The Annoying Professor [Seri 5]

Present by Yamashita Yumi (@muthmay2499)

Poster credit by blackangel@ArtZone

–

Cast : Cho Kyuhyun, Choi Sooyoung, Lee Hyukjae, Luhan Xi, Kim Hyoyeon, Huang Zitao, and other OC.

–

–

–

Kyuhyun menutup kembali map laporan keuangan yang baru saja diterima dari Hyukjae. Mereka sedang berada di ruang kerja apartemen Kyuhyun di Korea. Kyuhyun tidak sempat keluar –tidak, ia memang tidak ingin keluar dari apartemen ini. Setidaknya dengan berada di apartemen, ia merasa dekat dengan Sooyoung.

Ya ampun gadis itu lagi yang lagi-lagi merusak pemikirannya.

Tangannya mengelap wajahnya, mencoba menghilangkan raut frustasi dan pemikirannya yang sudah dibenakki pemikiran negatif. Sialan! Ini semua karena Sooyoung – Si gadis kurus kurang perhatian yang tidak peka.

Semenjak kejadian di basemant, Sooyoung selalu menghindarinya. Kalau ia sedang mengajar di kelas Sooyoung, Kyuhyun sengaja menyuruh-nyuruh Sooyoung terus. Berharap Sooyoung marah, tapi Sooyoung hanya menatapnya acuh bahkan tidak peduli, semua perintah Kyuhyun dipatuhi tapi gadis itu tidak berbicara ataupun menyumpah serpahinya bahkan tidak memakinya, padahal perintah Kyuhyun tidak masuk akal. Akhirnya Kyuhyun merasa kasian dan menghentikan cara itu.

Lalu, Kyuhyun pernah sengaja menunggu di balkon kamar Sooyoung. Sewaktu Sooyoung keluar dari kamarnya menuju balkon, Kyuhyun langsung menghadangnya. Tapi, reaksi Sooyoung membuat Kyuhyun benar-benar ingin membenturkan kepalanya ke tembok. Sooyoung menatapnya dengan bengis dan menendang pusat hidupannya sampai membuatnya mengerang berlutut, kemudian masuk ke kamarnya setelah menutup pintu balkonnya dan hordengnya. Bahkan sampai sekarang balkon itu masih ditutupi hordeng.

Entah juga, mungkin Tuhan memang sedang berpihak kepada Sooyoung, karena Kyuhyun tidak pernah berpapasan dengan Sooyoung saat di lift, di lobby, atau di manapun, padahal Kyuhyun sudah menyengajakan diri agar dirinya bertemu dengan Sooyoung.

“Sialan!” dengus Kyuhyun kesal.

“Kau yang sialan, Kyuhyun.”

Kyuhyun melirik Hyukjae yang duduk di sofa, masih membaca berkas-berkas sesekali mengalihkan pandangan ke laptopnya. Tampak serius dengan kacamata yang selalu dipakai ketika tidak ingin diganggu. Membuat Kyuhyun iri karena bisa serius, sekaligus kesal karena berani memaki dirinya selaku bos.

“Kau ini tidak ada sopan-sopannya sama sekali dengan bosmu.”

Hyukjae menurunkan kacamatanya dan menatap Kyuhyun datar –terlihat mengejek di mata Kyuhyun. “Kau tidak ingat aku sedang membuat laporan untuk bos sialan-ku? Dan kau menggangguku dengan dengusan serta sumpah serapah-mu yang seperti anak remaja yang sedang patah hati.”

Kyuhyun mengepalkan tangannya di depan wajah. Menunjukan kalau ia tidak akan segan-segan memukul Hyukjae jika lelaki itu tidak menghentikan ucapannya yang makin tidak jelas di pemikiran Kyuhyun.

Hyukjae mengangkat bahunya acuh, sama sekali tidak peduli dengan ancaman Kyuhyun. Ia lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya dan segera pulang. Si bos sialan benar-benar tahu cara memanfaat dirinya di saat ia sedang di Korea seperti sekarang.

“Nǎinai, memata-matai Sooyoung.”

