Posted in Cho Kyuhyun, Choi Sooyoung, Marriage Life, Romance

What Make A love -5-

What Makes A Love

Title                      : What Makes A Love

Author                   : soocyoung (@helloccy)

Genre                    : Romance, Marriage, Complicated

Rating                    : PG 16

Main cast               :

  • Choi Sooyoung
  • Cho Kyuhyun

Other cast              : Find it 🙂

From Author          :

Annyeonghaseyo!! Aku lagi! Hehe…

Halo halo, aku bawa FF baru nih knightdeul! Kali ini temanya marriage life. Ini pertama kalinya aku tulis FF genre ini, jadi aku minta maaf kalau sedikit aneh hasilnya. Jujur, aku gg tahu apa feel-nya dapat apa gg kali ini hehehe. Tapi semoga kalian suka deh ya^^

Dan, sekali lagi semua hal yang berhubungan sama nama sesuatu yang ada di FF ini adalah buatanku, kecuali tokoh dan beberapa lokasi tempatnya. Meskipun ada beberapa juga yang memang ada/real, tapi aku ubah sedikit demi kepentingan cerita.

So, happy reading ^^/

Sooyoung POV

Cinta dan romantisme itu sesuatu yang perlu untuk diusahakan. Aku tahu benar itu. Perlahan, aku dan Kyuhyun mulai membangun salah satu pondasi penting dalam rumah tangga kami. Cinta dan romantisme. Meski jujur saja, aku belum merasakan getaran istimewa seperti kebanyakan orang yang sedang jatuh cinta. Tapi aku mulai menikmati kebersamaanku bersama Kyuhyun sebagai sosok suami saat kami saling menggoda dan melewati waktu bersama. Mungkin tidak seromantis atau menggebu-gebu layaknya pasangan pengantin baru, tapi itu tidak masalah karena aku dan Kyuhyun pun tidak pernah terlibat urusan hati sebelumnya. Meskipun rasanya kaku, tapi menyenangkan. Lagipula, kami baru tiga bulan menikah dan masih dibutuhkan banyak waktu bagi kami untuk belajar saling mencintai.

Jika teringat awal-awal kami ‘bersentuhan’, rasanya aku ingin tertawa dalam hati. Jujur, aku tak pernah menyangka jika aku bisa menikmati kehangatan tubuh Kyuhyun saat kami berdekatan. Taeyeon benar, semuanya akan mengalir begitu saja tanpa perlu ada rencana untuk melakukannya. Tanpa sadar senyumku mengembang saat mengingat-ingat malam itu. Sampai saat ini aku tak percaya jika pada akhirnya aku dan Kyhyun benar-benar sudah melakukannya.

Aigoo… ada apa dengan senyummu yang terus menerus muncul di wajahmu itu?” seru Taeyeon yang tiba-tiba muncul di depanku. “Lama-lama kau seperti orang gila jika terus seperti itu” katanya lagi sambil duduk di sebelahku.

Aku menatap Taeyeon tajam, “Kenapa baru datang? Kau pikir sudah berapa lama aku menunggumu disini?” kataku tanpa menanggapi perkataannya yang sebelumnya.

Mianhae. Bappaseo,”

“Kau pasti sibuk berkencan, ‘kan?” sahutku sambil melipat kedua tanganku di depan dada. “Geurae, kau memang harus banyak berkencan dan segera menikah. Setelah itu, kau baru akan merasakan apa yang aku alami”

Ya! Aku tidak akan sepertimu,”

Mwo? Menikah tanpa saling mencintai maksudmu?”

Taeyeon tidak menjawab, tapi aku mengerti bahwa itu adalah maksudnya.

“Cinta bisa diusahakan, kau tahu itu” kataku seraya mengalihkan pandanganku ke taman di pinggiran sungai Han ini. “Yah, meskipun itu tidak semudah membalikkan telapak tangan tapi setiap usaha akan selalu membawakan hasil. Benar, ‘kan?” lanjutku sekilas menoleh pada Taeyeon lalu memalingkan kepalaku lagi ke arah yang sama.

“Melihat dari caramu berbicara, sepertinya kau belum bisa mencintai suamimu” komentar Taeyeon kemudian. “Geurae, itu memang tidak mudah, tapi juga tidak akan sulit jika kau tidak menyimpan perasaanmu pada sesuatu yang lain”

“Aku tidak—“

Gojimal!” Taeyeon langsung menyahuti perkataanku. “Kau tidak bisa menutupinya di depanku, Sooyoung-ah

Aku menghela napas panjang sesaat sebelum berbicara. “Kang Dongwoon. Kenapa aku tidak menghilangkan perasaanku ini padanya?” kataku tak perlu lagi berbohong di depan Taeyeon. “Rasanya seperti ada sesuatu yang tertahan dan tidak bisa aku keluarkan,” lanjutku.

“Mungkin jika kau bertemu lagi dengannya, dan kau memberitahu dia bagaimana keadaanmu dulu dan sekarang, kau bisa mengeluarkan perasaanmu yang tertahan itu”

“Tidak ada yang tahu dia dimana dan apa dia baik-baik saja atau tidak”

Taeyeon mendengus kecil. “Tentu saja dia baik-baik saja. Dia hanya terlalu pengecut untuk memunculkan batang hidungnya di depanmu. Aku berani bertaruh dia akan sangat terkejut jika tahu kau menikahi CEO setampan dan sebaik Kyuhyun-ssi

Aku memilih diam saja kali ini. Pikiranku membayangkan Kang Dongwoon dan saat dimana kami bersama dulu. Aku benar-benar tidak pernah menyangka jika dia akan pergi meninggalkanku pada akhirnya setelah dia berjanji untuk menikahiku. Mengingat hubungan kami yang tidak sebentar, itu justru membuatku semakin sulit untuk melupakannya. Apalagi kami sama-sama sudah dekat dengan keluarga masing-masing, jadi itu semakin sulit untuk menghilangkannya dari pikiranku.

Aku kembali menghela napas, lalu mengalihkan pandanganku ke sisi lain taman. Taeyeon terus berbicara tapi aku hanya setengah mendengarkannya. Perhatianku sepenuhnya teralih pada sebuah pohon besar yang bunga-bunga disekitarnya masih bermekaran meskipun sebentar lagi musim semi berakhir. Lalu tepat saat itulah aku melihat seorang namja yang tampaknya tidak begitu asing bagiku. Dia memakai topi, jadi aku tak bisa begitu jelas melihat wajahnya. Meskipun begitu, aku merasa mengenal posturnya dan caranya berdiri.

Ya! Kau tak mendengar apa yang aku katakan, bukan?” Suara Taeyeon langsung membuyarkan pikiranku dan mengalihkan perhatianku dari namja itu.

Ah… mwo? Kau mengatakan apa?” tanyaku cepat-cepat.

Taeyeon menghembuskan napas panjang, “Apa yang sedang kau pikirkan?”

Aku tak langsung menjawab, tapi kembali menoleh ke arah namja itu berdiri sebelumnya. Sayangnya tempat itu kosong sekarang karena tak ada siapapun yang ada disana.

Wae? Apa kau melihat sesuatu?” Taeyeon kembali bertanya karena sikap diamku. “Eodi eodi? Nuga?

“Bukan apa-apa” sahut saat Taeyeon juga menatap ke arah yang sama denganku. “Mungkin aku hanya berhalusinasi,” Aku menambahkan.

“Halusinasi? Di sore hari seperti ini?”

Ya! Memangnya kenapa?!” seruku sambil menatap tajam Taeyeon. Tapi yeoja itu justru terkekeh mendapati reaksiku. Aku mendengus kecil, “Apa yang kau katakan tadi?” tanyaku mengalihkan pembicaraan meskipun sosok namja tadi masih sedikit terbayang olehku.

Ani… aku hanya bertanya padamu bagaimana perkembangan hubunganmu dengan suamimu sekarang. Aku yakin sudah ada kemajuan, jadi katakan padaku bagaimana kalian”

“Aku tak akan memberitahumu,” sahutku dengan cepat sambil tersenyum tipis. “Ah, mulai sekarang aku tidak akan memberitahumu apapun tentang rumah tanggaku agar kau bisa cepat menikah”

Mwoya… wae kappjakki?” gumam Taeyeon dengan ekspresi datar. “Ya! Kenapa tiba-tiba mengubah sikapmu padaku? Kita ini sahabat, dan tidak ada yang perlu di sembunyikan dari sahabat sendiri. Arro?”

Arro,” Aku langsung menjawab. “Geuronikka, aku tak akan memberitahumu agar kau cepat menikah”

Aigoo, aku akan menikah. Jangan khawatir”

Ya! Hoksi… neo… sudah?” Taeyeon menebak.

Aku mencelos, tapi cepat-cepat mengubah ekspresiku menjadi biasa. Sayangnya, Taeyeon sepertinya sempat melihat keterkejutanku karena sekarang sebuah senyuman mengoda terlihat di wajahnya.

Ah, jadi sudah?” goda Taeyeon kemudian.

Aku bisa merasakan pipiku yang memerah, jadi cepat-cepat aku bangkit berdiri dari posisi dudukku tanpa mengatakan apa-apa untuk menanggapi Taeyeon.

Ya! Eotte? Semuanya baik-baik saja, ‘kan?”

Molla,” sahutku cepat. Lalu akupun memilih untuk pergi meninggalkan Taeyeon. Tapi aku tahu dia akan mengikutiku karena aku bisa merasakan langkah kakinya di belakangku.

“Choi Sooyoung! Kau tidak bisa menghindariku!” seru Taeyeon tak lama kemudian.

Aku mengabaikan seruan sahabatku ini, dan mempercepat langkahku untuk menghindarinya meskipun aku tahu dia tidak akan menyerah.

**

Aku keluar dari mobil saat Cho Kyuhyun membukakan pintu mobilnya untukku. Begitu diluar, pandanganku menatap ke arah sebuah bangunan elit yang merupakan salah satu restoran mewah di Seoul ini. Tak lama kemudian—setelah Kyuhyun berbicara pada Seo Ahjussi, diapun mengajakku masuk ke dalam restoran. Kami berdua berjalan berdampingan meskipun merasa sedikit canggung. Bahkan saat seorang pelayan menuntun kami ke sebuah tempat di dekat dinding kaca yang mengarah ke Sungai Han, aku masih merasakan kecanggunganku ini.

Mataku langsung menyapu seisi restoran saat pelayan—yang menuntun kami, pergi setelah mencatat pesanan kami. Tempat ini terlihat sangat klasik tapi terkesan sangat elegan. Pengunjung yang datang ke tempat ini juga bukanlah orang-orang yang biasa. Mereka semua adalah orang-orang berkelas dan ada beberapa juga yang merupakan artis dan politikus yang sedang berbincang tanpa memedulikan sekelilingnya.

“Bagaimana menurutmu?” tanya Kyuhyun tiba-tiba. Membuat perhatianku kembali teralih padanya.

Oh? Emm… tempat ini bagus,” jawabku berbicara apa adanya.

“Sesuai untuk perayaan 100 hari pernikahan kita, bukan?”

Aku mengangguk pelan. “Tapi seharusnya kau tak perlu melakukannya, oppa. Kita bisa makan di rumah, atau—“

“Aku ingin melakukan sesuatu yang spesial,” Kyuhyun menyela perkataanku. “Aku tidak mau jika perayaan 100 hari ini kita habiskan di rumah” lanjutnya.

