bola mata Taeyeon dengan lekat, “Geureom—mana yang akan kau sebut cinta sejati? Dia yang selalu berada di sisimu karena sebuah ikatan atau sosok lain yang telah dipilih oleh hati?”

Satu alis Taeyeon terangkat, “Kenapa kau bertanya seperti itu padaku?”

“Karena kau akan mengerti kenapa aku tak bisa melupakan Kang Dongwoon,” jawabku.

Taeyeon diam membeku di tempatnya. Tapi kemudian, diapun kembali membuka mulutnya. “Geureom, kau sebut apa ini? Menikahi seseorang tapi masih memiliki perasaan untuk namja lain?”

Aku diam tak menjawab.

“Choi Sooyoung, kau sekarang bukan lagi berada di usia seperti ‘mencari cinta sejati’. Siapa namja yang sekarang hidup bersama kita itulah cinta sejati kita”

“Meskipun dia bukanlah pilihan hati kita?”

“Bukankah menikah itu adalah pilihan kita?” sahut Taeyeon dengan cepat. “Kau menikah dengan Kyuhyun-ssi itu adalah pilihanmu sendiri, ‘kan? Kau bisa saja menolaknya, tapi kau tetap memilihnya. Apa itu tidak termasuk dalam pilihan hati?”

“Taeyeon-ah, aku tidak mencintainya. Kau tahu itu,” Aku menegaskan kembali.

“Cinta itu akan datang dengan sendirinya, asalkan kau mau berusaha untuk membuatnya ada” kata Taeyeon seperti tak mau kalah. “Sekarang pertanyaanku adalah apa kau pernah berusaha untuk mencintainya?”

“Aku—“

Taeyeon mendesah pelan, “Kau tak akan pernah bisa melakukannya jika sendiri tak berusaha untuk menerima suamimu, Sooyoung-ah. Kau seharusnya membuka hatimu untuknya dan melupakan masa lalumu”

Aku kembali memilih untuk menutup mulut.

“Sekarang kita lihat antara Kyuhyun-ssi dan Dongwoon. Bukannya aku sedang membandingkan mereka atau bagaimana, tapi Kyuhyun-ssi jauh lebih pantas mendapatkanmu dan kau sudah selayaknya bahagia dengan Kyuhyun-ssi sebagai suamimu” Taeyeon tak memedulikan sikap diamku dan meneruskan berbicara. “Sooyoung-ah, sadarlah. Hubunganmu dengan Kang Dongwoon sudah berakhir, dan sekarang kau—”

“Taeyeon-ah, kenapa kau terlihat sangat memihak Kyuhyun oppa?” tanyaku penuh selidik. “Aku tak pernah ingat kau begitu memihak seseorang seperti ini sebelumnya”

“Aku tak memihak siapapun. Tapi Kang Dongwoon bukanlah namja yang seharusnya ada dipikiranmu terus-menerus dan menganggu hubunganmu dengan suamimu, Sooyoung-ah” kata Taeyeon membela diri. “Dia bahkan menghilang tanpa kabar, dan sudah seharusnya kau menumbuhkan rasa benci padanya karena telah mempermainkanmu”

“Dia tidak mempermainkanku,” kataku membela Dongwoon—yang seharusnya tidak aku lakukan. “Dia tidak pernah berniat untuk mempermainkanku. Dia—dia mencintaiku” kataku pelan.

Taeyeon tertawa sinis, “Jika dia mencintaimu, seharusnya dia tidak pergi. Apalagi saat itu kau sedang ada masalah dengan perusahaan milik keluargamu. Lihat, siapa yang justru selalu berada di sisimu dan membantumu?”

Aku tertegun, benar-benar tak tahu harus berkata apa untuk menanggapi perkataan Taeyeon yang satu ini.

 “Choi Sooyoung, kau tahu aku melakukan ini, berbicara seperti ini adalah untuk kebaikanmu” kata Taeyeon, tak mau suasana berubah menjadi hening diantara kami berdua. “Kau sahabatku, dan tujuanku melarangmu terus mengingat masa lalumu yang berhubungan dengan Kang Dongwoon itu adalah untuk menyelamatkanmu dan juga pernikahanmu”

Arra,” dengusku pelan.

“Aku yakin suatu saat kau akan merasakan hal yang sama pada suamimu, seperti saat kau bersama Dongwoon”

“Kenapa kau begitu yakin?”

