Posted in Family, Friendship, Romance, Series

[SERIES] Stuck In Love -1-

Stuck In Love

Title                   : Stuck In Love

Author               : soocyoung (@soocyoung)

Length               : Serial/On Writing

Genre                : Romance

Rating                : PG 16

Main cast           :

  • Choi Sooyoung
  • Cho Kyuhyun
  • Kris Wu

Other cast          : Find it 🙂

From Author       :

Annyeonghaseyo knigtdeul^^

Orenmaneyo~~

Lama tak berjumpa.. hihi..

Ketemu lagi sama author soocyoung \^^/

Aku datang lagi knightdeul, kali ini tentu aja bawa FF baru. Sejak FF terakhir aku memang sengaja gg nulis apapun dan dengan terpaksa menyimpan semua ide-ide yang muncul dulu. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan dulu jadi yah untuk sementara kegiatan tulis menulis FF dihentikan, maaf ya lama gg update 😦

FF ini seperti biasanya multichap. Karena urusanku sebentar lagi selesai, jadi aku berani nulis FF dan multichap lagi -___- (sekalian mengobati kerinduan author nulis FF lagi ceritanya, hehe). FF ini banyak terinspirasi dari novel, drama Korea, film, komik dan juga pikiranku sendiri. Ada beberapa hal pengalaman pribadi, cerita teman dan masih banyak lagi inspirasinya. Maklum kan hiatus lama, jadi ngumpulin inspirasinya juga lama, haha. Mungkin belum banyak Kyuyoung moment di part awal ini karena aku masih harus buat alur ceritanya, jadi jangan heran yah ^^

By the way, sebaiknya knightdeul dan readers baca aja sendiri bagaimana awal cerita FF ini. Tentu saja, semua hal yang berhubungan sama nama sesuatu yang ada di FF ini adalah buatanku, kecuali tokoh dan beberapa lokasi tempatnya. Meskipun ada beberapa juga yang memang ada/real, tapi aku ubah sedikit demi kepentingan cerita.

So, happy reading ^^/

Normal POV

“Kau pasti bercanda?” kata salah seorang namja sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya yang bidang. Dia memelototi salah seorang penjaga pintu masuk Vinga, salah satu bar di Apgujeong. “Apa kau tak tahu siapa aku, huh?” bentaknya kemudian.

Penjaga pintu masuk itu menatap namja di depannya dengan pandangan heran. Wajah galaknya tersenyum meledek, lalu dia memutuskan untuk tidak menghiraukan namja itu dan berpaling ke arah antrian panjang yang sudah menunggu untuk masuk ke dalam bar yang selalu ramai sejak pertama kali dibuka tahun 2005 lalu.

“Ya! Imma!” Namja itu kembali bersuara, kali ini lebih keras dari sebelumnya. “Neo jinjja! Jugule?” Hampir saja namja itu menyarungkan tinjunya di wajah penjaga pintu masuk bar jika tidak ada yang menahannya.

Sekitar tiga puluh orang yang sedang mengantre pun memiringkan badan ke depan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Antrean panjang itu memang selalu ada setiap hari, terutama jika hari libur. Biasanya tak ada hal yang buruk terjadi karena penjaga itu pasti sudah siaga menghalau segala pembuat keributan bahkan sebelum dia menginjakkan kakinya di depan pintu masuk Vinga. Maklum saja, Vinga termasuk salah satu bar yang cukup elite di Seoul karena yang datang ke tempat-tempat seperti ini adalah orang-orang yang tak hanya memiliki uang, tapi juga nama.

Choi Sooyoung yang baru pertama kali ini datang ke Vinga sedang mengantre bersama Kris, sahabatnya sejak kecil, ikut memiringkan tubuh mereka seperti orang-orang lain. Jika bukan karena Kris yang mengajaknya, dia tak akan pernah sekalipun menginjakkan kakinya di bar karena Eomma-nya melarangnya pergi ke tempat-tempat liar seperti itu.