Aku mendesah pelan. Tak tahu harus mengatakan apa untuk menanggapinya.

Dua orang pelayan datang membawakan pesanan kami dan kemudian menanyakan kelengkapan pesananannya pada Kyuhyun yang hanya memberikan anggukkan sebagai isyarat bahwa pesanan kami sudah lengkap. Lalu pelayan itupun pergi meninggalkan meja kami dengan bungkukan sangat sopan dan senyuman ramahnya.

“Ayo kita makan dulu,” kata Kyuhyun mengambil pisau dan garpu di depannya. “Kata Kibum makanan disini sangat enak dan tempatnya pun sangat nyaman. Itulah kenapa aku ingin mengajakmu kesini” Dia melanjutkan seraya mulai memotong steak di piringnya sendiri.

Ah, begitu” komentarku memilih untuk menikmati makananku.

Tapi sebelum aku sempat memotong steak-ku, Kyuhyun sudah mengambil piringku terlebih dahulu dan menukarnya dengan piringnya, dimana steak-nya sudah di potong-potong.

“Makanlah. Kau tak perlu memotongnya lagi,” kata Kyuhyun yang menyadari tatapan bingungku.

Aku mendengus kecil, lalu mulai memakan steak-nya. Untuk beberapa saat aku diam dan menikmati makananku itu. Rasanya enak, dagingnya lembut dan bumbu-bumbunya sangat terasa. Saat aku mendongak ke arah Kyuhyun, aku cukup terkejut ternyata dia sedang tidak menikmati makanannya tapi justru memandangiku dengan senyumannya.

Waeyo? Kenapa tidak makan, oppa?”

Kyuhyun mengendikkan bahu, “Geunyang—

Aku menaikkan sebelah alisku, “Oppa

“Makan saja,” kata Kyuhyun sebelum menoleh pada seorang pelayan yang berdiri tidak jauh dari meja kami. Dia memberikan isyarat yang tidak aku pahami pada pelayan itu yang sepertinya sudah mengetahuinya. “Tunggu sebentar,” katanya padaku begitu pelayan itu pergi.

Sambil menunggu pelayan itu kembali datang, Kyuhyun memintaku untuk melanjutkan makan. Kali ini dia ikut makan juga setelah aku mengancam mengabaikan makanannya. Tapi kemudian, pelayan itu muncul dan mendatangi meja kami dengan seikat mawar merah dan putih yang langsung dia berikan pada Kyuhyun. Suamiku itu pun tak lupa memberikan terima kasih pada pelayan itu dan memintanya untuk meninggalkan meja kami setelah dia menyelesaikan pekerjaannya.

“Ini,” kata Kyuhyun memberikan bunga itu padaku. “Aku berharap kau menyukainya, Sooyoung-ah

Ah, gomawoyo” sahutku menerima bunga itu.

“Apa kau suka?”

Eo,”

Dahaengida,”

Aku tersenyum ke arah Kyuhyun karena aku benar-benar tak menyangka jika dia akan melakukan hal seperti ini untuk merayakan 100 hari pernikahan kami. Sederhana, memang. Tapi aku sangat mengharagi usahanya ini mengingat bagaimana sibuknya dia mengurus perusahaannya. Aku tak tahu bagaimana harus mengungkapkan rasa terima kasihku untuknya selama 100 hari ini meskipun pernikahan kami cukup berbeda dengan pernikahan-pernikahan lainnya yang atas dasar saling mencintai.

Ah, sekarang waktunya kita menikmati musik” celetuk Kyuhyun membuyarkan lamunanku.

“Apa kau juga yang memintanya, oppa?” tanyaku ingin tahu.

“Begitulah,” jawab Kyuhyun singkat sambil mengangkat kedua bahunya dan mengedipkan sebelah matanya padaku.

Perhatianku teralih pada seorang namja yang memasuki panggung. Dia memakain setelah jas semi formal dengan topi ‘bowler’ yang menambah kesan santainya. Saat dia membungkukkan badan dan menyapa para pengunjung di restoran ini, saat itulah jantungku berdegup kencang. Namja itu adalah Kang Dongwoon, tidak salah lagi. Aku sampai harus mengerjapkan mataku beberapa kali untuk memastikan aku tidak salah mengenali orang. Dia benar Kang Dongwoon, aku sangat yakin. Dia bahkan menatapku dengan tajam sebelum akhirnya mulai bernyanyi saat alunan musik mulai terdengar mengiringinya.

Cham orenmaniran mallo (Sudah cukup lama)

Usemyeo insa haneun neo (Kau tersenyum saat mengatakannya)

Cheoum neol mannal ttaecheoreom (Dan seperti saat pertama kali aku bertemu denganmu)

Nae gaseummi cheoreoksi tto ttwieo (Jantungku mulai bergedup kencang dengan bodoh)

Pandanganku tak pernah lepas dari Kang Dongwoon selama beberapa saat. Tapi kemudian aku mengerjapkan mata karena sadar aku sedang bersama suamiku sekarang. Aku berusaha terlihat tenang sambil melanjutkan makan meskipun suara nyanyian Dongwoon terus membuat jantungku berdebar semakin kencang.

Butjabeul geol geuraenabwa (Aku seharusnya memegangimu)

Naega deo saranghanda malhal geol (Aku seharusnya mengatakan bahwa aku lebih mencintaimu)

Gajin ge neomu eobseo jul ge neomu eobseo (Tapi aku tak memiliki apa-apa, aku tak memiliki apa-apa untuk diberikan padamu)

Andoeneun jul arraseo (Jadi aku berpikir bahwa aku tak bisa)

Aku mendesah panjang, lalu meletakkan pisau dan garpuku. Aku benar-benar tak bisa berkonsentrasi untuk makan, dan harus menahan diriku untuk tidak menatap ke arah panggung. Tapi suara Kang Dongwoon benar-benar menarik seluruh perhatianku sekarang.

Nae ape inneun neoreul (Aku tak bisa memegangimu)

Aesseo utneun neoreul anajul sudo eomneunde (Meskipun kau berada di depanku)

Mataku terpejam, dan tanpa terasa air mataku mulai mengalir dengan perlahan. Aku benar-benar tak tahu apa yang terjadi, tapi melihat Kang Dongwoon lagi dan mendengar lagu yang dia nyanyikan membuatku ingin menangis. Aku berusaha keras untuk mengendalikan diriku meskipun aku tahu itu tidak bisa bertahan lama karena cepat atau lamat, semua emosiku pasti akan keluar jika aku terus berada disini.

“Sooyoung-ah” panggilan lembut Kyuhyun itu terdengar diantara suara nyanyian Kang Dongwoon. Membuatku langsung membuka mataku kembali dan berusaha menatap suamiku dengan biasa. “Waegeurae?” tanyanya kemudian.

Aku diam sesaat, lalu menggeleng pelan.

Oh? Kau menangis,” celetuk Kyuhyun tiba-tiba sambil mengusap pipiku. “Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba menangis? Apa lagunya membuatmu sedih atau bagaimana?”

Ah, gwenchanayo” kataku sebisa mungkin tidak bergetar saat mengatakannya. “Ini hanya sudah cukup lama” kataku lagi sambil tersenyum tipis ke arah Kyuhyun sebelum menatap Kang Dongwoon yang ternyata sedang memandangiku saat bernyanyi.

“Apa yang sudah cukup lama?”

Geu saram,” sahutku tanpa menoleh ke arah Kyuhyun dan terus memandangi Dongwoon. Aku mendesah pelan, lalu mengusap kembali pipiku yang terasa basah sebelum akhirnya berbicara lagi. “Geu saram… Kang Dongwoon,”

__

Kyuhyun POV

Aku bersandar pada terali besi balkon kamarku. Berdiri seperti ini sejak selesai makan malam. Langit di atasku kelihatan gelap dengan bintang yang tidak terlalu banyak. Malam ini bulan tertutup awan hitam, seakan-akan enggan untuk menampakkan dirinya lagi setelah bersembunyi.

Aku mendesah pendek.

Seharian ini Sooyoung mengabaikanku dan terlihat sedang terus memikirkan sesuatu. Tanpa bertanya padanya, aku tahu bahwa dia sedang memikirkan Kang Dongwoon. Jujur saja, aku tak pernah menyangka jika namja yang menyanyi di perayaan 100 hari pernikahanku dengan Sooyoung adalah namja yang dicintai istriku. Meskipun itu mengejutkan tapi aku tahu bagaimana perasaan Sooyoung—entah bagaimana. Aku sendiri berusaha untuk bersikap sebiasa mungkin sambil melanjutkan makan malamku, tapi sikap Sooyoung yang terus menatap namja itu sedikit membuatku terganggu.

Aku masih ingat bagaimana ekspresi Sooyoung malam itu. Yeoja itu bahkan terus menangis meskipun dia juga berusaha untuk terus menyembunyikannya dariku. Dia memang tak mengatakan apa-apa lagi padaku setelah memberitahuku mengenai Kang Dongwoon, tapi tetap saja aku tahu sesuatu melihat dari cara istriku menatap namja itu. Ada kerinduan disana yang terlihat jelas oleh mataku.

“Aku tidak boleh terus seperti ini, ‘kan?” gumamku pada diri sendiri. “Aku harus melakukan sesuatu. Tapi bagaimana jika aku benar? Bahwa dia terus memikirkan namja itu?”

Aku menggelengkan kepala kuat-kuat, memerintahkan otakku berhenti untuk memikirkan hal-hal yang belum pasti. Aku memijit pelipisku yang berdenyut, lalu memutuskan untuk turun mencari Sooyoung dan mencoba berbicara padanya.

Setelah beberapa saat mencari, aku menemukannya. Istriku itu sedang duduk termenung di salah satu bangku taman di depan rumah. Pandangannya menerawang. Aku tahu bahwa dia sedang melamun—mungkin melamun tentang namja itu lagi. Aku mendesah panjang, lalu menghampiri Sooyoung dan mengambil tempat di hapadan yeoja itu. Aku sengaja menyunggingkan senyuman lembut ke arahnya saat dia memutar wajah saat menyadari kehadiranku. Tapi kemudian dia memandangku tanpa ekspresi yang membuatku sedikit merasa canggung.

“Kenapa tidak memakai jaket atau sweater? Syal tidak akan bisa menahan udara malam yang lumayan dingin” kataku sambil membenarkan letak syal di leher Sooyoung. Aku mengusap pipinya dan bisa merasakan sesuatu yang basah di tanganku. Kedua alisku saling bertaut, tapi dia hanya memperhatikanku dengan tatapan datar.

Aku mengamati wajah Sooyoung—cukup lama. Lalu tanganku menyusuri wajahnya. Dia memang tidak mengatakan apapun padaku dan membiarkanku menyentuhnya. Meskipun begitu aku tahu bahwa pikirannya sedang tidak padaku. Jadi akupun menarik tanganku dari wajahnya dan meraih jemari Sooyoung, menggenggamnya ringan. Aku mengusap-usap telapak tangan tangannya dengan lembut, membuat perhatiannya teralih padaku.

Aku tersenyum, “Kau sedang memikirkannya?” tanyaku menebak meskipun aku sudah tahu jawabannya.

N-Nuga?”