Ucapan Kyuhyun membuat Hyukjae menoleh. Ia melepaskan kacamatanya dan memandang Kyuhyun serius. Permasalahan ini tidak cocok dibahas dengan lelucon. “Teruskan.” Pinta Hyukjae.

“Sepertinya dia akan menemui Sooyoung dalam waktu yang dekat. Masalahnya Sooyoung belakangan ini menghindariku.” Kyuhyun berbicara rendah, khasrat keputus asaan.

Hyukjae menghela nafasnya dan tersenyum tipis. Ketakutan dan kekalutan sangat terbaca dari pancaran mata Kyuhyun yang terlihat merawang entah apa. “Sooyoung tidak akan bernasib sama. Percayalah!”

“Dia tidak meninggal karena kesengajaan Nǎinai, Lee Hyukjae. Murni karena kecelakaan. Ingatkan itu jika kau ingin menuduh Nǎinai sebagai pembunuh. Sekesal-kesalnya aku, dia tetap nenekku dan aku tidak suka nenekku dicap sebagai pembunuh.”

Hyukjae mengangkat tangannya bertanda menyerah. Memang benar, gadis itu meninggal karena kecelakaan, tapi tidak dapat dipungkuri bahwa neneknya Kyuhyun memang telah melukai mental gadis itu sebelum kecelakaannya terjadi.

Keluarga Xi tidak pernah mau mengambil resiko penjara. Selalu bermain halus dengan menjatuhkan mental lawannya, mereka menerapkannya dalam kondisi apapun. Kekeras kepalaan, egois dan aura intimidasi begitu kuat dalam diri mereka, membuat mereka selalu menang dalam setiap kemauan mereka.

“Oke, mian. Tapi lihatlah perangai Sooyoung. Gadis itu tangguh dan tak gentar apapun.”

“Gadisku juga sama, Lee Hyukjae.” Kyuhyun menggeram putus asa.

“Percayalah Sooyoung tidak akan bernasib sama, Kyuhyun. Sooyoung gadis yang tangguh dan sulit digertak. Ia bahkan tidak sulit membuatmu sefrustasi ini bukan?”

Kyuhyun mengendus mendengar ucapan Hyukjae. Lelaki itu berdiri dari kursi kerjanya dan menyambar jas yang digantung di dinding.

“Kau mau kemana?”

“Menemui seseorang yang bisa membuatku tenang. Berlama-lama denganmu membuat aura di sekitarku buruk.”

Hyukjae berteriak kesal. Ia baru saja akan melempar bantal sofa, namun pintu terlanjur ditutup. Ia tahu siapa yang dimaksud seseorang bagi Kyuhyun tadi, itu membuatnya mengendus kesal, “Huh! Sudah mati saja masih dibilang seseorang. Seharusnya dia bilang ingin menemui debu, bukan seseorang.” Cibirnya lalu, kembali menekuni pekerjaannya yang tertunda tadi.

–

–

–

–

Sooyoung tersenyum lebar. Jam kuliahnya sudah berakhir dan ia senang sekali tidak ada kelas Kyuhyun hari ini. Ngomong-ngomong sudah beberapa hari ini, ia memang tidak bertemu si sialan.

“Kau sudah persis seperti orang gila.” Sooyoung menoleh dan mencibir omongan Hyoyeon.

“Aku hanya senang hari ini tidak bertemu si sialan.”

“Si sialan?” tanya Hyoyeon bingung.

Sooyoung menganguk cepat dan meminum minuman kalengnya, “Iya. Cho Kyuhyun.”

Mata Hyoyeon melotot dan refleks menyemburkan minumannya yang baru saja diminum. “APA?!”

Cepat-cepat Sooyoung mengambil tisu di meja dan mengusap wajahnya dengan jijik, “Kau juga sialan sekali.” Hyoyeon tersenyum kecil dan menggumamkan maaf. “Habis berani sekali kau mengatai Mr.Cho yang notabenenya Dosen dan tunanganmu sendiri. Oh ya! Bagaimana rasanya berciuman dengan Dosen, eoh?”