“Memangnya kau siapa? Aku tak pernah melihatmu datang ke sini dan tempat ini hanya terbatas untuk orang-orang tertentu saja” kata penjaga pintu masuk itu sambil menaikkan alisnya.

Namja itu menyunggingkan senyum tipis, lalu dia maju satu langkah lebih dekat dengan penjaga pintu masuk bar itu. Namja lain yang datang bersamanya pun tidak menahannya lagi kali ini.

“Kau pasti tahu JinHan Group bukan?” tanya namja itu terkesan menyombongkan diri di depan penjaga itu. “Aku rasa aku tak perlu menyebutkan itu apa karena melihat dari wajahmu, kau sudah tahu”

“Aku tahu, tentu saja“

Namja menganggukkan kepala singkat, lalu dia mencodongkan tubuhnya ke arah penjaga itu. “Dan jika kau ingin tahu lagi, aku adalah pewaris tunggal JinHan Group itu” bisiknya sangat pelan, bahkan nyaris tidak terdengar.

Penjaga itu tersentak kaget, tapi dia berusaha menyembunyikan kekagetannya. Dia menatap namja itu lekat-lekat, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang dia katakan padanya.

Jogiyo ahjussi-“ ucap Sooyoung memotong pembicaraan kedua orang itu. “Apa kau hanya akan mengurusi namja ini dan membuat kami semua terus menunggu untuk dibolehkan masuk ke dalam?” Dia berkata sambil menunjuk ke arah antrean panjang di belakangnya.

“Oh, mianhamnida nona, kau boleh masuk”

Kamsahamnida” balas Sooyoung dengan cepat. Saat dia melewati namja yang sedang berdebat dengan penjaga itu, dia sempat mengeluarkan tawa kecilnya. “Kajja Kris, waktu kita tidak banyak untuk bersenang-senang di tempat ini” katanya pada sahabatnya yang berdiri tepat disamping kanannya.

Namja itu menatap sebal ke arah Sooyoung, tapi kemudian dia ingat urusannya dengan si penjaga belum selesai. Pandangannya kembali berpindah dari Sooyoung yang sudah menghilang ke dalam bar ke si penjaga yang mulai terlihat bosan. Dia mendengus kesal, dan kemudian menepuk pelan bahu si penjaga. Membuat penjaga itu menolehkan kepalanya lagi ke arah namja itu.

“Baiklah, kau masuk saja-“ kata penjaga itu pada akhirnya. Dia tak mau membuat keributan dengan pewaris JinHan Group yang juga mempunyai pengaruh yang cukup bagus dalam perkembangan Vinga. “Jangan membuat masalah di dalam” Dia memberi pesan pada namja itu yang hanya dibalas dengan lambaian tangannya.

Namja itu, Kyuhyun namanya. Dia memang satu-satunya anak pemilik JinHan Group. Tak ada orang yang tak mengetahui perusahaan apa JinHan Group itu. Meskipun tidak sebesar Samsung Group ataupun Hyundai, tapi JinHan Group termasuk ke dalam perusahaan yang cukup berpengaruh di kehidupan perekonomian Korea. Bahkan Appa­-nya, pemilik JinHan Group sendiri, masuk ke dalam jajaran orang terkaya di Seoul. Itulah kenapa tak ada orang yang tak tahu perusahaan besar itu beserta pemiliknya.

Kyuhyun masuk ke dalam bar sambil memicingkan matanya. Di dalam, bar itu penuh dengan manusia, asap rokok dan juga bau alkohol dimana-mana. Lampu-lampu warna bermain-main di lantai dansa dengan beberapa tubuh meliuk-liuk di atasnya mengikuti irama musik yang sangat keras. Dia terus berjalan, melewati lantai dansa dengan tidak berminat. Dia mencibir tentang keamanan bar yang terlalu berlebihan, kemudian ke arah orang-orang yang menabraknya karena sibuk berdansa. Hampir semua bar di Seoul sudah pernah dia masuki, tapi dia merasa tak ada bedanya antara bar yang satu dengan yang lainnya. Semuanya sama, dimatanya.