“Kang Dongwoon-ssi” jawabku tanpa menatap Sooyoung. “Aku memperhatikanmu sejak malam itu, jadi aku menebaknya sendiri”

Mianhaeyo, oppa” gumam Sooyoung pelan.

Aku menoleh ke arahnya, “Mianhae wae?”

Geunyang—“

Aku menunggu beberapa saat karena mungkin saja Sooyoung akan mengatakan sesuatu sambil mengamati ekspresi di wajahnya. Tapi dia justru menghembuskan napas berat, dan menundukkan kepala untuk waktu yang cukup lama. Aku tahu dia tak akan mengatakan apa-apa lagi, jadi akupun berkata. “Sooyoung-ah,” panggilku pelan.

Sooyoung mendongak, menatapku tanpa ekspresi.

Aku kembali mendesah sebelum berbicara. “Aku tak akan melarangmu, Sooyoung-ah. Jika kau ingin berbicara padanya atau menemuinya, aku akan mengijinkannya”

Wae—waeyo?”

“Kau tak melarangku bertemu Lee Eui Jin, ‘kan?”

Sooyoung mengangguk.

Geureom, begitu saja” kataku meskipun sebenarnya bukan itu yang ingin aku katakan. Tapi aku tidak memiliki pilihan lain karena akupun tak ingin melihat Sooyoung terus melamun memikirkan namja itu. “Aku mengijinkanmu bertemu dia, dan kau juga akan mengijinkanku jika aku bertemu dengan Eui Jin. Eotte?”

Kedua alis Sooyoung bertaut, dan dia menatapku lekat-lekat. “Itu tidak apa-apa?” tanya kemudian.

Aku tak langsung menjawab, tapi berpikir terlebih dahulu. Apa yang aku lakukan ini benar atau salah? Jika itu satu-satunya cara untuk membuat Sooyoung tidak mengabaikanku lagi, kurasa aku akan bisa menerimanya. Mungkin saja dia ingin menyelesaikan masa lalunya ‘kan? Seperti aku ingin menyelesaikan masa laluku sendiri dengan Lee Eui Jin. Karena itulah aku membiarkan diriku terus menemuinya selama ini.

Oppa?”

Oh? Em, itu tidak apa-apa” kataku cepat-cepat, sadar bahwa aku terlalu lama diam. “Aku hanya ingin melihatmu seperti dulu dan mungkin menemuinya itu salah satu caranya”

Sooyoung hanya menatapku selama beberapa saat. “Lee Eui Jin-ssi,” katanya tiba-tiba. “Apa kau masih memiliki perasaan padanya?”

Aku sedikit terkejut mendapatkan pertanyaan Sooyoung itu dan tertegun di tempatku. Rahangku mengeras, tak tahu harus mengatakan apa pada istriku ini.

Sooyoung menarik tangannya dari genggamanku, lalu mengalihkan pandangannya ke tempat lain. “Aku tahu kau masih memiliki perasaan yang belum selesai dengannya”

“Bagaimana kau tahu?”

“Aku berharap kau menyelesaikannya, oppa” Sooyoung melanjutkan tanpa menanggapi pertanyaanku. “Jadi kau tak akan mengalami apa yang aku alami. Karena itu rasanya benar-benar menyakitkan”

Aku diam saja.

Oppa, katamu kau tak pernah meremehkan pernikahan ini ‘kan?”

Eo”

“Lalu kenapa kau mengijinkanku menemuinya? Aku tahu bahwa kau tahu apa yang terjadi padaku dengannya” kata Sooyoung melanjutkan bicaranya tanpa menatapku. “Itu tidak akan mudah sekalipun aku menemuinya,”

“Tapi kau ingin menemuinya ‘kan?”

“Aku ingin, tapi tidak ingin”

Wae?”

Sooyoung menghela napas pendek, lalu menjawab. “Aku tak tahu apa yang harus aku katakan padanya. Atau bagaimana sikapku padanya setelah sekian lama,”

Aku kembali memilih untuk diam.

Sooyoung melanjutkan. “Setelah apa yang terjadi, aku bahkan tak tahu apa aku harus menyapanya seperti seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu diantara kami atau aku harus bersikap seperti orang asing padanya. Semuanya terlalu mengejutkan, jujur saja”

Geureom… apa kau akan menghindarinya?”

Ani,” sahut Sooyoung dengan cepat. “Masa laluku tidak akan selesai jika aku menghindarinya. Aku akan menghadapinya, dan berharap jika aku bisa menyelesaikannya”

“Kau sangat mencintainya, ‘kan? Sebelumnya”

Eo, jigeumkkaji” Sooyoung menjawabnya dengan pelan meskipun aku masih bisa mendengarnya. Lalu tiba-tiba dia beranjak dari tempatnya, dan menatapku dengan senyuman di wajahnya. “Ayo kita masuk. Udaranya semakin dingin disini,” katanya sambil berlalu meninggalkanku.

Aku membeku di tempatku dan hanya memandangi punggung Sooyoung sampai dia benar-benar tidak terlihat lagi oleh mataku. Ada perasaan tidak menyenangkan yang sedari tadi aku tahan, dan aku tahu bahwa aku tak bisa mengeluarkannya begitu saja di depan Sooyoung. Apa dia akan bisa menyelesaikan masa lalunya? Apa aku juga harus menyelesaikan masa laluku? Bagaimana jika semuanya tidak sesuai dengan apa yang direncanakan? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu pun terus berputar di kepalaku, dan aku harus segera mencari jawabannya.

**

Oh, oppa. Eodiseoyo?” seruan Sooyoung itu terdengar saat aku baru saja keluar dari kamar. “Apa kau ada janji makan malam atau bagaimana?” tanyanya kemudian.

Eo, dengan Lee Eui Jin” jawabku jujur.

Sooyoung terdiam di tempatnya untuk beberapa saat dan menatapku dengan lekat. Lalu diapun tersenyum, “Kebetulan sekali”

“Kebetulan?”

Sooyoung menganggukkan kepala. “Temanku juga mengajak makan malam, dan aku baru akan memberitahumu” katanya. “Emm—aku akan berbicara pada ahjumma untuk tidak menyiapkan makan malam”

“Taeyeon-ssi?” Aku mencoba menebak.

Aniyo. Kang Dongwoon,”

Oh,” sahutku berusaha bersikap biasa. Aku balas tersenyum, “Geurae, geureom” kataku lagi.

Tanpa mengatakan apapun lagi padaku, Sooyoung melangkah pergi meninggalkanku. Meskipun—entah kenapa, tadi aku sempat melihat dia seperti ingin mengatakan sesuatu yang lain, tapi mungkin itu hanya pikiranku saja.

Aku mendesah pelan, lalu berjalan ke arah yang sama dengan Sooyoung tanpa banyak memikirkan apapun. Rasanya benar-benar aneh, ‘kan? Saat aku dan istriku pergi bersama untuk makan malam, tapi kami melakukannya dengan orang yang berbeda. Meskipun begitu, aku tak bisa berbuat banyak. Karena akupun tak bisa mencegahnya pergi untuk menemui namja lain, mengingat diapun tak mencegahku atau bagaimana. Apa pernikahanku dan Sooyoung pada akhirnya akan menjadi seperti ini dengan munculnya orang-orang dari masa lalu kami?

Sebelum benar-benar keluar dari rumah, aku sempat mencari sosok Sooyoung tapi tak menemukannya dimanapun. Aku hanya ingin memberitahunya jika dia tak perlu menungguku seandainya dia pulang lebih awal dariku. Tapi mungkin aku bisa mengirimnya pesan saja nanti. Jadi akupun cepat-cepat keluar dari rumah dan menuju mobilku yang sudah siap di halaman depan rumah. Hari ini aku sengaja akan menyetir sendiri karena mungkin saja aku bisa pergi bersama Eui Jin setelah makan malam, kemanapun itu.

Tak menunggu lama, mobilku sudah bergabung dengan mobil-mobil lainnya di jalanan Seoul. Aku tidak heran saat Eui Jin mengundangku makan malam bersama dan mengajakku bertemu di salah satu kafe di Hongdae karena kafe itu adalah kafe favorit kami saat kami masih kuliah. Saat mendengar nama itu disebut olehnya kemarin, entah kenapa senyumku langsung tersungging. Yah, meskipun aku dan dia sudah memiliki hidup masing-masing tapi mengetahui bahwa dia masih ingin mendatangi tempat-tempat favorit kami dulu itu cukup membuatku terkenang masa-masa saat aku masih menyimpan perasaan padanya. Aku ingat hampir setiap detailnya dan semoga saja Eui Jin pun begitu.

Dalam waktu kurang dari satu jam, mobilku pun berhenti dengan mulus di depan kafe itu. Aku tahu, Eui Jin sudah di dalam. Selain karena dia mengirimkan pesan padaku sebelumnya juga karena akupun melihatnya dari kaca besar kafe. Dia duduk disana sambil mengamati orang-orang di luar, tapi sepertinya dia sama sekali tak melihatku. Aku tersenyum tipis sebelum turun dari mobil dan melangkah memasuki kafe. Suara denting pelan terdengar saat aku membuka pintunya, dan itu cukup membuat Eui Jin mengalihkan perhatiannya ke arahku. Membuatku berpikir apa dia seperti itu setiap kali pintu kafe terbuka? Seakan-akan dia khawatir aku tidak akan datang? Tapi mana mungkin aku tidak datang mengingat aku cukup lama tidak menikmati saat-saat bersamanya seperti ini. Aku bahkan harus membuang rasa bersalahku terhadap Sooyoung untuk datang kesini.

“Sudah lama menunggu?” tanyaku sambil menarik kursi ke hadapan Eui Jin dan mendudukinya.

Eui Jin menggeleng pelan. “Belum. Aku baru saja memesan minuman. Kau pesan juga,”

Ah, geurae?” sahutku sambil menolehkan kepala mencari pelayan dan memanggilnya.

Pelayan namja itu pun datang, dan aku segera memesan sesuatu. Karena kafe ini tidak menyediakan menu makan malam—hanya minuman dan beberapa dessert, aku memutuskan untuk memesan secangkir kopi hitam. Begitu mencatat pesananku, pelayan itu bergegas pergi untuk menyiapkannya.

“Kopi hitam?” celetuk Eui Jin setelah beberapa saat. “Ternyata kau memang tidak berubah, Kyuhyun-ah” komentarnya kemudian.

“Kesukaan atau hobi itu tidak bisa diubah. Kau tahu itu,” sahutku.

Eui Jin mengangguk-anggukkan kepala. “Kau masih ingat tempat ini, ‘kan?”

“Tentu saja,”

“Tempat ini juga tidak banyak berubah, ‘kan?

Aku mengangguk singkat.

“Aku langsung teringat tempat ini dan entah kenapa ingin pergi kesini bersamamu” kata Eui Jin tanpa menatap ke arahku dan sibuk mengaduk-aduk minumannya sendiri. “Aku ingin kesini sebentar, sekedar untuk mengingat masa-masa itu bersamamu sebelum kita pergi ke acara temanku”

“Aku mengerti,” sahutku singkat.