Telak tangan Sooyoung memukul kepala Hyoyeon. “Kau bicara apa, hah?!”

“Aish! Akukan hanya berbicara fakta. Jangan-jangan kalian sudah make a baby ya?” Mata Hyoyeon menyipit curiga.

Sooyoung melotot. “Sekali lagi kau berbicara yang tidak-tidak. Kutendang kau ke Antartika.”

Hyoyeon mendesah dan mencibir, “Tendang saja, setidaknya para astronot tampan-tampan, dan aku tidak akan menyia-nyiakannya –tidak sepertimu.”

“Sudahlah aku pulang saja. Eoh, jangan lupa beli makan malam di kedai Han Ajumma,” ujar Sooyoung setelah berdiri dari duduknya.

–

–

–

“Make a baby? Oh ya ampun… pemikiran apa itu?”

Sooyoung menyumpah serpahi Hyoyeon dan omongannya yang membuat hatinya emosi sekali. Entah kenapa jarak antara kampus dan halte jauh sekali. “Yang benar saja, Tuhan? Aku butuh duduk untuk menenangkan pikiranku.” Sooyoung melihat halte yang masih berada 500 meter di depannya.

Sebuah mobil sedan hitam berhenti di sampingnya. Sooyoung berhenti dan melihat mobil itu bingung. Seorang lelaki berpakaian tuxedo keluar dari mobil. Sooyoung semakin bingung karena tidak mengenal lelaki itu, tapi wajahnya cukup familiar.

“Chogiyo, Choi Sooyoung-ssi, bisakah Anda ikut kami?”

“Mwo?”

Sebelum Sooyoung sadar dari keterkejutan karena lelaki itu menyebut namanya, tangan Sooyoung sudah ditarik paksa untuk ikut masuk ke dalam mobil. Mendadak Sooyoung panik. “Yak! Apa yang kau lakukan? Yak!”

Sooyoung semakin panik karena ia terhimpit oleh dua lelaki yang memakai tuxedo yang sama. “Yak! Turunkan aku!”

“Choi Sooyoung-ssi, bisakah Anda tenang? Kami tidak akan menyakitimu jika Anda diam.”

“KAU BILANG APA HAH? MANA BISA AKU DIAM JIKA KAU MENCULIKKU SEPERTI INI?!” teriak Sooyoung tepat di depan wajah lelaki yang menariknya.

Zitao menutup matanya dan menghela nafas pelan ketika nafas memburu Sooyoung tepat di wajahnya, “Saya mohon Anda diam.” Zitao berbicara renda sembari menyibak jasnya ke belakang. Menapkan saku celananya –tempat ia menyimpan pistol.

“A-aku mohon jangan sakiti aku.” Suara Sooyoung tercekat begitu melihat saku celana lelaki di sampingnya.

Sooyoung meringis menyadari mobil sedan ini penuh. Dua orang lelaki duduk di depan dan ia berada di belakang diapit dua orang lelaki. Kini ia pasrah, entah apa yang dimau oleh orang yang membuat rencana ini. Sialan! Ini semua karena pembicaraan Hyoyeon tentang baby yang membuatnya tidak fokus dan tidak cepat-cepat kabur saat kondisi diringkus tadi.

Oh Tidak! Ini karena si sialan Kyuhyun. Semenjak kedatangannya memang hidup Sooyoung tidak pernah tenang dan selalu tertiban sial.

Cho Kyuhyun memang sialan!

–

–

–

Sooyoung berjalan terseret karena langkah para lelaki yang berpakaian texudo sangat lebar, susah untuk diseimbangi meski kakinya sendiri sudah jenjang. Ia berdecak kesal dan meringis sakit saat bagian pergelangan kakinya nyeri karena sering terpeleset. Persetan untuk kabur, kedua lengannya dicekal oleh dua lelaki bertexudo. Fakta itu membuatnya ingin membunuh para lelaki bertexudo ini. Oh andai ia bisa!

“Sialan! Kalian ingin membawaku kemana? Dan kenapa kita ke hotel?”