“Kau tak berencana untuk mabuk lagi bukan?” tanya namja yang tadi sempat menahan Kyuhyun untuk memukul si penjaga. “Appa-mu pasti akan marah besar jika kau sampai mabuk lagi”

Kyuhyun hanya menoleh singkat ke arah sahabatnya yang juga sepupu jauhnya itu. Lalu pandangannya kembali beredar ke seluruh penjuru bar yang semakin ramai. “Appa hanya iri karena dia tak bisa lagi mabuk-mabukkan dan bersenang-senang sepertiku, Changmin-ah” jawabnya tidak peduli.

Aigoo, kau dan Appa-mu sama saja”

Kyuhyun tidak mendengarkan perkataan Changmin. Dia terlalu sibuk menatap seorang yeoja yang sedang melepaskan diri dari kerumunan pedansa dan mulai berjalan ke arahnya. Yeoja itu berambut hitam dan tinggi. Dia mengenakan gaun ketat sepaha berwarna merah dan semakin terlihat seksi saat dia semakin dekat dengan Kyuhyun.

“Kena kau-“ gumam Kyuhyun tidak pada siapa-siapa. Tanpa menunggu komentar Changmin, dia bergegas menghampiri yeoja itu.

Mereka bertemu di depan sebuah meja kosong di dekat tangga. Kyuhyun pun segera meminta si yeoja untuk duduk bersamanya. Dia tersenyum lebar, membuat yeoja itu terpesona dengan pancaran senyuman Kyuhyun. Dengan gerakan halus, yeoja itu menuangkan sebotol anggur ke dalam gelas yang baru saja diantarkan seorang pelayan berambut cepak.

“Jadi, apa yang dilakukan pewaris JinHan di bar seperti ini?”

“Sama sepertimu-“ jawab Kyuhyun dengan cepat sambil mengusap pelan tangan yeoja di depannya. “-bersenang-senang” Dia menambahkan.

Tak ada jawaban dari si yeoja. Dia kembali menuangkan anggurnya dan meminumnya dengan sekali tegukan.

“Siapa namamu?” tanya Kyuhyun lagi. Dia sama sekali tidak menyentuh gelasnya. “Aku penasaran-“

Yeoja itu tersenyum singkat, “Jessica” jawabnya.

“Nama yang bagus” Kyuhyun menyahut sambil menaikkan satu alisnya. “Aku tak pernah melihatmu di bar-bar yang lain. Apa kau hanya datang ke tempat ini?”

“Yah, begitulah-“

Kyuhyun mendengus kecil, lalu dia bersandar di kursinya dan menjatuhkan ponselnya. Dengan cepat dia menunduk untuk mengambilnya tapi tepat saat itu sebuah kaki panjang yang tertutup celana jeans hitam menendang ponselnya. Ponsel itu pun menghilang entah kemana. Tanpa menyadari apa yang sudah di alakukan, yeoja itu melangkah meninggalkan Kyuhyun begitu saja.

“Oh, sial. Ponselku hilang-“ kata Kyuhyun sambil terus menatap yeoja yang baru saja menendang ponselnya dengan lebih tertarik. “Jamkkaman-“ Kali ini dia berbicara pada Jessica.

Kyuhyun berdiri dari duduknya, lalu melangkah menghampiri yeoja yang baru saja menarik perhatiannya. Tepat sebelum yeoja itu meneguk minumannya, Kyuhyun datang dan langsung memegangi pergelangan tangan yeoja itu. Apa yang dilakukan Kyuhyun membuat si yeoja tersentak kaget dan langsung menolehkan kepala ke arah Kyuhyun yang hanya tersenyum tenang. Untuk beberapa saat mereka saling pandang, bahkan tangan Kyuhyun masih memegangi tangan si yeoja tanpa berniat untuk melepaskannya.

“Ada masalah apa?” tanya yeoja itu heran. Dia mengerutkan kening saat menatap Kyuhyun lekat-lekat. Dia merasa pernah melihat Kyuhyun sebelumnya, tapi kemudian dengan cepat dia menggelengkan kepalanya. “Apa kau tertarik dengan apa yang sedang aku minum?”