Meskipun aku juga ingin mengatakan hal yang sama seperti yang Eui Jin katakan, tapi sesuatu menahanku untuk tidak mengatakan apa-apa. Ini memang pertama kalinya aku datang ke tempat ini lagi setelah terakhir aku mendatanginya beberapa tahun yang lalu. Perasaan itu bahkan hadir menguasaiku saat pertama kali aku masuk ke kafe ini dan aku tak tahu kenapa begitu tapi mungkin juga karena aku memang mengharapkannya. Ah, sungguh! Kenapa hal-hal seperti ini terjadi padaku saat keadaanku sudah berbeda? Aku benar-benar harus terus mengingatkan diriku bahwa aku sekarang sudah memiliki Sooyoung dan seharusnya perasaan seperti ini tidak lagi muncul.

Suasana hening diantara aku dan Eui Jin pecah karena kedatangan pelayan yang datang membawakan pesananku. Aku berterima kasih padanya sebelum dia melangkah pergi untuk melayani pengunjung lain, dan aku bisa menyadari jika tak lama lagi Lee Eui Jin akan membuka pembicaraan.

Aku benar.

“Rasanya tetap sama,” kata Eui Jin sebelum dia menyeruput minumannya sendiri. “Benar-benar tidak mengejutkan”

“Itu akan aneh jika mereka mengganti rasanya. Orang-orang yang datang kesini mungkin juga pengunjung-pengunjung lama yang ingin mengenang masa-masa indah mereka di tempat ini” kataku seraya mengaduk kopi hitamku. “Seperti kita,” Aku menambahkan singkat.

“Kau benar,” sahut Eui Jin. “Sejujurnya, aku juga tak menyukai perubahan”

Aku diam saja, dan memilih untuk menikmati kopi hitamku.

Keheningan kembali hadir diantara aku dan Eui Jin, dan aku tak mengerti kenapa rasanya aku selalu kehabisan topik pembicaraan padahal dulu seperti aku selalu mendapatkan sesuatu yang bisa dibicarakan dengannya. Apa ini karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya atau karena kondisi kami yang sudah berbeda? Bukankah kami memiliki keluarga masing-masing sekarang?

Kyuhyun-ah, jujur saja” Lee Eui Jin sempat berhenti sesaat untuk meneguk minumannya sendiri. “Aku tak menyangka kau menerima ajakanku untuk pergi kesini dan makan malam denganku. Apa istrimu… hmm, maksudku… apa kau tidak memberitahunya?”

“Aku memberitahunya,”

Geurae?”

“Yah, dia tidak banyak berkomentar karena dia juga pergi dengan temannya untuk makan malam”

Namja?”

Aku diam sesaat, lalu menggelengkan kepala. Entah kenapa aku tak mau Eui Jin menganggap Sooyoung yeoja yang bagaimana. “Itu Taeyeon-ssi. Salah satu temannya yang paling dekat sejak mereka kuliah. Kupikir kau mengenalnya saat di pesta waktu itu”

Ah, kurasa aku tahu” sahut Eui Jin sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu dia tersenyum, “Aku senang kau datang sendirian. Awalnya aku pikir kau akan mengajak istrimu”

“Kau ingin aku mengajak istriku?”

“Tidak, kau jangan mengajaknya” Eui Jin langsung menyahut. “Aku bukannya tidak suka pada istrimu. Dia yeoja yang baik dan itu sangat terlihat dalam dirinya. Tapi aku merasa sedikit—emm, mungkin terganggu jika ada dia disekitarmu”

Satu alisku terangkat, “Terganggu?”

Eui Jin mengangguk singkat, “Kau tahu, ada beberapa hal yang belum selesai diantara kita. Jadi yah… katakan saja aku ingin memperbaikinya”

Aku hanya bisa kembali diam mendengarnya.

Untuk beberapa saat, kami sama-sama menutup mulut. Entah kenapa pikiranku kembali tertuju pada Sooyoung. Aku benar-benar ingin tahu apa dia pergi menemui Kang Dongwoon? Sempat terpikir olehku untuk menghubunginya, tapi dengan cepat aku mengurungkannya. Dia bahkan tidak menggangguku, kenapa aku harus mengganggunya? Mungkin saja dia sedang membicarakan sesuatu yang penting dengan namja itu ‘kan?

“Apa kau sedang ada masalah? Aku perhatikan sedari tadi kau tidak menyentuh makananmu, Kyuhyun-ah” celetuk Lee Eui Jin yang langsung membuyarkan pikiranku. “Waegeurae?” tanyanya kemudian setelah perhatianku kembali tertuju padanya.

“Tidak apa-apa. Ini hanya masalah pekerjaan,” jawabku berbohong. Lalu akupun memulai makan malamku yang sebenarnya aku tidak bernapsu untuk memakannya. “Jadi, apa yang kau ingat tentang tempat ini?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.

“Banyak hal,” sahut Eui Jin dengan cepat. “Aku ingat, kau selalu bisa menemukanku di sini setiap kali aku berusaha menghilang dari teman-temanku”

Aku tertawa pelan, mengingat saat-saat yang dikatakan Lee Eui Jin itu. “Yah, kau biasanya pergi ke perpustakaan atau ke sini untuk makan siang. Jadi, aku tahu”

“Aku sempat berpikir kau adalah stalker-ku”

Mwo?”

Eui Jin tertawa, dan itu cukup membuatku terkejut karena kilasan masa laluku dengannya tiba-tiba muncul di kepalaku. Mataku lekat menatap Eui Jin di depanku dan perasaan itupun sempat bisa aku rasakan saat aku memandanginya seperti ini. Sampai saat ini aku masih tak percaya jika yeoja yang dulu pernah mengisi hari-hariku sekarang benar-benar ada di depanku lagi. Dia terlihat semakin cantik, dan satu hal yang tidak berubah darinya sejak kuliah adalah senyum lembutnya.

Wae? Kenapa kau memandangiku seperti itu?” tanya Eui Jin tiba-tiba, membuyarkan lamunan singkatku.

Aniya, amugeotdo” sahutku. “Kau masih cantik, Eui Jin-ah” kataku jujur.

Aku bisa melihat pipi Eui Jin yang bersemu merah jambu. “Sejak kapan kau pandai menggombal seperti ini?”

Aku tertawa, “Aku tidak menggombal”

Eui Jin tidak menanggapi, tapi aku tahu dia sedang menahan malu sekarang karena dia terus meminum minumannya. Membuatku harus menahan senyumku melihat bagaimana tingkahnya sekarang. Tidak banyak hal yang kami bicarakan saat makan, meskipun beberapa kali Eui Jin mengajakku mengobrol tentang banyak hal. Tapi mengobrol berdua dengannya seperti ini benar-benar membuatku seperti kembali menjadi mahasiswa. Karena apa yang kami bicarakan kebanyakan tentang masa-masa kuliah, acara-acara kampus dulu, dosen-dosen yang menyebalkan, teman-teman satu angkatan dan sebagainya. Meskipun sesekali topik perasaan kami masing-masing pada masa lalu terpaksa ikut disinggung dan aku baru menyadari bahwa waktu sudah banyak mengubah perasaan dan hidup kami masing-masing menjadi lebih kompleks.

__

Sooyoung POV

“Jadi, kau jatuh cinta?” Taeyeon bertanya sembari melirikku dan tersenyum menggoda. Dari ekor mataku, aku bisa melihatnya. Kami sekarang berada di salah satu coffee shop di Jamsil setelah aku menemaninya berbelanja.

Geurissae,” kataku mengangkat bahu. Aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela.

Terdengar suara tawa Taeyeon. “Akhirnya, kau bisa juga jatuh cinta pada suamimu. Bagaimana rasanya?”

Pipiku langsung merona. “Mwoya… Aku hanya bercerita padamu bagaimana kesalnya aku karena dia pergi menemui yeoja itu, dan bagaimana tidak pedulinya dia saat aku memancingnya dengan berkata aku akan pergi menemui… Dongwoon” Suaraku memelan saat mengucapkan nama itu.

“Jadi, kau tidak menemuinya?”

Aku menggeleng. “Aku pergi ke rumah lamaku”

W—Wae?”

Geunyang—molla” sahutku sesekali menatap Taeyeon lalu kembali mengalihkan pandanganku. “Aku tak merasa harus menemui Kang Dongwoon lagi, entah kenapa”

Aigoo… isanghae,” komentar Taeyeon yang membuatku menoleh ke arahnya lagi. “Aku masih ingat bagaimana kau membicarakan Kang Dongwoon beberapa hari yang lalu. Tapi sekarang, setelah dia muncul di depanmu lagi kenapa kau bersikap seperti ini?”

“Itu yang kau sarankan, bukan? Kenapa kau sekarang sikapmu juga berbalik?”

“Bukan begitu maksudku,” sahut Taeyeon dengan cepat. “Yah, meskipun sebenarnya aku tak menyetujui ini tapi sepertinya kau harus bertemu Kang Dongwoon dan berbicara padanya”

“Apa yang perlu aku bicarakan dengannya?”

“Bukankah katamu kau ingin tahu kenapa dia meninggalkanmu begitu saja?”

Aku diam untuk beberapa saat, lalu menggeleng pelan. “Kurasa sekarang aku tak ingin tahu,”

Wae? Kyuhyun-ssi ttaemune? Kau benar-benar sudah jatuh cinta padanya, ‘kan?”

Aku memilih untuk tidak menjawab kali ini.

“Yah, jika itu karena Kyuhyun-ssi mungkin sebaiknya kau tidak melakukannya” kata Taeyeon lagi, mengabaikan sikap diamku. “Tapi apa kau harus terus berpura-pura menemui Kang Dongwoon setiap kali suamimu itu bertemu dengan mantan yeojachingu-nya?”

“Lee Eui Jin tidak pernah menjadi—“

Arra, arra” Taeyeon menyela perkataanku dengan cepat. “Mereka hanya saling menyukai. Tapi apa kau benar-benar tidak curiga pada mereka?”

“Tidak,” jawabku ragu. “Aku akan curiga jika suamiku pergi menemui yeoja lain tanpa memberitahuku. Tapi dia selalu memberitahuku, jadi kenapa aku harus curiga?”

Ekspresi Taeyeon justru terlihat cemas sekarang. “Apa kau tak pernah khawatir jika mereka—hmm, kau tahu—Mereka itu saling menyukai di masa lalu. Apa kau tak khawatir jika suamimu mulai tidak jujur padamu?” tanyanya sedikit salah tingkah saat beberapa pengunjung menoleh ke arah kami.

Aku mengaduk-aduk Cappuccino di depanku lalu menyeruputnya sedikit. “Entahlah, Taeyeon-ah. Aku dan suamiku masih dalam proses belajar untuk menjalani hari-hari selayaknya suami-istri normal. Untuk situasi tertentu, kami masih menjaga privasi masing dan beberapa hal yang sepertinya tidak perlu diceritakan”

“Sooyoung-ah. Ketidakjujuran itu salah satu pangkal masalah dalam hubungan. Kau mengerti itu, ‘kan? Pernikahan itu bukan kehidupan puteri dan pangeran kerajaan di istana megah yang selalu bahagia” tegas Taeyeon. “Bagaimana kalian bisa menyelesaikan masalah jika masih ada banyak hal yang tidak diungkapkan?”

Ya! Terlalu banyak yang diungkapkan juga bisa jadi masalah” Aku tersenyum.

Baboya?”

Aku justru semakin tertawa melihat kekhawatiran sahabatku ini. “Gokchongma. Kami baik-baik saja,” kataku menenangkan. “Ayo kita pergi dari sini” Aku langsung beranjak dari tempatku setelah mengatakannya.