Zitao menghentikan langkahnya, membuat yang lain ikut diam. Ia menoleh ke Sooyoung yang berada di belakangnya dan menatap datar Sooyoung. “Bawa masuk dia ke kamar 214,” ujarnya datar sembari menyerahkan sebuah key card dari jasnya.

Sooyoung memberontak namun kalah kuat. Ia berteriak kesal begitu pintu kamar 214 tertutup setelah mereka berhasil menyeret Sooyoung ke dalam. Tangannya memutar knop pintu panik. Ia menoleh ke belakang dan tidak ada orang.

“ARGH!!!” jeritnya sembari menendang pintu yang tidak bisa terbuka.

Suara nafas memburu terdengar di seluruh ruangan. Sooyoung mengedarkan pandangan, berharap ada celah keluar. Ia berjalan ke dalam dan terkejut saat melihat seorang wanita paruh baya sedang duduk di sofa ruang tamu dengan senyuman miring yang terasa familiar di mata Sooyoung.

“Akhirnya datang juga, Choi Sooyoung-ssi … atau Cho Sooyoung-ssi?” tanya wanita paruh baya.

Kening Sooyoung berkerut. Ia menggeleng, “Choi saja, nyonya_” “Xi” sambung wanita paruh baya. Sooyoung mengangguk ragu. Ia tidak kenal dengan wanita paruh baya ini.

“Silakan duduk dulu sebelum kita berbincang,” ujar wanita paruh baya sembari memandang sofa di depannya.

Sooyoung berkerut bingung namun tetap menuruti. Ia tidak suka tatapan menilai yang dilayangkan oleh wanita paruh baya itu. Lalu, dari mana wanita paruh baya tahu namanya? Sepertinya wanita paruh baya yang di hadapannya bukan orang biasa.

“Tidak perlu bingung Saya tahu darimana tentang namamu, bahkan seluruh profilmu saja Saya tahu.”

Sooyoung mengerjapkan matanya menahan emosi. Jangan bilang selama ini ia di mata-matai. “Maaf, tapi siapa Anda sebenarnya, Nyonya Xi?”

“Namaku Elina Xi –nenek dari tunanganmu?” Elina memandang Sooyoung tajam, namun Sooyoung tampak tidak peduli karena ia sibuk dengan pikirannya.

“Nenek Kyuhyun?” tanya Sooyoung ragu. Untuk apa nenek Kyuhyun menemuinya.

“Benar. Ada beberapa hal yang ingin Saya dengar darimu tentang pertunanganmu, termasuk bagaimana kedepannya.”

Sooyoung menatap Elina dengan senyum kecil di bibirnya dan mengangguk. Tentang nasib pertunangan kedepannya? Sepertinya tidak masalah membuat kebohongan-kebohongan kecil untuk menghentikan pertunangan bodoh ini. “Tentu saja, Nyonya Xi. Saya dengan senanga hati menceritakannya. Jadi apa yang ingin Anda tahu?”

Elina tersenyum manis –terlihat senang melihat reaksi gadis di depannya lain dari ekspetasinya. Sooyoung tampak tidak peduli dengan tatapan menilainya bahkan sekarang terlihat percaya diri dengan apa yang akan dia jawab. Itu membuat Elina tertantang seberapa besar nyali yang Sooyoung punya dan seberapa kuat mental dari cucu tunangannya ini.

–

–

–

Angin sore berhembus pelan. Musim gugur sudah memasuki pertengahan. Kyuhyun menghembuskan nafasnya panjang. Memandang setangkai bunga tulip yang berada di tangannya. Sekali lagi, ia menatap bangunan di depannya. Rumah duka. Tempat penyimpanan abu –jasad.

Kyuhyun masuk, mengisi buku tamu, dan meminta kunci sebuah loker. “Terima kasih,” ucap Kyuhyun sembari tersenyum tipis kepada reseptionis.