Aniyo-“ sahut Kyuhyun sambil melepaskan tangannya. Pandangan matanya beralih ke gelas di tangan yeoja itu, lalu dia tersenyum kecil. “Aku sama sekali tidak tertarik dengan apa yang sedang kau minum karena itu hanyalah minuman beralkohol dengan kadar yang paling rendah” ejeknya, kali ini dia menahan senyumnya.

Yeoja itu cantik. Itu pikiran pertama yang terlintas di kepala Kyuhyun begitu sinar lampu menerangi wajah yeoja yang berambut kecokelatan itu. Bibirnya merah tipis dan matanya sangat indah. Bahkan hanya dengan celana jeans dan kemeja kuning biasa, dia sudah terlihat cantik. Kyuhyun tak bisa membayangkan jika yeoja itu memakai gaun ketat sepaha atau gaun-gaun lainnya yang kebanyakan dikenakan yeoja-yeoja setiap kali mengunjungi bar seperti ini. Pasti akan sangat cantik.

“Kenapa kau diam saja?” tanya yeoja itu tiba-tiba, membuat Kyuhyun kembali dari lamunan singkatnya.

Kyuhyun mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu dia terbatuk kecil untuk menyembunyikan fakta bahwa dia baru saja membayangkan hal-hal yang seharusnya tidak dia bayangkan. Beruntung sekali lampu sedang padam, jadi wajahnya yang mungkin saja merah bisa tersembunyi.

“Aku tebak ini pertama kalinya kau masuk ke bar seperti ini bukan?” tanya Kyuhyun mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia sendiri tak tahu apa yang tadi yeoja itu katakan karena pikirannya sibuk dengan bayangannya sendiri.

Tak ada jawaban.

“Aku bisa membayarmu untuk pergi bersamaku mengunjungi bar-bar di Seoul setiap malam dan kau juga-“

Perkataan Kyuhyun terpotong karena sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Yeoja itu memelototi Kyuhyun, merasa terhina dengan perkataan namja itu. Tanpa berkata apapun, dia memilih pergi dari hadapan Kyuhyun. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Kyuhyun memegangi lengan yeoja itu dan membalikkan badannya dengan cepat.

“Apa kau sebegitu mahalnya dan kau pikir aku tak bisa membayarmu, huh?” kata Kyuhyun menahan marahnya. “Kau yeoja sombong tak tahu malu yang sok jual mahal” umpatnya kasar.

Ya! Mworago?!”

“Lihat, seberapa tak tahu malunya dirimu sekarang” balas Kyuhyun tak memedulikan tatapan galak yeoja itu. “Aku sudah berbaik hati memberimu bayaran alih-alih kau membayarku-“

“Membayarmu untuk apa, saekki-ya!”

Kyuhyun terkikik. Ini bukan yang pertama kalinya seorang yeoja memanggilnya sekasar itu. Bahkan dia pernah mendapat umpatan yang lebih kasar daripada itu saat dia terpergok sedang berkencan dengan dua yeoja oleh tunangannya sendiri. Apa yang dikatakan yeoja di depannya tadi masih jauh lebih baik daripada bekas tunangannya dulu. Yah, itu memang sebanding dengan perbuatan yang telah Kyuhyun lakukan.

“Ponselku. Kau menghilangkan ponselku, bodoh!” Kata-kata umpatan Kyuhyun terakhir tertelan suara musik yang baru saja dimulai kembali.

“Aku tidak-“

“Sooyoung-ah!” panggilan seorang namja lain membuat yeoja itu menolehkan kepala. Bergegas, namja itu datang mendekat. “Aku mencarimu kemana-mana dan.. hei, siapa dia?”

Sooyoung menyadari tatapan Kris pada Kyuhyun. “Bukan siapa-siapa. Hanya seorang penipu yang sedang menggodaku untuk mendapatkan ponsel” kata Sooyoung menjelaskan sambil menyipitkan matanya menatap Kyuhyun. Lalu dengan gerakan kasar, dia melepaskan genggaman Kyuhyun dari lengannya. “Kajja ga. Eomma akan marah sekali jika kita pulang terlambat” Dia beralasan dan langsung menarik tangan Kris untuk segera keluar dari bar.