Taeyeon mengikutiku, dan kamipun bersama-sama keluar dari coffee shop itu untuk mulai menyusuri jalanan Jamsil yang ramai. Selama berjalan Taeyeon terus mengoceh panjang lebar tentang drama yang sedang dia tonton—yang sayangnya aku tidak menontonnya. Cara bicaranya antusias sekali, dan aku hanya menanggapinya dengan senyuman atau komentar singkat karena aku benar-benar tidak mengikuti drama yang ditonton Taeyeon itu. Tentu saja, karena itu drama mingguan dan aku selalu tidak bisa menikmati televisi setiap malam minggu.

Kami berhenti di Jamsil Hangang Park yang terletak di bagian selatan sungai Han antara Jamsil Iron Bridge dan Yeongdong Bridge. Taman ini berdekatan dengan kompleks olahraga Jamsil, jadi banyak di temukan orang-orang yang sedang berolahraga di sore hari seperti ini. Aku dan Taeyeon memilih untuk duduk di dekat di pinggiran sungai Han sambil menikmati pemandangan sore dari sana. Tapi baru saja kami duduk, salah seorang namja—yang kelihatanya sangat familier bagiku, duduk tak jauh dari tempatku berada.

Aku memicingkan mata memandangi namja itu. Dia sedang duduk dengan kedua tangannya ditarik ke belakang yang digunakan sebagai tumpuan tubuhnya. Kedua kakinya ditekuk lebar, kepalanya menengadah ke langit dengan sepasang mata yang terpejam.

“—kasus-kasus yang mereka tangani,” kata Taeyeon yang kata terakhir kalimatnya berhasil aku dengar. “Aku sedikit bosan jika mereka selalu berhasil menangani kasusnya karena itu tidak terlihat real. Bagaimana bisa seorang pengacara tak pernah gagal?” tambahnya.

Namja itu sekarang sudah tidak lagi menengadah, tanpa sadar kedua tanganku mencengkram mantelku. Perlahan aliran dingin merembeti tubuhku saat kepala namja itu beralih, seolah dia sadar bahwa ada yang sedang memperhatikannya.

“Kau tahu. Tokoh yang selalu sempurna itu sangat tidak real. Seharusnya para penulis naskah jangan membuat sebuah tokoh yang seperti itu,” kata Taeyeon yang masih terus bercerita. “Mungkin jika ada satu saja kekurangan dari tokohnya, itu akan cukup baik. Bahkan di pernikahannya pun dia kelihatan bahagia. Menemukan seorang istri yang cantik, pintar, sempurna…”

Namja itu kini mengubah cara duduknya, lalu menatapku dengan sebuah senyuman yang tersungging di wajahnya. Lalu sebelum aku sempat memberitahu Taeyeon, dia sudah berdiri dari tempatnya dan berjalan ke arahku tanpa ragu.

Ya! Kenapa kau diam saja? Apa kau tak—“ Kata-kata Taeyeon selanjutnya terhenti karena sepertinya dia juga menyadari Kang Dongwoon yang sedang menghampiri kami. Taeyeon memicingkan matanya sebelum berkata, “Bukankah itu Kang Dongwoon?” bisiknya padaku.

Aku mengangguk singkat.

“Ayo kita pergi dari sini,” ajak Taeyeon sambil berdiri dan menarikku untuk ikut berdiri juga. “Kajja, Sooyoung-ah

Dorongan kuat membuatku ingin pergi, tapi sepasang kakiku tidak mau diajak kerja sama denganku. Kakiku rasanya membeku sampai aku tak bisa menggerakkannya meski hanya satu inci. Dan, keinginan itu seketika membeku saat pada akhirnya Kang Dongwoon benar-benar sudah berada di hadapanku. Wajahnya tersenyum, dan dia benar-benar tidak banyak berubah dari saat terakhir aku mengingatnya, Saat aku melihatnya di restoran malam itu, aku tidak bisa melihat wajahnya sedekat ini tapi sekarang—aku bahkan tak bisa menahan bibirku untuk tidak tersenyum.

Ah, sudah kuduga ternyata itu kau, Sooyoung-ah” kata Dongwoon masih dengan senyum yang sama. “Orenmaneyo. Jal jinaesseoyo?”

Aku mengerjap, melirik Taeyeon yang menatap tajam Dongwoon. Seakan-akan namja itu adalah sesuatu yang seharusnya tidak aku temui saat ini. Tapi bukankah baru beberapa saat yang lalu dia menyuruhku untuk menemui namja ini dan berbicara dengannya?

Mianhae, aku tak bisa menyapamu saat itu” Dongwoon berbicara lagi dan mengabaikan sikap diamku yang bahkan tidak menjawab pertanyaannya terlebih dahulu. “Aku melihatmu bersama seorang namja, apa dia namjachingu-mu?”

“Dan apa pedulimu?” Taeyeon yang menyahut.

Dongwoon menoleh ke arah Taeyeon, lalu berseru. “Aigoo… Taeyeon-ah! Orenmanida!”

Taeyeon mendengus pelan, tapi tidak membalas perkataan Kang Dongwoon itu.

“Yah, kalian masih bersama” serunya lagi sambil menatapku, lalu menatap Taeyeon bergantian. “Melihat kalian bersama seperti ini, rasanya seperti saat kita masih kuliah dulu. Geujjyeo?”

Aku tersenyum tipis, tapi Taeyeon menyenggol sikuku dengan keras. Sepasang mata sahabatku ini menatapku, seakan-akan memberikan isyarat tanpa suara agar kita pergi dari tempat ini sekarang. Aku mencoba untuk memberikan ekspresi penolakan pada Taeyeon, tetapi sayangnya aku tidak berhasil. Karena dengan cepat Taeyeon menarik tubuhku dan akupun beringsut di balik punggungnya tanpa bisa mengatakan apapun.

Dongwoon hanya tersenyum melihat sikap Taeyeon ini, tapi dia tidak mengomentarinya. “Sooyoung-ah, berbicara denganku kapan-kapan. Aku tak bisa menghubungimu karena kau mengganti nomor ponselmu, tapi nomorku tetap sama”

“Astaga, apa kau berharap dia akan meneleponmu atau bagaimana?” tanya Taeyeon dengan suara meninggi. “Dia tidak akan melakukannya. Dia sudah bersuami sekarang, dan sebaiknya kau jangan mengganggunya setelah kau meninggalkannya begitu saja”

“Taeyeon-ah, apa—“

“Aku tahu dia sudah bersuami,” Kata-kata Dongwoon itu menghentikan perkataanku. Membuatku menatapnya dengan kerutan tajam di dahiku. Tapi kemudian aku mengubah ekspresiku saat dia menoleh ke arahku. Lalu dia berkata, “Itulah kenapa aku ingin berbicara denganmu. Ada banyak hal yang ingin aku katakan, jujur saja”

Ah, begitu” kataku pada akhirnya dengan sedikit canggung.

“Bagaimana kalau kita bertemu di kafe dekat Jamsil Bridge? Pemandangan disana bagus saat menjelang matahari terbenam” Dongwoon berbicara lagi tanpa memedulikan tatapan tajam Taeyeon. “Aku harus melakukan sesuatu terlebih dahulu, jadi temui aku disana” katanya seraya menatap jam tangannya.

Aku diam saja.

Na jigeum gaya dwaeyo” kata Dongwoon kembali memunculkan senyum yang masih aku ingat sejak dulu—ramah, tapi terkesan nakal. “Annyeong

Taeyeon menarik tanganku, memutar tubuhku untuk pergi mengikutinya. Dia melakukan semua itu tanpa banyak bicara. Dia bahkan berjalan cepat sekali sampai aku bahkan tak bisa menyempatkan untuk menoleh ke belakang. Meskipun aku hanya sebentar melihatnya, tapi aku sama sekali tak melihat Kang Dongwoon disana. Sepertinya dia sudah pergi, entah melakukan apa dan aku tak tahu apa aku harus menemuinya di kafe dekat Jamsil Bridge itu atau tidak.

“Kau tak akan menemuinya,” kata Taeyeon seakan-akan bisa membaca pikiranku. “Aku berubah pikiran dengan memberimu saran untuk berbicara padanya”

Wae kappjakki?”

Geunyang—“ Taeyeon mendesah panjang. “Aku tidak suka bagaimana caramu menatapnya karena aku merasa kasihan pada suamimu,”

“Kau merasa kasihan pada suamiku?”

Taeyeon mengangguk, lalu dia berhenti melangkah. “Apa kau bahkan tidak merasa bersalah sama sekali pada suamimu?”

Aku diam saja.

Ya! Bukankah kau sudah jatuh cinta padanya?”

“Sudah aku katakan padamu, aku tak tahu” jawabku dengan cepat. “Hanya ada perasaan nyaman saat aku bersamanya, dan belum ada sesuatu yang aku rasakan saat bersama—“

“Rasa nyaman itu adalah permulaan,” Taeyeon menyela dengan cepat. “Sooyoung-ah, kau tahu. Aku mengatakan seperti ini karena aku peduli padamu sebagai sahabatmu. Kau benar-benar tidak perlu bertemu Kang Dongwoon. Apa yang terjadi diantara dirimu dengan dia sudah berakhir. Kau mengerti?”

Aku menghela napas panjang, sambil memikirkan Kyuhyun. “Aku mengerti,” kataku padanya. “Tapi aku benar-benar ingin berbicara dengan Dongwoon,”

“Untuk apa?”

“Menyelesaikan masa laluku mungkin? Atau yah—sesuatu seperti itu,”

Taeyeon menatapku lekat-lekat, lalu dia meraih sebelah tanganku. “Geureom—berjanjilah padaku. Jika kau berencana untuk bertemu dengannya atau berbicara dengannya, kau harus mengajakku”

Satu alisku terangkat, “Kenapa aku harus mengajakmu?”

“Aku hanya ingin—“

“Jangan khawatir, Taeyeon-ah” sahutku dengan cepat. “Aku tahu apa yang aku lakukan,”

Taeyeon tidak menanggapiku.

“Aku tidak pernah menganggap remeh pernikahanku, kau tahu” Aku menambahkan. “Itu juga yang suamiku katakan. Jadi kurasa kami tahu apa yang kami lakukan untuk bersepakat dengan masa lalu kami”

“Aku meragukan itu,” kata Taeyeon sambil kembali melangkah mendahuluiku.

Tanpa memberi tanggapan pada Taeyeon, akupun ikut berjalan bersamanya. Aku benar-benar menghargai usahanya untuk mengingatkanku tentang pernikahanku dengan Kyuhyun, tapi terkadang dia bersikap berlebihan. Meskipun begitu, aku tak bisa marah padanya dan aku tetap ingin bertemu Dongwoon untuk membicarakan sesuatu padanya. Biar bagaimanapun aku harus tahu alasan dia meninggalkanku dan kenapa dia menghilang.

__

Kyuhyun POV

Siang ini, aku sengaja pulang ke rumah dan mengajak Sooyoung untuk makan bersama lalu menikmati es krim di sebuah kedai baru di dekat kantorku. Karena ini jam makan siang, pengunjung yang datang kesini lumayan banyak. Apalagi ini sudah mendekati musim panas, udaranya pun sudah sedikit berubah menjelang akhir-akhir musim semi dan berganti dengan musim panas.