Kedua bahu Taeyeon terangkat, tapi tak ada yang dia katakan untuk menanggapiku.

Aku benar-benar tdiak mengerti dengan sikap Taeyeon saat ini. Entah hanya perasaanku saja atau memang dia sebenarnya mengetahui sesuatu tapi menyembunyikannya dariku? Terkadang aku bahkam merasa jika dia memiliki hubungan tertentu dengan Kyuhyun—bukan hubungan cinta atau kekasih, tapi suatu hubungan atau katakan saja komunikasi yang tidak aku ketahui. Sayangnya aku tak pernah bisa membuktikan kecurigaanku itu, jadi aku terus menganggapnya hanya sebatas pikiranku saja yang sedang kacau.

“Omong-omong, kau akan ke Gwangju naik apa?” tanya Taeyeon lagi.

“KTX” jawabku singkat.

Geureom, apa kau akan memesan kamar hotel disana? Masing-masing untuk kalian berdua?”

Aku tertawa kecil, “Kau seperti seorang detektif yang sedang melakukan penyelidikan, Taeyeon-ah. Sungguh,” kataku.

Taeyeon ikut tertawa, “Jadi karena kalian tidak berhasil di Jeju, sekarang kalian ingin mencobanya lagi di Gwangju?”

Mwoya…” gumamku tidak percaya. “Jinjja… sampai saat ini aku belum ada persiapan atau bahkan memikirkan hal itu,”

“Tidak perlu persiapan. Let it flow—“

Aku menggigit bibir cemas, jari-jariku mengetuk-ngetuk meja. Kenapa orang-orang disekitarku selalu membicarakan tentang ‘hal itu’ di depanku? Sungguh, aku benar-benar tak pernah membicarakan apapun mengenai hal itu saat bersama Cho Kyuhyun. Tapi aku tahu bahwa aku tak bisa selalu menghindari pertanyaan itu karena cepat atau lambat aku memang harus melakukannya bersama suamiku untuk menjaga keberlangsungan pernikahanku.

-TBC-

Eotte?

Semoga suka ya^^

Oh ya! Mungkin aku lebih lama update FF ini daripada FF sebelumnya, jadi mohon ditunggu yah^^

Well, jangan lupa komentarnya knightdeul^^

Gomawo^^

Author:

just an ordinary girl in a ordinary life

40 thoughts on “What Make A Love -2-

  1. Aku baca langsung ch 2 nya yaa..
    Untuk author KyuYoung shipp terus berimajinasi dengan karya-karya nya. Semoga KyuYoung couple bisa bersatu walaupun banyak hambatan yg menghadangg

  2. Haii, aku lanjut baca ch 2 nya yaa.
    Sebelumnya beljm baca sih, tapi review aja dulu.
    Kyuyoung couple pertama yg aku suka setelah aku jadi Kpopers.
    Untuk para author Kyuyoung shipp terus berkarya dengan imajinasi kalian untuk memajukan pamor Kyuyoung couple ♥♥

  3. Kpn soo eonnie membalas prasaan kyuppa sih, lama bnget. Ksian kyuppa cintanya brtepuk sbelah tangan. O ya laki2 yg liat soo eonnie, kang dongwoonkah ? Pengen kang dongwoon gk prnah muncul lgi dihadapan soo eonnie.

    NEXT PART DITUNGGU

  4. Ih gemesss deh ma Sooyoung, masih keinget masa lalunya terus, udah nikah jga. Buka donk hatimu buat Kyuhyun..

  5. sweetdrop sama sikapnya syoo T.T
    tp suka bgt sama karakternya kyu disini romantis bgt parah>< apalg yg pas di jejudo kyu nya manly bgt thor anjir suami idaman wkwk ff genre marlife pertama tp sepanjang & semenarik ini, bagus bgt^^ sumpah jgn lama2 publish nya yaaaaaaaa author-nim, palli juseyo hehe.