Ya! Michin nyeon! Urusan kita belum selesai! Kau akan tahu kau sedang berhadapan-“

Sooyoung tak mendengarkan kata-kata Kyuhyun itu dan terus mendorong beberapa orang yang menghalangi jalannya keluar dari bar dengan Kris di sebelahnya. Kris tak berani bertanya lebih jauh tentang apa yang terjadi di antara Sooyoung dan namja itu karena Sooyoung terlihat begitu marah. Sooyoung jarang sekali marah, kecuali pada Eomma-nya, dan membuat Sooyoung semarah ini bukanlah sesuatu yang bagus bagi Kris. Mungkin jika dia tak memaksa Sooyoung untuk masuk ke Vinga sebentar, sekedar untuk menunjukkan bagaimana bar kepada Sooyoung, dia tak akan terlihat semarah ini. Satu-satunya pilihan yang Kris miliki adalah diam dan menunggu Sooyoung yang bercerita padanya nanti.

€**

Sooyoung POV

Apa yang akan kau lakukan jika kau memiliki seorang Eomma yang menyebalkan? Kris berkata padaku, mungkin itu adalah salah satu bentuk perhatian Eomma padaku, tapi bagaimana bisa menghukum dikatakan bentuk perhatian? Dan umurku sudah 23 tahun, itu berarti aku sudah dewasa. Sudah seharusnya Eomma tidak mengatur hidupku lagi atau bahkan mencampuri semua urusanku. Apa salahnya jika seorang yeoja dewasa pergi ke bar dan pulang terlambat? Lagipula aku hanya pergi ke bar dengan Kris, sahabatku yang bahkan Eomma sudah mengenalnya sejak kecil…

“Benar-benar keterlaluan-“ gumamku sambil menutup buku diary-ku yang berwarna cokelat dengan garis-garis emas. Aku mengangkat kepalaku, sedikit terkejut karena ternyata Kris sudah duduk di sofa di depanku dengan dua piring Chocopie.

“Waegeurae?”

Aku menghela napas, “Eomma, seperti biasa-“ kataku tidak berminat untuk menceritakannya pada Kris. “Aku tidak percaya dia bisa seperti itu” Aku mengambil Chocopie yang diberikan Kris padaku.

“Kau bertengkar lagi dengan Ahjumma?” tanyanya sebelum menggigit potongan besar Chocopie. Kali ini aku dan Kris memang sedang berada di kafe dan kedai kopi La Costa yang terletak tak jauh dari rumahku. “Masalah apa kali ini?”

“Karena aku pergi ke bar padahal jelas-jelas dia melarangnya. Aku heran kenapa aku tak boleh masuk ke sana padahal yeojayeoja seusiaku sering keluar masuk bar di seluruh Korea bahkan dunia” sahutku dengan cepat sambil menahan kesalku.

“Oh, astaga.. Ahjumma tahu kita pergi ke bar dua hari yang lalu?”

Aku mengangguk. “Eo-

Kris tidak berkomentar.

“Dia bahkan melarangku pergi ke Seoul lagi. Benar-benar keterlaluan. Jika terus seperti ini kapan aku bisa mendapatkan pekerjaan di Seoul?” dengusku kesal. Aku memang benar. Jika Eomma terus mengatur-atur hidupku dan mencampuri segala macam apa yang sedang aku kerjakan, aku tak yakin aku bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginanku.

“Yah, kau tahu kan, Ahjumma memang kadang-kadang seperti itu” kata Kris menenangkanku. “Itu sudah seperti bernapas baginya” Dia menyeringai sambil mengunyak Chocopie.