“Cokelat, vanilla, moka, atau stroberi?” tanyaku sambul membolak-balik buku menu. Hampir sepuluh detik berlalu, tapi aku sama sekali tidak mendengar jawaban Sooyoung. Dahiku berkerut, lalu akupun menutup buku menu itu dan memeriksa Sooyoung.

Sooyoung sedang melamun.

Sejak dia melihat Kang Dongwoon, aku memang sering kali mendapati Sooyoung sedang melamun. Meskipun aku sudah berbicara padanya bahwa aku tak akan melarangnya jika dia ingin menemui namja itu, tapi tetap saja Sooyoung melamun. Dia selalu menatap satu objek terlalu lama. Tidak merespon saat diajak bicara, seperti sekarang. Dia bahkan terkadang melupakan keberadaanku sampai aku harus membuat suara tertentu sampai dia menyadarinya.

“Sooyoung-ah, gwenchanji? Apa kau sakit?” tanyaku sambil menyentuh punggung tangan Sooyoung.

Yeoja itu bereaksi, mengerjap, dan tampak seperti orang linglung.

Oh? Ah, geurae, apa kau sudah memesan es krim kita? Aku mau rasa kopi dengan topping choco chips di atasnya” sahut Sooyoung masih terlihat bingung. “Bagaimana denganmu, oppa?” tanyanya kemudian.

Aku masih menatap Sooyoung. Setelah menghela napas berat, akupun berbicara. “Apa yang sedang mengganggu pikiranmu? Belakangan ini, aku sering sekali melihatmu sedag melamun”

Sooyoung mendesah seraya membasahi bibirnya yang kering. “Geunyang—“

“Kau sudah bertemu dengannya, ‘kan?” tanyaku seakan-akan bisa menebak isi kepala Sooyoung. “Bagaimana?”

Sooyoung menatapku sesaat sebelum berbicara. “Yah, begitu”

“Kau tidak mau bercerita padaku?”

“Tidak,” jawab Sooyoung sambil menatapku dengan serius. “Tidak ada yang perlu diceritakan, oppa. Sungguh. Itu hanya sebuah pertemuan biasa, mengingat—hmm, kami sudah lama tidak bertemu” Dia menambahkan tanpa menatap ke arahku.

“Baiklah, kalau begitu” sahutku pada akhirnya karena akupun tak mau memaksa. Aku memanggil salah satu pelayan yang sedang berdiri di dekat meja kasir, lalu segera memesan es krim pesanan Sooyoung dan aku. “Setelah ini, aku ingin mengajakmu ke COEX, Sooyoung-ah

“COEX?” sahut Sooyoung yang cukup membuatku lega karena dia mendengarkanku. “Untuk apa kita ke COEX?”

“Aku ingin membelikan sesuatu untuk eomma dan eommeoni” jawabku memberitahu keinginanku. “Karena aku tidak begitu tahu selera eommeoni, dan aku yakin kau pasti lebih tahu. Itulah kenapa aku mengajakmu”

Ah,” celetuk Sooyoung. “Apa kau juga tak ingin membelikan sesuatu untukku?” Dia mulai menggodaku.

Aku tertawa pelan karena meskipun hubungan kami sedikit merenggang beberapa hari ini setelah sebelumnya membaik, tapi aku senang dia sudah kembali menjadi Sooyoung yang aku kenal. Setidaknya dia kembali menggodaku seperti ini.

Dwaesseo, aku hanya bercanda” kata Sooyoung tersenyum ke arahku. “Aku bahkan sudah menerima banyak sekali darimu, oppa. Jadi kau tak perlu memberikan apapun lagi padaku,”

“Bagaimana jika aku tetap ingin membelikanmu sesuatu?”

Eh? Aku tidak—“

“Jangan khawatir. Aku tak mungkin melewatkan istriku yang cantik ini,” kataku membalas gurauan Sooyoung. “Aku tidak merasa sudah memberimu banyak, jadi jangan pernah ragu untuk meminta sesuatu padaku. Arraseo” kataku lagi sambil mengacak pelan rambut istriku ini.

Oppa, kau membuat rambutku berantakan” protes Sooyoung seraya merapikan rambutnya sendiri. “Bagaimana bisa kau melakukan ini di tempat umum? Aigoo…”

Aku tertawa ringan, lalu mulai membantu Sooyoung merapikan rambutnya. Tak ada yang kami katakan lagi, tapi sesaat aku sempat melihat Sooyoung yang kembali melamun. Aku memilih untuk diam dan tidak bertanya apapun lagi padanya meskipun—sepertinya, aku tahu apa yang sedang di pikirkannya. Sepertinya aku benar-benar tidak bisa menghilangkan sosok Kang Dongwoon dari pikiran Sooyoung, ‘kan? Setidaknya untuk beberapa hari ini.

**

Aku menenggak habis segelas minuman beralkohol di hadapanku. Bisa aku rasakan cairan itu bergerak melewati tenggorokanku dengan menyisakan rasa terbakar dan sensasi yang sudah lama tidak aku rasakan. Pandanganku menatap lurus botol minuman beralkohol di depanku dengan pikiran tertuju pada Sooyoung. Mengabaikan Kim Kibum yang baru datang ke salah satu bar di Apgeujeong ini dan langsung duduk disampingku sambil menepuk pelan bahuku.

Waegeurae? Kau tak pernah semurung ini saat kita bertemu”

Aku masih terus mengabaikan Kibum.

Aku tak tahu. Aku benar-benar merasa bodoh karena aku justru mengijinkan Sooyoung untuk menemui namja yang dia cintai itu jika dia menginginkannya. Aku tahu ada perasaan kesal setiap kali dia memberitahuku bahwa dia ingin bertemu dengannya, tapi aku tetap tidak bisa melakukan apa-apa. Akupun tidak berhak melarangnya untuk melakukan sesuatu karena dia tak pernah melakukan itu padaku. Aku hanya bisa membiarkannya dan menahan kesalku sendiri.

Sebelah tanganku kembali menuangkan minuman ke dalam gelas, lalu kembali menenguknya.

Aigoo, dapdaphae” kata Kibum mengambil botol minumanku dan menuangkannya ke gelasnya sendiri. “Pasti terjadi sesuatu, ‘kan? Marhae. Kau bisa sakit kepala jika menyimpannya sendiri”

Aku tertawa hambar. “Aku sudah sakit kepala, baboya” kataku sambil menatap Kibum. Aku mengisi kembali gelasku dengan minuman yang sama. Tapi sebelum aku sempat meminumnya, dalam sekejap Kibum langsung mengambil gelasku.

Ya!” Bisa aku rasakan nada bicaraku sedikit naik.

“Kau tahu, minuman tidak akan menyelesaikan masalahmu” kata Kibum tajam. “Kau mungkin bisa melupakannya. Tapi itu hanya sesaat, dan setelah itu kau akan terus dibayangi lagi”

Aku diam sama.

“Kau bahkan sudah lama tidak minum. Lalu kenapa tiba-tiba?”

Aku mendesah panjang dan memutuskan untuk memberitahu Kibum apa yang terus mengganggu pikiranku. “Dia bertemu namja yang dia cintai,”

Nuga? Sooyoung-ssi?” celetuk Kibum yang langsung bisa menebak orang yang aku maksud.

Eo. Siapa lagi?”

Kibum mengendikan bahu, “Yah… siapa tahu itu Lee Eui Jin? Tapi aku tahu itu tidak mungkin karena kau sudah melupakannya. Keujjyeo?”

Aku memilih untuk tidak menanggapi untuk kali ini karena aku sedang tidak mau membahas Lee Eui Jin, tapi kenapa tiba-tiba Kibum menyinggung yeoja itu? Rasanya ingin sekali aku mengatakan sesuatu pada sahabatku ini tapi lebih baik aku diam saja.

Geureom, bagaimana reaksinya?” tanya Kibum memecah keheningan. “Itu pasti canggung, ‘kan?”

“Dia menangis,” kataku mengingat bagaimana reaksi Sooyoung saat pertama kali melihat Kibum.

“Menangis? Wae?”

Molla,” sahutku seraya merebut kembali gelas dari tangan Kibum, lalu menenggak isinya. Aku meletakkan gelasnya sebelum melanjutkan, “Dia tak mengatakan apapun padaku dan tidak bereaksi apapun selain hanya menangis”

Kali ini Kibum yang terdiam.

“Bahkan saat kami dalam perjalanan pulang malam itu, dia memilih untuk mengunci mulutnya dan menolak berbicara padaku selama dua hari”

Aigoo… Dia pasti benar-benar mencintai namja itu sampai mengabaikanmu,” komentar Kibum yang membuatku semakin kesal. “Katamu mereka sudah lama tidak bertemu, ‘kan?”

Aku mengangguk singkat.

“Yah, bayangkan saja kau dan Lee Eui Jin seperti itu. Kau tak tahu bagaimana reaksi yeoja itu saat kembali bertemu denganmu dan—“

“Itu tidak sama, baboya” Aku menyela perkataan Kibum yang belum selesai. “Kenapa kau terus menyamakan mereka, huh?”

“Aku tidak menyamakan mereka, tapi itu memang sama” sahut Kibum dengan cepat. “Kau bertemu kembali dengan cinta masa lalumu yang belum berakhir, dan istrimu kembali dengan cinta masa lalunya yang sempat menghilang. Apa kau bisa melihat persamaannya?”

Aku tidak menjawab. Kurasa aku bahkan tak perlu menjawabnya karena tanpa memikirkannya pun, aku tahu bahwa itu memang sama. Lalu apa yang harus aku lakukan? Sooyoung memang terkesan tidak peduli saat aku bertemu Lee Eui Jin, tapi bagimana aku bisa bersikap sama dengannya saat aku mulai menyukainya? Lagipula dia istriku, dan aku tidak suka jika dia berhubungan kembali dengan masa lalunya. Khususnya dengan namja yang pernah meninggalkannya itu.

“Aku benar-benar bodoh mengijinkannya,” kataku memenuhi gelasku dengan minuman beralkohol, lalu langsung menenggaknya.

Mwo? Mengijinkannya apa?”

Aku menghela napas singkat, “Mengijinkannya untuk menemui namja itu jika dia menginginkannya,”

“Dan dia benar-benar pergi menemuinya?”

Eo,”

“Kau merasa kesal karenanya?”

Eo,”

Aigoo, jinjja!” cetus Kibum menahan kesal. “Kau menyesali keputusanmu? Yah, ini untuk pertama kalinya kau begitu”

Aku mendengus kecil, tapi memilih untuk tidak menanggapi Kibum lagi. Untuk beberapa saat kami sama-sama diam dan menikmati minuman beralkohol ini bersama-sama. Meskipun aku tahu ada banyak hal yang ingin Kibum katakan padaku, tapi dia memilih untuk terus diam. Akupun enggan memulai pembicaraan terlebih dahulu, dan kembali memikirkan Sooyoung. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak seharusnya terus seperti ini, ‘kan? Dia istriku, aku berhak melarangnya. Tapi kenapa aku selalu merasa aku tidak ingin melakukannya?

“Kyuhyun-ah, kau benar-benar kacau” kata Kibum tiba-tiba.

“Apa?”

“Penampilanmu benar-benar kacau. Arro?”

Oh,” balasku acuh. “Kau kesini untuk minum atau bagaimana?”