Ada beberapa orang yang memakai pakaian hanbok hitam dan bertexudo hitam. Mungkin, hari ini ada keluarga yang baru saja ditinggal. Kyuhyun tersenyum tipis. Benaknya teringat lima tahun lalu, saat ia pun sama seperti mereka. Bahkan mungkin hampir gila.

Kyuhyun akhirnya masuk ke dalam ruangan. Pemakaman keluarga Choi. Matanya mendadak memanas melihat sebuah loker dengan ukiran nama gadisnya. “Annyeong,” sapanya lirih entah kepada siapa. Kyuhyun membuka loker dan menaruh bunga tulip putih.

Kedua tangannya mengepal. Kenangan manis dan pahit silih berganti di otaknya. Ia benci menjadi lemah. Gadisnya menjadi cinta pertamanya. Bukan hal yang mudah bagi Kyuhyun untuk menetralkan hatinya, untuk kembali merasakan jatuh cinta. Mereka menjadi kekasih selama tiga tahun, dan ketika mereka ingin bersatu takdir memisahkannya. Saat itu bahkan Kyuhyun hampir didiagnosa gila.

Ia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya cepat, “Sudah berapa lama aku tidak menemuimu?” tidak ada yang menjawab. Kyuhyun tersenyum getir.

“Aku kembali dijodohkan, dengan seseorang yang kau kenal. Sangat kau kenal.” Kyuhyun menghembuskan nafasnya pendek, “Dia persis seperti yang kau ceritakan dulu, sayangnya gadis itu sangat susah aku raih. Akhirnya, aku bertemu dengannya juga bukan, jin­-ah? Sayangnya bukan saat pernihakan kita yang kita rencanakan.”

“Dia menjadi gadis yang ceria dan tentu saja tangguh. Lengkap dengan mata coklat tua bening miliknya. Kau benar, matanya lebih mempesona dari milikmu.”

Kyuhyun tersenyum tipis. “Aku harus apa? Aku terpesona dengannya. Kata Hyukjae bukan seperti yang aku rasakan denganmu. Rasanya lain, lebih hidup dan ini menyiksaku. Kau tahu, bukan bagaimana Nǎinai bertindak? Aku hanya takut Sooyoung akan sepertimu. Aku hanya takut aku tidak bisa menjaganya seperti permintaanmu. Bahkan aku terlalu pengecut karena baru muncul di kehidupannya setelah lima tahun berlalu.”

“Lalu, bagaimana cara menjelaskan kepada Sooyoung, kalau aku adalah tunanganmu dulu? Aku terlalu takut dia akan menjauh, jin-ah. Bagaimana juga cara aku melindunginya dari Nǎinai?”

Kyuhyun memalingkan wajahnya. Tenggorokannya tercekik. “Jin-ah, bagaimana reaksinya jika dia tahu kalau aku adalah tunanganmu, tunangan kakaknya? Bahwa aku adalah Cho Kyuhyun yang sama dengan orang yang menjadi tunangan kakaknya dulu –yang membuat kakaknya meninggal karena lelalaianku.”

Air mata Kyuhyun jatuh. Ia tergugu seperti anak kecil yang tersesat di tempat asing. “Jin-ah, aku harus bagaimana menghadapi adikmu?” ia menatap figura yang terletak di dalam loker itu. Seorang gadis yang tengah tersenyum manis dengan pakaian hanboknya.

Choi Soojin.

–

–

–

Kyuhyun duduk di kedai yang tak tauh dari rumah duka. Memesan arak beras –berharap bisa meringankan kepalanya yang ingin pecah. Matanya masih perih karena menangis dan rasa di dadanya masih sesak. Biasanya setelah pergi ke makam Soojin, hatinya tenang. Namun, entah kali ini tidak.

Kyuhyun mengucapkan terimakasih setelah pesanannya datang. Ia menaruh beberapa ribu won di meja, baru meminum arak beras itu. Ponselnya bergetar. Kyuhyun berdecak kesal dan melihat Luhan menelponnya.

“Kenapa, Lu?”

“Kau ada dimana, gēgē?”