“Oh, tentu saja. Kau kan sangat senang jika aku sedang diperlakukan seperti anak kecil oleh Eomma” sahutku dengan ekspresi tidak suka. “Kau akan terus meledekku karena ini dan berpikir hal ini adalah lelucon yang tepat ka-“

“Sooyoung-ah” Kris menyela omelanku. “Bukan aku yang sedang membuatmu kesal. Lagipula, ini pasti tidak lama”

“Bagaimana kau bisa tahu?”

“Emm.. karena aku mengenal Ahjumma” kata Kris setelah berpikir sejenak. “Maksudku, kau dan aku sudah berteman selama berapa, tujuh belas tahun sekarang? Aku tahu Ahjumma memang kadang-kadang seperti itu dan nanti dia akan berpikir dengan lebih jernih lagi”

Aku mengaduk-aduk cangkir kopiku sambil merenung. “Benarkah begitu? Kau tahu Eomma?” Aku sedikit tidak yakin kali ini. “Terkadang aku penasaran apa ada orang yang benar-benar tahu dia”

Kris mengerjapkan mata ke arahku, “Aku tak mengerti maksudmu”

Aku meniupkan udara ke arah cangkir kopi sebelum meneguknya sedikit. Pandanganku kembali ke arah Kris yang sedang menungguku menjelaskan apa yang baru saja aku katakan. “Maksudku, Eomma tak pernah bercerita banyak tentang dirinya sendiri. Aku tak tahu apa-apa tentang kehidupannya sebelum dia memilikiku, atau bahkan keluargnya, atau tentang bagaimana Eomma bertemu Appa. Eomma juga tak memiliki foto pernikahan. Seakan-akan hidupnya baru dimulai saat aku lahir. Itu jugalah yang dikatakan Eomma setiap kali aku bertanya”

“Itu manis sekali-“ komentar Kris dengan nada tersentuh.

Mwo? Manis?” Aku terkejut dengan reaksi Kris yang justru berbeda denganku. “Menurutku itu aneh. Bukankah sangat aneh jika aku tak tahu apa-apa tentang Halmeoni dan Harabeoji? Aku bahkan tak tahu siapa Appa-ku. Aku sempat berpikir, mungkin saja orang tua Appa tidak bersikap baik pada Eomma. Tapi mereka tidak mungkin sejahat itu bukan? Orang macam apa yang bahkan tak mau bertemu dengan cucunya sendiri?”

“Mungkin Ahjumma yang membenci mereka. Mungkin juga mereka kasar atau semacam itu, jadi dia tak mengijinkan kau bertemu dengan mereka” Kris mengusulkan.

Tak ada pembicaraan untuk beberapa saat. Aku terlalu sibuk dengan pikiran-pikiranku sendiri, sementara Kris menyibukkan diri dengan ponselnya. Aku sangat yakin dia sedang berbicara dengan keluarganya, mungkin Halmeoni atau Harebeoji atau bahkan Appa-nya. Kris memang hanya tinggal bersama dengan Eomma-nya di Daejeon, kota terbesar kelima di Korea. Rumahku hanya berbeda distrik saja dari rumahnya.

“Aku akan mengambil Chochopie lagi dan beberapa Yangparing. Kau mau?” Kris tiba-tiba mengajakku berbicara.

“Chocopie-ku masih, tapi aku juga mau Yangparing” jawabku singkat.

Kris mengangguk, lalu dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju bar makanan sambil menggumam sendiri tentang sesuatu. Setelah hanya tinggal aku sendirian, aku mengeluarkan kembali buku diary-ku dan menuliskan sesuatu disana. Aku memang suka menuliskan segala sesuatu yang sedang aku pikirkan di dalam buku cokelatku ini. Rasanya pikiranku sedikit lebih longgar meskipun terkadang aku juga menceritakannya pada Kris.

Jogiyo-“ Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku.

Aku mendongak terkejut dan menatap seorang yeoja berambut kemerahan yang duduk tak jauh dari kursiku.

“Itu namjachingu-mu?” Yeoja itu bertanya sambil menunjuk ke arah sesuatu.