  6. Beneran males liat sikapnya sooyung thor 😦 dia ga pernah mau berusaha. Gimana hubungan nya sama kyu bisa lebih baik.
    Beneran kasian sama kyu kalo kaya gini. Disini cuman kyu nya aja yg berjuang. Buruan bikin soo jatuh cinta sama kyu thor. Pengen liat moment kyuyoung mesra mesraan

  7. Annyeong…
    Hadooh… sedikit mencelos hatiku, perjuangan Kyuppa berat banget nih utk dapetin cintanya Soo… 😢
    Banyak yg soocyoung-ssi ingin ungkapkan dlm kisah ini, urusan hati kdng monoton dan kadang mengejutkan. Maksudku, banyak yg menyadari datangnya cinta secara perlahan dengan proses yg super panjang, tapi tak sedikit juga yg menyadari cinta itu secara tiba-tiba. Mungkin terasa lambat alurnya, tapi menurutku tersamarkan dngn polah tingkah manis Kyuppa yg suabaaarrr banget dgn Soo, (setidaknya sampai part ini ya), tapi aku sedikit takut nih, seolah akan ada sesuatu yg meledak jika konflik sesungguhnya tersaji di part-part berikutnya, aku jemaah di saf terdepan yg patah hati jika Kyuppa sampai merasa dikhianati Soo (please..!😯 don’t break my heart). Kepanjangan nih aku cuap-cuapnya, semoga gak bau ya.. kkekk…kekkk… 😅
    Ditunggu part berikutnya, gomawo.. 😄

  8. Aku setuju sih sama komen sebelumnya hehehe. ff ini udah bagus jalan ceritanya, cuma emang aku berharap jalan cerita agak dicepetin. Biar greget gitooo, hehehhe okeokee thor.
    next yahh.

  9. kenapa gw ngerasa kalo alurnya lama ya ???
    sooyoung juga susah banget move on nya kyknya
    seengganya kan kalo cewe udah diperhatikan segitu intensnya apalagi tinggal bareng paling engga perasaannya udah sedikit berubah ini sama sekali engga masa -___-” astagaa apa cuma gw yg ngerasa pengen alurnya dicepetin supaya si sooyoung cepet2 jatuh cinta ama kyuhyun yak -__-

  10. Gue nya kesel thor sama Sooyoung nya serius! Kenapa dia masih ngungkit2 mantannya sih? Ih kesel tau, emosi baca nya! 😳
    Thor, please naikin rating nya jd M gitu. Thor ini serius, kali2 bikin ff atau part ff yang rada nyeleneh atau masukin unsur yadong/comedy biar ga bosen. Soalnya dari awal aku liat romantis mulu

  11. gregetan dan rada kesel jg sama sikap soo, krn sikapnya bikin kyu selalu mencoba hati2 bgt dgn soo. bener kata taeyeon, kalo gak ada usaha, tetep kayak gitu ya gak bakalan ada yg berubah. pengen bgt soo cepet2 buka hati buat kyu :”

  12. Kesel sm soo bete sm soo ih knp msh mikirin mantan? Itu kyuhyunnya udh baik bgt, soo nya mkh gtu ih sebelll gemess wkwk.. next part dituunggu thorrr

  13. yeeee publish cepet.. kyuhyun sabar bnget.. emang dah ah suami idaman.. hal yg paling aku suka adalah ketika kyuhyun mijitin kaki sooyoung dan mobil mereka tersekat.. haha entah knpa aku mikirnya si kyu romantic amet.. hoho keep write and hwaiting!!!!

  14. Aduh.. tadi aku sempet gak suka sama ada terselip saat kyuyoung di jeju si soo ngirim pesan lokasi nya ke kang dongwoon..
    Apakah nextnya lebih complicated ya eon???
    Aduh eon aku sampai kebawa suasana jadi nggak suka sama pemikiran si soo…
    Kasian si kyu…
    Pengen deh ntar di cerita ini soo ngrasain apa yang di rasain si kyu, udah perhatian tapi yang diperhatiin justru mikirin orang lain..
    Tapi berharap ff ini nggak terlalu nyeritain masalah soo sama kyu terlalu panjang trus ntar end nya happy tapi cuma dikit banget cerita happy nya, atau jangan sampek ff ini sad end…
    Big NO for it.
    Maaf ya eon jadi curhat dan sok ngatur-ngatur..
    wkwkwk…
    Terserah eon mau dibawa kemana cerita nya aku sebagai reader akan membaca dan memberikan komentar saja meskipun komentar gak jelas kyk gini..
    Hehehe..
    Semangat eon..