Kyuhyun mengerutkan kening bingung mendengar suara panik Luhan. “Kenapa kau panik seperti itu? Ada apa sebenarnya? Eomma tidak kambuh lagi kan?”

“Demi Tuhan, gēgē! Ini lebih buruk dari yang kau kira.”

 

“Jangan berbelit-belit, Luhan.”

“Nǎinai, sedang di Korea sekarang. Tunanganmu dalam bahaya,” ujar Luhan cepat.

 

“Sialan!” maki Kyuhyun dan menutup telponnya cepat.

Ia bergegas berdiri dan menelpon Hyukjae. Hatinya kalut. Ia sangat tahu bahwa neneknya begitu cepat bertindak. Bukan hal mustahil jika Sooyoung dalam pengawasan neneknya sekarang.

“Cari Sooyoung. Nǎinai sedang di Korea,” ujar Kyuhyun setelah panggilannya tersambung dengan Hyukjae dan mematikannya.

Buru-buru ia masuk ke dalam mobil dan melaju dengan cepat. Matanya kalut. Rasa sesak kembali menghampirinya. “Ya Tuhan… Sooyoung bertahanlah.” Gumamannya sembari memandang jalanan.

Ia tidak punya tujuan apapun. Hanya melaju sesuai kehendak hatinya. Karena saat ini pikirannya sudah tidak waras.

Ia khawatir. Panik. Dan marah karena lagi-lagi lalai menjaga seseorang.

Tapi, tanpa Kyuhyun sadari, diam-diam ia merasakan rasanya cinta –tanpa ia mengakuinya. Semua yang ia rasa adalah cinta, namun hatinya masih terlalu keras dengan rasa takut dan ego membuatnya mencoba menahan mati-matian argument Hyukjae waktu itu.

“Hey ya, Kyuhyun. Kau jatuh cinta dengan Sooyoung, eoh?”

 

“Kau mabuk ya?”

 

“Mengakulah saja. Mana ada tidak cinta tapi sefrustasi ini. Mana ada tidak cinta bisa sebahagia setelah bertemu dan mana ada tidak cinta tapi selalu ingin bertemu.”

 

“Diamlah, Sialan!”

 

“Dasar kepala batu.”

 

“I am.”

 

Kyuhyun menutup matanya sejenak menghilangkan percakapan Hyukjae semalam yang tiba-tiba melintas di otaknya. Namun, dalam hati kecil Kyuhyun, lelaki itu bertanya ragu.

Benarkah aku mencintai Sooyoung? Adik dari cinta pertamaku?

 

–

–

–

Rahang Kyuhyun mengeras. Pandangannya terpusat di satu titik. Segera saja Kyuhyun menepikan mobilnya. Kubu-kubu tangannya mengeras menggenggam setir. Neneknya baru saja keluar dari hotel dan dikawal oleh lima orang bodyguard. Tidak ada Sooyoung di sana, namun itulah yang membuat emosinya naik.

Ia turun setelah tepat mobil neneknya pergi. Berlari ke lobby hotel. Matanya memanas. Ia seperti anak kecil yang baru saja kehilangan mainan kesayangannya. Pandangannya nyalang.

“Sooyoung-ah.” Lirihnya begitu melihat Sooyoung keluar dari hotel.

Kyuhyun berlari kecil ke arah Sooyoung. Saat sudah berada di depan matanya. Ia memandang Sooyoung lekat. Tidak ada yang lecet. Tidak ada yang terluka. Tapi, ia tidak tahu keadaan hati Sooyoung. Ia segera menarik tangan Sooyoung, keluar dari hotel.

Sooyoung terdiam dan mengikuti Kyuhyun. Ia sebenarnya bingung dengan apa yang terjadi. Tatapan Kyuhyun sangat kalut, bahkan melebihi sewaktu di kampus saat itu. Ketika mereka keluar, detik itupula Sooyoung merasakan tubuhnya direngkuh oleh seseorang. Membuatnya membeku.

“Kyu-Kyuhyun…” lirihnya kaget.