Aku mengikuti arah pandangan yeoja itu dan sudah bersiap-siap akan menjawab jika aku tak mengenal orang yang dia maksud. Tapi aku menyadari bahwa yeoja itu sedang menunjuk Kris yang sedang berjalan kembali ke arahku. Wajahnya berkonsentrasi penuh saat berusaha membawa tiga piring sekaligus dengan kedua tangannya.

“Oh, aniyo” kataku kemudian. “Dia temanku-“

Wajah yeoja itu menjadi cerah. “Dia tampan dan keren. Dia punya yeojachingu?”

Aku ragu sejenak, tapi kemudian menjawab, “Eobseoyo-“

“Apa dia tak menyukai yeoja?” tanya yeoja itu tampak curiga.

Aku selamat dari menjawab pertanyaan ini karena kedatangan Kris. Yeoja itu buru-buru beralih saat Kris kembali duduk di kursinya dan meletakkan piring-piring itu di atas meja. “Sangat menyebalkan jika mereka kehabisan piring. Kenapa mereka tak membeli satu lusin piring lagi saja?” gerutunya sambil mencomot Yangparing-nya.

Aku berusaha menyembunyikan senyumanku saat melihat Kris. Biasanya aku tak pernah berpikir apakah Kris tampan atau tidak. Aku pikir mata Kris berwarna hitam indah dan tubuhnya tinggi serta berisi. Potongan rambutnya kali ini juga sangat cocok dengan bentuk tubuhnya.

“Kau memandangiku” kata Kris tiba-tiba. Dia kembali mengejutkanku, tapi aku berhasil menyembunyikannya. “Kenapa kau memandangiku? Ada sesuatu di wajahku?”

Aku diam dan berpikir. Aku harus memberitahunya tentang yeoja itu, tapi ada sebagian dari diriku menolak untuk memberitahukannya. Aneh sekali rasanya. Jika aku tak memberitahu Kris, itu sama artinya aku bukan teman yang baik untuknya. Aku benar bukan?

“Jangan melihat ke sana, tapi yeoja di sana berpikir kau tampan dan keren” bisikku berusaha agar yeoja itu tak mendengar apa yang aku katakan.

Mata Kris melirik ke samping untuk melihat yeoja itu. Dia sedang menggerak-gerakkan kepalanya mengikuti irama musik yang dibawakan band Indie di panggung di sudut kafe. “Yeoja yang memakai sweater hijau?”

Aku mengangguk.

Kris terlihat kaku, “Kenapa kau berpikir begitu?”

Batinku mendorongku untuk memberitahu Kris, tapi baru saja aku akan membuka mulut suara keras melengking memotongnya. Aku mengernyit dan menutupi telingaku sementara penyanyi band itu berjuang dengan mikrofonnya yang berbunyi di panggung.

Aigoo, mereka bahkan belum mengganti mikrofonnya. Pantas saja tempat ini tak pernah berubah dari dulu” kataku tidak percaya. La Costa memang sudah ada sejak aku masih kecil dan dari dulu tempat ini sama saja. Hanya beberapa kali saja pemiliknya mengganti warna cat untuk perubahan tapi hal yang sama tidak dia lakukan untuk peralatan-peralatan penunjang kafe.

“Lupakan itu dulu” kata Kris. Aku mengerjap karena terkejut lagi, “Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu”

“Uang kita masih belum cukup untuk disumbangkan disini” Aku langsung berkata karena siapa tahu Kris berencana untuk menyumbangkan saja uang yang mampu kami kumpulkan setiap minggunya untuk perbaikan kafe ini.

“Bukan itu” balas Kris dengan cepat. “Ini tentang yang kita bicarakan tadi. Tentang aku tidak punya yeojachingu

“Oh itu-“ Aku mengangkat sebelah bahuku. “Molla. Ajak saja Kwon Yuri berkencan” Aku menyarankan yeoja itu karena dia adalah salah satu yeoja yang sangat ramah dan baik selama kami bertetangga. “Dia baik dan dia menyukaimu” tambahku.

“Aku tak mau berkencan dengan Yuri”

Wae?” Aku merasa tiba-tiba kesal tanpa alasan. “Kau tak suka yeoja yang pandai berolahraga? Masih mencari yang tubuhnya lebih seksi daripada Yuri?”