Kibum mengambil botol minuman beralkohol milikku dan menuangkan isinya ke dalam gelas. “Kau pasti benar-benar sudah mabuk,” katanya berkomentar. “Kau bahkan lupa jika kau sendiri yang mengajakku bertemu di tempat ini,”

Ah, begitu”

Kibum diam sesaat sebelum akhirnya menepuk bahuku. “Ayo kita pulang saja. Kau akan semakin kacau jika terlalu banyak minum” katanya sambil membantuku berdiri dari tempat dudukku. “Aku bahkan tak tahu bagaimana reaksi istrimu melihatmu minum-minum seperti ini,”

“Jangan katakan padanya alasan kenapa aku seperti ini”

“Kenapa tidak?”

“Aku akan membunuhmu,”

Aku masih mendengar suara tawa Kibum sebelum namja itu memapahku keluar dari bar ini. Dia bahkan sempat menasehatiku banyak hal sampai aku benar-benar terlelap saat mobil yang membawaku mulai melaju.

__

Sooyoung POV

Aku memiliki hati yang lemah. Aku juga benar-benar kesepian. Terkadang, aku menangis sendiri juga. Karena aku bodoh, aku hanya tahu satu hal. Meskipun aku tahu bagaimana untuk memberikan cinta, aku tak tahu bagaimana untuk membuangnya. Aku memiliki banyak duri jadi aku memiliki banyak luka. Bisakah kau tetap memelukku yang seperti ini? Aku ingin bersandar padamu dalam pelukanmu. Aku ingin percaya dalam cintaku bahwa aku sudah membuangnya, sekali lagi.

Karena aku memiliki banyak air mata, karena aku takut pada cinta. Aku tak bisa maju selangkah padamu meskipun kau ada di depanku. Jika kau benar-benar mencintaiku, berlarilah padaku dan peluk aku. Aku memiliki banyak rahasia, jadi ada banyak kebohongan juga. Meskipun aku seperti ini, apa kau mengerti? Aku ingin menghapusnya, aku ingin membaliknya. Aku ingin melupakan cinta masa lalu yang memperdaya dan memperdayakanku, sekali lagi.

Angin bertiup dan aku dengan perlahan menutup mataku. AKu bisa merasakan keharumanmu. Dimana kau? Apa kau mencariku? Aku menginginkannya. Aku menginginkanmu. Karena air mata mengalir, karena ketakutanku pada cinta mengalir. Aku tak mengenalimu meskipun kau tepat di depanku. Aku tak bisa melihatnya karena aku memiliki banyak air mata. Dengan tanganmu, tolong hapuslah air mataku.

Samonim, samonim!” pangil salah satu pelayan di rumah ini sambil mengetuk pintu kamarku. “Samonim, samonim!” panggilnya sekali lagi, kali ini jauh lebih keras dari panggilan sebelumnya.

Aku terperanjat dan segera bangkit dari kursiku, lalu melangkah ke arah pintu untuk membukanya. “Ada apa?” tanyaku dengan ekspresi datar pada seorang yeoja yang aku tahu bernama Ji Hye. “Mian, aku sedang sedikit melamun jadi tidak mendengar panggilanmu”

Aniyo, gwenchanayo” jawab Ji Hye dengan ekspresi khawatir yang tidak bisa aku mengerti. “Itu—emm, Sajangnim

Sajangnim? Waegeurae?”

Sajangnim pulang dalam keadaan mabuk,”

Aku mencelos, lalu cepat-cepat keluar dari kamar dan melangkah mengikuti Chun Ji Hye yang memanduku ke ruang tamu dimana Kyuhyun sedang berdiri sambil dipegangi oleh Seo Ahjussi dan Nam Ahjussi—supir lainnya yang diperkerjakan Kyuhyun sebagai supir pengganti. Aku mengerjapkan mata melihat bagaimana kacaunya penampilan suamiku. Ini memang pertama kalinya aku melihatnya seperti ini sejak pertama kali kami menikah, dan kurasa dia bukanlah tipe orang yang suka minum-minum sampai mabuk. Apa ada sesuatu yang membuatnya seperti ini?

Ahjussi, bawa Sajangnim ke kamarnya” kataku meminta pada kedua ahjussi itu karena aku tak mungkin bisa membawa Kyuhyun sendirian. “Ji Hye tolong ambilkan air dan bawakan ke kamar”

Ne, algeseumnida Samonim

Aku mengikuti kedua ahjussi itu melangkah menuju kamar. Dalam hati aku terus bertanya-tanya masalah apa yang mungkin membuat Kyuhyun harus mabuk seperti ini. Dulu, saat appa masih hidup, dia biasanya mabuk jika ada masalah di perusahaan atau sedang bertengkar dengan eomma. Apa mungkin di perusahaannya sedang ada masalah atau bagaimana? Karena aku sedang tidak bertengkar dengannya, jadi mungkin saja itu masalah perusahaan ‘kan? Atau ada sesuatu yang lain?

Gomawoyo, ahjussi” kataku begitu Kyuhyun dibaringkan di atas tempat tidur. “Aku yang akan mengurusnya sekarang. Sekali lagi terima kasih, dan selamat beristirahat”

Kedua ahjussi itu pun meninggalkan kamarku, dan Ji Hye datang sambil membawakan air putih. Aku memintanya untuk meninggalkan kamarku juga setelah berterima kasih padanya. Begitu aku di dalam kamar hanya bersama Kyuhyun, aku mendekati namja itu. Bau alkohol begitu menyengat dari tubuh suamiku ini, sepertinya dia mabuk berat. Tapi belum sempat aku melakukan sesuatu, ponselku berdering. Cepat-cepat aku mengambilnya dari atas meja, lalu menatap nama yang tertera di layarnya sebelumnya mengangkatnya.

Ne, yeoboseyo?”

“Apa Kyuhyun sudah sampai di rumah?”

“Sudah, Kibum-ssi” jawabku sambil menatap Kyuhyun yang terlihat sedang menggumamkan sesuatu. “Terima kasih karena menemaninya dan membuatnya tidak mabuk lebih parah dari ini”

Ah, apa Seo Ahjussi yang memberitahumu jika Kyuhyun bersamaku sebelumnya?”

Eo, dia yang memberitahunya”

“Baiklah kalau begitu” kata Kibum terdengar merasa bersalah. “Emm—telepon aku jika dia sudah baik-baik saja”

Arraseoyo,”

Geureom—“

Aku langsung menutup sambungan telepon itu, lalu meletakkannya kembali di atas meja. Setelah itu, akupun kembali mendekati Kyuhyun dan melepaskan sepatu, jas, dan dasinya. Jujur saja, aku tak pernah menghadapi orang yang mabuk secara langsung seperti ini. Aku memang beberapa kali melihat appa mabuk—dulu, tapi aku tak tahu apa saja yang eomma lakukan saat appa pulang dalam keadaan mabuk. Karena aku sendiri bukan orang yang suka minum, jadi aku benar-benar tidak tahu.

Oppa, apa yang terjadi?” tanyaku sambil berusaha melepaskan kemeja Kyuhyun.

Hmm? Aku—aku—“ Kyuhyun bergumam.

Oppa, katakan padaku. Apa yang terjadi sampai kau mabuk berat—“

“Apa pedulimu?” bentak Kyuhyun yang membuatku cukup terkejut. “Sejak kapan kau bahkan peduli padaku?”

Kedua alisku saling bertaut, karena aku tak tahu apa dia sadar atau tidak. Tapi kemudian—dengan tiba-tiba, Kyuhyun menarik tanganku sampai aku terjatuh diatas tubuhnya. Lalu dia melingkarkan kedua tangannya di pinggangku. Aku berusaha melepaskan Kyuhyun, tapi dia justru semakin menekan tubuhku sampai akhirnya tubuhku menempel dengan tubuhnya.

Aku terhenyak karena wajah Kyuhyun begitu dekat dengan wajahku. Aku bisa merasakan napas namja ni yang hangat menyapu wajahku. Aku gemetar, dan aku tidak mengerti apa maksudnya ini. Apa orang mabuk biasanya melakukan hal-hal seperti ini? Tapi kemudian aku mendengar Kyuhyun berbisik pelan padaku.

“Temani aku malam ini, Sooyoung-ah. Kita berdua—“

Aku terdiam membeku di tempatku. Entah kenapa aku bisa mengerti apa maksud suamiku ini. Tapi aku benar-benar tidak mau melakukannya saat dia sedang mabuk.

“A—Aku tidak bisa, oppa. Aku—“

Wae? Bukankah aku ini suamimu? Apa kau sama sekali tak pernah tertarik padaku dan hanya tertarik pada Kang Dongwoon?” potong Kyuhyun sambil menatapku tajam dan semakin mempererat dekapannya. Aku membisu dan gemetar ketakutan. “Malam ini. Aku akan membuatmu melupakan Kang Dongwoon. Wae? Karena kau adalah istriku, dan kau milikku” bisik Kyuhyun sekali lagi, lalu menempelkan bibinya di bibirku. Menciumku—melumatku.

Aku menangis, hatiku terasa sakit—entah kenapa. Aku mencoba melepaskan diri tapi tidak bisa. Pada akhirnya aku hanya bisa pasrah. Aku hanya berharap apa yang terjadi malam ini tidak akan berakibat apa-apa, terutama untuk pernikahanku dan Kyuhyun. Karena aku benar-benar tidak mau jika pernikahanku ini menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi. Yah, aku harap begitu.

-TBC-

Eotte?

Semoga suka ya^^

Oh ya! Mungkin aku lebih lama update FF ini karena ada masalah keyboar T.T, jadi mohon ditunggu yah^^

Well, jangan lupa komentarnya knightdeul^^

Gomawo^^

 

Author:

just an ordinary girl in a ordinary life

47 thoughts on “What Make A love -5-

  1. karena masa lalu, hubungannya jadi runyam kayak gini. benar kata dosen psikologi gw “klu cari suami atau istri jangan cari yang punya ma tan pacar, karena sedikit banyak itu akan mempengaruhi hubungan pernikahan kalian” 😆😆
    di ff ini aku menemukan buktinya.. hahaha
    walaupun fiksi sih *lol

  2. Yah dan saya buka cerita ini langsung muncul 2 part. yaiy! Ngga sia sia sibuk jadi anak sma wkwkwk jadi jarang buka hp,
    kyuyoung kok gitu sih, mereka ngga bisa mengutarakan jujur .. gregetan makss wkwkwk kok jadi alay gini. Wkwkwk bagus dah pokoknya

  3. Hai author, aku readers baru disini. Salam kenal ^-^
    maaf baru bisa kasih jejak sekarang, baru ngikutin sih hehe …
    btw thor, aku suka ceritanya! married lifenya kerasa bgt, konfliknya juga, jgn2 pengalaman pribadi ya thor? haha
    pembawaannya rapih, konfliknya berat karena sesuaiin dengan tema cerita,menguras emosi sekali!
    tolong singkirkan saja para orang ketiga, gatega liat mereka tuh ㅠ ㅡ ㅠ
    segini dulu jejaknya, ditunggu next partnya! fighting thor, cepet update ya hehe

  4. jangan jangan kang dongwoon adalah suami lee eun ji, wah kalo bener cerita ini benar benar rumit lah… next partny ditunggu thor..