“Kau baik-baik saja kan? Dia tidak mencelakaimu kan? Dia tidak mengancammu kan? Aku minta maaf. Maafkan aku karena tidak menjagamu.” Gumam Kyuhyun di telinga Sooyoung yang seperti racauan.

Sebenarnya Sooyoung ingin sekali menarik paksa Kyuhyun agar melepas rengkuhannya dan memaki lelaki itu karena suda berani merengkuhnya. Namun mendengar intonasi Kyuhyun yang terdengar kalut –ia urungkan niatnya.

“Kyuhyun…” panggilnya pelan.

Sooyoung sedikit bernafas lega karena Kyuhyun melepas rengkuhannya, tapi lelaki itu menyatukan kening mereka. Membuat Sooyoung menatap mata coklat terang milik Kyuhyun. Lelaki itu kalut dan panik. Entah kenapa membuat hati Sooyoung nyeri.

“Aku mohon padamu untuk menjaga diri baik-baik. Jauhi orang yang kau temui tadi.”

“Kyuhyun.” Sungguh Sooyoung tidak tahu harus berkata apa. Ia memang habis bertemu dengan seseorang –lebih tepatnya neneknya Kyuhyun, tapi bagaimana Kyuhyun tahu? Dan kenapa Kyuhyun sekalut ini?

“Kyuhyun-ah! Sebaiknya kendalikan emosimu dan kita cari tempat lebih privasi,” ujar seorang lelaki.

Ya Tuhan! Sooyoung sangat berterima kasih kepada lelaki itu. Sooyoung memandang lelaki itu dengan senyum manis, namun dibalas dengan alis kiri lelaki terangkat –menandakan bingung dengan maksud senyum manis Sooyoung. Ah.. Sooyoung tidak peduli itu.

–

–

–

Mulut Sooyoung sudah gatal sekali ingin protes. Genggaman tangan Kyuhyun sangat erat. Bahkan sampai apartemennya pun, Kyuhyun masih menggenggamnya erat. Suara Sooyoung tertahan melihat dua lelaki yang berada di sampingnya sendari tadi hanya menunjukan ekspresi datar –membuat Sooyoung ragu mengatakan maksudnya.

“Kyuhyun…” Panggil Sooyoung saat Kyuhyun tengah memasukan password apartemen Kyuhyun.

Sooyoung melirik pintu apartemennya gemas. Ingin sekali berlari ke sana dan menguncinya. Pokoknya sejauh-jauhnya dari Kyuhyun.

Kyuhyun tidak mengindahkan panggilan Sooyoung. Lelaki itu sudah berada dalam pikirannya, membuatnya seakan tuli dengan sekitar. Hyukjae yang tahu Kyuhyun sudah dalam keadaan tidak baik, mengintrusksi Sooyoung, “Ikutilah dulu permintaannya, Nona Sooyoung.” Bisiknya di telinga Sooyoung.

Sooyoung menoleh ke Hyukjae dan melihat Hyukjae dengan raut tak percaya. “Tapi aku_”

“Aku mohon,” Hyukjae memutus perkataan Sooyoung dan mendorong tubuh Sooyoung untuk masuk ke dalam.

Sooyoung menghembuskan nafasnya pendek dan mengangguk pasrah. Ia mengikuti Kyuhyun yang duduk di sofa karena sekali lagi lelaki itu masih belum melepas genggamannya.

Hyukjae tersenyum kecil. Melihat Kyuhyun memejamkan matanya meyakinkan Hyukjae, Kyuhyun sangat frustasi tadi. Bos sialannya memang mempunyai ego yang tinggi, sampai sangat susah mengakui kalau dia telah jatuh cinta pada Sooyoung. Hyukjae menghembuskan nafasnya panjang dan ikut duduk di sofa tunggal di hadapan mereka.

“Chogi, tidak bisakah aku pulang?” cicit Sooyoung.

Hyukjae tersenyum sampai menampakkan gummy smile-nya. “Kalau kau bisa melepas genggaman tangannya. Silakan saja.”

Sooyoung memandang tangannya yang digenggam Kyuhyun dan mendesah pasrah. Ia tidak akan bisa melepas genggaman seerat ini.