  15. annyeong gx sabar nunggu lanjutanya, mian baru cocomment soalnya aku riders baru☺

  16. Soo hatinya kayak batu nggak tersentuh sama perhatian kyu yang udah kayak malaikat aja
    Kyuyoung nggak ada kemajuan di part ini
    Padahal tadi kirain kyuyoung bakalan buat baby di jeju
    Semoga aja nanti pas mereka pergi memperingati kematian appanya soo bakaln ada baby
    Next part semangat ya thor dan jangan lama2 ya

  17. Sooyoung kaya remaja yg lagi belajar move on. Tapi ragu labil gitu. Ayo dong eonnie smangat move onnya. Udah nikah. Hehhee
    ditunggu next partnya author. Fighting author 😇

  18. Q kshn sm kyu … Q jg salut sm kyu dy bs tahan g maksa soo kl dipikir laki” biasanya bermasalah sm yg namanya libido kan ?? Smg aja pengorbanan kyu g sia” kl nanti dongwoon muncul ;-( …. Smg soo dh cnt sm kyu … Neeeeeeext fighting eon

  19. gregetan bgt di chapter ini ama sooyoung… bacanya nyesek kalo kyuhyun berusaha lagi buat deket ama soo tapi soo malah ngehindar gitu …
    please next chapter buat kyuyoung moment yg manis…

  20. Asli greget sama gemes banget ama hubungan mereka berdua, poor kyu. Sabar ya semoga soo bisa berubah, part ini sukses bikin aku kesel ama soo hehehe

  21. kang dongwoo itu siapa sihh?! please thor hilangkan lelaki itu dari kehidupan Sooyoung… kepengen baca scene mereka honeymoon yg sesungguhnya (melakukan itu)… ditunggu part 3 nya..

  22. aduuuh geregetan ama sooyoungnya-_- jangan bikin sooyoung ketemu dongwoon dong thor:(
    chapter ini bagus, udah gabikin penasaran(?) ditunggu next chapternya, jangab lama lama ya Dx

  23. Aduh jdi gemesss deh dg krakter Sooyoung disini, masa lalu ya udah kali ya… hhhh
    Kan kasian noh laki ganteng jga dicuekin aja.
    next dtunggu, semoga Sooyoungnya mau bljar u/ ngebuka lagi hatinya….

  24. Keren bgts next part di tnggu bgts eoni kalau sooeoni gk mau kyuppa bleh buat aku aja gk sooeni gk peka atau terlalu bodo sih suami seperti kyuppa malah di jahuin n di sia2in ku harap hubungan kyuyoung cpt2 ad kmajuan oiya dri kmrin aku nunggu2 eoni post ff ini akhirny di post jga jdi ku harap next partny bsa lebih cpt si post ya 😊😊😊😊😊 aku akan slalu menungvu n menantiny

  25. aigooo salut deh am kyu yg sabar bgt mg.hadapi soo..
    aplg dg sikap soo yg sangat mjga jarak dg kyu..
    yg sabar ya kyu…

    okk gk papa postingny lama. yg pnting ttp updateeee

  26. Yak ampun si sooyoung lama banget peka nya . dy terlalu menghayati masa lalu . jadi geregetan . belum ada romantis nya jadi agak gereget (maaf) ditunggu kelanjutan nya

  27. Asli gemes stiap kli liat psngan ini Sooyoung yg slalu canggung n slalu mnghindar gra² msa lalunya n Kyuhyun yg trlalu sabar n pasrah.
    Moment d part ini msih gto² aja jd trksan Plat, tpi nmnya jg complicated marriage n proses pntaan hatu jd gk bkln seru klo lgsung mesra d awal.
    Tpi kdang ska kngen sma sikap Kyu yg gk terduga n pemaksa n Sooyoung yg ekspresif .
    D tunggu next part buat keberlangsungan osngan yg pnuh gregetan ini.

  28. greget banget sama sikapnya sooyoung yang terlalu seperti itu. kenapa juga dia harus deket lagi sama mantannya? alurnya juga jadi terlalu lambat. ff ini panjang, tapi karena hubungan kyuyoung yang terlalu flat -dan karena alurnya terlalu lambat seperti yang aku bilang- jadi bikin kurang menarik untuk part ini. mian kalo aku ngomong gini. karena ini yg aku rasain baca part ini. hehehe ^^v

  29. Kok Aq geram bnget yaaa.. sma sifat syoo kek pngen nyekek dia krna mnrut Aq dia sngat kterlluan.
    Alurr.A trllu lmbat kak… jadi.A jengkel sndri wlopun feel.A dpet.

Leave a reply to kyuniest Cancel reply