  5. cieee yang cemburu sampe mabok segala 😂 haaaahhh jujur part ini nguras emosi banget. kenapa sih mereka harus menyembunyikan perasaan? sooyoungnya sok ngijinin kyuhyun ketemu euijin padahal ngga suka tapi malah bohong manasin mau ketemu dongwoon, ya meskipun ngga sengaja ketemu juga sih akhirnya, kyuhyun juga sama. terus kang dongwoon dengan tanpa bersalahnya ngajakin ketemu lagi. si euijin juga kegatelan pengen banget diajak clbk, aaaaahhhhh asli nguras emosi banget ih… belom lagi si kyuhyun minta jatah pas mabok 😂 ditunggu aja deh part selanjutnya, penasaran banget, abis part lovey dovey, part nyesek, part apalagi nanti hahaha
    hwaiting, hwaiting kaks ^^/*

  6. untuk kedua kalinya gua ngarep NC dan gak dikasih sama authornya huweeeee.. pengen tau rasanya mereka ehem gimana *plak.. masalahnya yg seneng waktu first night mereka kyknya sooyoung doang haha.. duh si dong woon diundang lagi.. gua pikir dia udah enyah.. keep wrute and hwaiting!

  7. ah bete tbc nya pas lagi adegan ini terussssss 😦
    part ini kyuyoung sweet moment nya dikit bgt thor, ughh
    Plis bgt bikin suyong nya peka dikit kek sebel de lagian ga peka2 ih. Campur aduk bgt feel nya dipart ini, pokonya update secepatnya (asap) ya thor gamau tau /eh wkwk

  8. Pas akhir feel sedihnya udh dapet malah tbc..
    Takutnya soo jadi ngejauhin kyu gara2 kejadian mabok, trus jadi tambah renggang..
    Next cepetan ya thor, fighting

  9. Akhh… sebaalll, sumpah ini kyuyoung kok makin kenapa? (?)
    pliss.. kenapa harus ada masalalunya merekaa, udah lupain ajaa, greget… kalau gini kapan baiknya
    Adanya malah makin rumitt 😢
    padahal berharap kyuyoung bakalan makin mesraa atau apalah, tp di part ini kok sedih amat pas dibacaa?
    huukss… next part ya thor, semangat selalu, jgn buat kyuyoung makin jauh yaa, nggak sanggup baca kalau mereka malah makin rumiit😥😢😢

  10. Omo soo udah ketemu sama kang dongwoon;(
    Tapi kayaknya soo udh mulai cemburu buktinya waktu kyu mau ketemu sama mantanya soo sampe boong. Wah udah ada rasa mah buat soonya lupain mantanya atih 😦
    Kyu jg udh punya rasa sama soo cuma terhalang sama mantanya soo:(
    Dilanjut thor ini seru aku suka banget kalo bsa besok aku bula kyuyoungshipper udah ada kkk~
    Semangat thor^^

  11. Cuma usul aja Klo emang critanya mau cinta segi 4,tolong jgn ada adegan fisik antara kyu dg eun ji atau soo dg dongwoon.cukup perasaan mrk yg galau,mrk harus ttp menghormati pernikahan mereka.terima kasih.

  12. Haduhhh kenapa sihh kyuyoung belum saling jujur masalah perasaan …. dan ya ampun berakhir di ranjang … haduhhh semoga Soo bisa mengerti .. atau Kyu mengigau aku mencintaimu soo/ aku menyukaimu soo/ aku cemburu saat kau meminta ijin bertemu kang dongwon / apa apalahh .. dan hubungan mereka kembali membaikk … hahhh rasanya gak adil dehhh kalo hub mereka kembali ke awal …

  13. Aihhh… Naik turun yah kisah cinta nya… Kayak jalanan di tempat aku kkn ini labil hemm.. Bannyak rintangan Dan tantangan… Kapan bahagianya kalo sama” egois gini kalian nya ?
    Duhh ditunggu next chapter yah eonni… Mudah” an masalah keyboardnya cepet teratasi biar cepat next chapter nya 😊

  14. Campur aduk rasanya…
    Ga tau harus coment gimana…
    Berasa banget jalan ceritanya…
    Bagus thor…
    Next

  15. Jengkel sma mreka brdua..
    kpan sling ngungkapin isi hati sih…
    kebawa emosi deh…. hehe
    Mkin kren thor.. mkin seruuuu mkin bkin pnsran… next partny d tnggu

  16. jujur, ak paling jengkel am n part. krn ap ?
    itolohhh kyuyoung egony masing2 msh tinggi .
    coba aj saling jujur paling gk ad hal yg bsa mereka putuskan bersama.
    pdhl ak sdh berharap lbh dg hub mereka stlh melakukan hal”itu” utk pertama kali..
    eh ternyata gk .

    pokokny next part ak harapin bgt banyakin kyuyoung momentny ya

  17. Mudah-mudahan aja pernikahan kyuyoung tetap awet walaupun masa lalu mreka berdua udh kembali..
    Next unni..

  18. tanpa kejujuran, pernikahan kyuyoung gak bakalan bisa maju. sama2 msh enggan atau malu buat nunjukin perasaan yg sebenarnya -__- bikin gregetan. semoga tanpa sadar diantara mereka ada yg duluan nunjukin perasaannya duluan kayak kmrn, walaupun kyu udh sih tp pas mabuk -__- malah bikin soo sedih

  19. Aq tdak percaya dg sbuah janji kpercayaan bhwa mereka tkan brpaling. Sungguh!! Mreka itu bkin kzel apalagi sooyoung.
    Smoga ini bkan akn mnjdi bruk tpii lbih baik dg hrapan ada ank d.antra mreka spya tambah rekat hubungan.A.
    Update.A d.prcepat untk next.A dong thor…

  20. setuju bgt.. gk suka klo keduanya sama2 egois kyk gini bukannya malah tmbh dekat malahan tmbh menjauh…
    yahhh sudah lahh, biarkan next part yg menjawab semuanya..

    berharap tk ada egoisan lg diantara mereka

  21. Annyeong…
    Yak ampun 😡, masalah cinta kyuyoung udah kayak cuaca di Indonesia aja, lagi asik2 pakek celana pendek plus T-shirt longgar 😎 sambil makan es buah yg syegernya…. mak nyusss…. ee.. tiba2 hujan dateng ga pakek permisi… 😩. Hati dah mulai kebat-kebit, adaa… aja.
    Yah tapi itulah cinta, manis, asem, pahit, seger, hambar, hangat, dingin, susah, senang, …….. dan buaanyaaak lagi rasanya. Semoga part berikutnya Kyuyoung dah bisa manteb-in hati masing2 ya, dan berakhir bahagia, ga pakek selingkuh2 ya, aku sangat membenci ketidaksetiaan dan pengkhianatan… 😠
    Gomawo utk ff yg makin bikin penasaran… 😄

  22. Aish jinjayo sdh terlalu lama nunggu ini di post knp malah hubungan kyuyoung jdi begitu knp mereka gk sling jujur aj kalau gk suka lihat pasangan mereka ketemu masa laluny jinja aduhh berakhir dengan adegan itu lagi ku harap sooeoni gk akan marah kyuppa jga cba jujur aj sumpah ishh knp harus di pendam2 sih org2 dri masa lalu mereka jga merusak tapi kelihatan kan kalau kyuyOung itu udh saling mencintai next part di tnggu ya eoni aki sdh lma bgts nunggu ink part smpai2 setiap jam aku cek di wp supaya tau eoni dah update atau blum next part ku harap cpt post n hubungan kyuyoung smkin membaik

  23. Wah bakal lebih parah ini mah .. Pasti makin dingin deh rumah tangga mereka . nanti makin ribet deh kyuhyun buat sama sooyoung . ditunggu kelanjutan nya ia chingu ..

  24. smoga abis ini sooyoung hamil. trus ngidam + marah2 sma kyuhyun trus ngelabrak eun ji itu. hehhehe. tp knp ada nama jihye disitu .

  25. Apasih ini part yang paling ga suka. Suer. Dua2 nya egois! Dua2 nya salah! Mereka saling mencintai tp ga mau melepaskan masa lalu, mau nya apa sbenernya? Gue gedek eon gue gedek, emosi gue 😠.
    Kemaren bru lovey dovey sekarang jd kayak gini, pls lupain masa lalu kalian. Sooyoung masa depan lo ada di Kyuhyun, begitupun Kyuhyun masa depan lo ada bersama Sooyoung!!!
    Udah tadi lagu nya lagu kesukaan gue sama Kyuhyun lagi. Long time no see kan, sumpah gue nya malah ngebayangin Kyuhyun yang nyanyi buat Kyungho-Sooyoung #abaikanyangterakhir.
    Ps : bagi knight yang blm tau lagu nya, mending cus ke yutub cari Kyuhyun nyanyi lagu itu

  26. Beneran ga suka sama sikap kyuyoung. Kalo kaya gitu terus gimana hubungan mereka mau membaik. Plis thor, jangan bikin mereka kaya gitu terus. Kalo kaya gitu mah mereka bakalan balik ke masa lalu masing masing. Ku kira bakalan banyak moment kyuyoung mesra mesraan. Ah beneran ga suka sama sikap mereka :’

  27. Yahyahh para mantan mulai beraksi. Kyuyoung juga harus beraksi melawan para mantan.. Move On~

  28. Tbc nya ngeganggu thor
    Kata2 soo kayak mau pisaha sama kyu aja jadi sedih 😥
    Hubungan kyuyoung lagi labil2nya dikarenakan dongwon sama eui jin kalau nggak salah namanya
    Padahal soo udah cinta sama kyu
    Huh kapan masa lalu mereka kelar ya
    Hanya author yang tau
    Next part thor semangat ya thor walau ada kesulitan saat buat ini ff
    Semangat thor 🙂

  29. Sma² udah mulai suka tpi msih gengsi buat ngkapinnya n jg msih trganjal sama lalu yg blm usai.
    Eun ji yg kliatan bgt yg pngin CLBk alias Cinta lama blm kelar n Dongwoon yg mncul lgi.
    Ribet ya urusan rumah tangga mo comment aja bingung…

  30. Aku benci banget sama Lee Eui jin disini. Kyuhyun juga masih sedikit suka kan sama eui jin. Sooyoung juga sikap nya bikin greget.

    Entah kenapa aku ngerasa alur nya agak lambat ya. Tapi over all good 😂

  31. kenapa sihh mereka berdua tidak mengutarakan apa yang mereka rasakan?? harusnya mereka saling jujur klo soo maupun kyu itu cemburu.. klo kaya gini jatohnya mereka itu egois.. ahh kenapa pas bagian itu di cat.. rasanya pengen baca mereka di moment yg lebih intim atau romantis

  32. Uhuuuu selalu berakhir diranjang. Tapi yg ini lebuh dramatis. Keren laaa.. ditunggu part selanjutnya yaa. Nanti agak diceritain gimana “malam” mereka ahahaha

  33. Ckkk kyuhyun pst nyesel bsk kl dy inget apa yg trjd saat mabuk .. Entah akan berakibat buruk sm sikap soo g .. Menjauh dr kyuhyun mungkin ??? Rumah tangga mrk dingini ky diawal nikah mrk … Q ngerasa disini kyuhyun yg msh byk brkorban soo msh dg mikirin masalalu ny sm dongwoon ..sebel neeeeeeext fighting eon

Leave a reply to Elis sintiya Cancel reply