“Ngomong-ngomong, namaku Lee Hyukjae. Aku sekertaris Kyuhyun.”

“Ah… aku tidak perlu memperkenalkan dirimu, bukan?” mereka tertawa kecil.

“Senang berkenalan dengan tunangan dari bos sialanku ini.”

Sooyoung terkekeh, “Senang juga berkanalan dengan sekertaris tunangan sialanku ini.”

“Eoh kau mengakui dia sebagai tunanganmu?” Sooyoung melotot ke arah Hyukjae.

Hyukjae hanya tertawa, “Aku pergi dulu sebelum gunung berapi meledak.” Lalu tawa Hyukjae semakin menggema.

“Bos dan sekertaris memang sialan!” dengus Sooyoung kesal.

Ia melirik ke Kyuhyun yang berada di sampingnya. Kyuhyun sendari tadi diam dengan mata terpejam. Apakah Kyuhyun tidur? Pikir Sooyoung. Sooyoung tersenyum lebar. Dengan perlahan, Sooyoung mencoba melepas genggaman Kyuhyun. Dan… berhasil.

Sooyoung menatap Kyuhyun senang. Akhirnya untuk pertama kali lelaki itu bisa diajak kerja sama. Namun baru saja Sooyoung membalik tubuhnya menghadap pintu apartemen. Tangan kanan Sooyoung ditarik kuat.

Sooyoung membeku di tempat –tepatnya di pangkuan Kyuhyun. Nafasnya memburu. Ia mengerjapkan mata dan menatap dada bidang yang terpampang di depan wajahnya. Sooyoung mendongak dan melihat Kyuhyun masih terpejam.

“Kyuhyun…” cicitnya takut.

“Seperti ini dulu. Jangan pergi.” Gumam Kyuhyun lirih dan merengkuh tubuh Sooyoung untuk bersender di dadanya. Sooyoung tidak bisa menolak. Tubuhnya masih tegang dan bingung merespon apa. Ia tidak pernah seintim ini dengan seorang lelaki.

Sooyoung menghembuskan nafasnya. Ia mengangguk pelan. Perlu ada yang pertama dalam setiap hal dan mungkin inilah kali pertama ia seintim ini dengan seorang lelaki –yang notabedenya adalah musuh. Persetan dengan itu.

“Apa kau baik-baik saja, Kyuhyun?” tanya Sooyoung ragu.

“Ya.”

“Kenapa dadamu berdegup kencang sekali?” tanyanya polos. Sooyoung mencoba mendongakan kepalanya melihat ekspresi Kyuhyun, tapi tangan kanan Kyuhyun menahan kepalanya dan malah membuat kepalanya bersender di dada Kyuhyun, sementara tangan kiri Kyuhyun merengkuh pinggang Sooyoung posesif.

Lama tidak ada jawaban. Sampai akhirnya Sooyoung terlelap lelah, dan saat itulah hati kecil Kyuhyun berkata.

“Karena kau.” Gumamnya di telinga Sooyoung.

–

–

–

–

KALAU YANG BILANG INI KURANG PANJANG, BAKAL SAYA KASIH SOP SEPATU.

Ini udah puanjangggg banggeettt cyn. 26 halaman, 3,270++ words. Jadi jangan ada yang bilang kurang panjang, ok?

Saya nggak tahu ada apa dengan reader(s) KSI yang tambah males komen. Saya kira karena ff saya yang ngebosenin, tapi ketika saya perhatiin dengan pos-an yang lainpun komentarnya berkurang banyak. Fufufufu.

Selamat yang udah UAS dan doakan saya karena mau kemah. Saya baik kan ngepos sebelum saya sibuk lagi, padahal rencananya bakal saya pos pertengahan atau akhir desember, tapi ternyata cukup untuk ngerodi ngerjain TAP 5 setelah 2 minggu full UAS.

Saya tahu masih banyak kekurangan, jadi mohon koreksinya dan saran untuk next seri. Kali aja bisa saya masukiin ke kerangka utamanya hehehe.