“Bukan dua-duanya” jawab Kris dengan ekspresi seriusnya yang ditandai dengan menyatunya kedua alisnya. “Aku tak mau mengajak Yuri berkencan karena itu tidak adil baginya”

Kris mundur, membuatku memiringkan badan ke arahnya. Dari sudut mataku, aku dapat melihat yeoja tadi ikut memiringkan badan, jelas-jelas menguping. “Kenapa tidak?” tanyaku ingin tahu.

“Karena aku menyukai orang lain”

“Oh, baiklah-“ celetukku karena melihat wajah Kris memerah seperti saat dia dibuat malu beberapa tahun yang lalu oleh salah seorang sunbae di sekolah. Dia pun terlihat lebih gelisah sekarang. Aku heran kenapa menyukai seseorang membuatnya sampai segelisah itu. “Kau masih menyukai yeoja bukan?” tanyaku sekedar memastikan.

Kris mendengus kecil, dia semakin gelisah di depanku. “Tentu saja. Kau pikir aku tidak menyukai yeoja?”

“Jadi, siapa itu?” Aku bertanya. Aku baru saja akan menambahkan jika Kris jatuh cinta pada seseorang yang sudah memiliki namjachingu, dia pasti akan habis dihajar. Tapi aku mendengar seseorang terbatuk-batuk dengan keras di belakangku. Itu batuk mengejek, semacam bunyi yang mucul jika seseorang berusaha tidak tertawa.

Aku berbalik.

Duduk di sofa merah pudar yang berjarak beberapa meter dariku, ada namja yang pernah berurusan denganku di bar Vinga. Aku masih ingat wajahnya karena kejadian itu baru saja terjadi dua hari yang lalu. Senyum mengejeknya itu juga aku sangat hapal. Kali ini dia mengenakan kaos santai merah dan hoodie hitam. Namja itu, jika aku tak salah ingat bernama Kyuhyun, sedang menatapku. Salah satu ujung mulutnya yang sempit mencuat karena senang. Daripada karena ditertawakan, aku lebih merasa tidak enak lagi karena yakin Kyuhyun tidak duduk di sana lima menit yang lalu.

“Ada apa?” Kris mengikuti arah pandanganku. Keningnya berkerut begitu melihat Kyuhyun yang dengan cepat memalingkan kembali wajahnya.

Kyuhyun meneguk habis minumannya, lalu dia beranjak dari tempatnya. Dia memandangiku sekilas dan tersenyum ke arahku. Senyum yang aneh, terkesan meledek tapi juga tersirat ajakan. Apa dia ingin berbicara denganku tentang kejadian di bar itu? Jika memang benar begitu, darimana dia tahu aku tinggal di sekitar sini? Apa dia secara kebetulan tahu atau dia sengaja mengikutiku sejak aku keluar dari Vinga?

Aku merasakan sentuhan tangan Kris di lenganku. “Jamkkaman-“ kataku pada Kris. Aku bangkit dari sofa dan hampir menabrak cangkir kopiku saat terburu-buru menyerbu keluar pintu, takut jika Kyuhyun menghilang ke dalam gang gelap di sebelah kafe. Tapi Kyuhyun ada disana. Namja itu bersandar ke dinding dengan membungkuk. Dia baru saja mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, bentuknya seperti ponsel. Dia mendongak terkejuut saat pintu kafe tertutup di belakangku.

“Kafe ini lumayan tapi cukup parah” katanya sambil menatap lagi ke arah kafe.

Aku mengerjap, “Mworaguyo?”

“Kataku, kafenya parah. Makanannya enak, begitu pula kopinya tapi bangunan dan segala hal yang ada di dalamnya itu.. emm bagaimana aku menyebutkannya? Mungkin kata perbaikan dibutuhkan dalam hal ini” ucapnya dengan sebelah bahu terangkat.

“Aku tak begitu peduli dengan bangunan kafe-“ Aku menahan kesalku. “Aku hanya ingin tahu kenapa kau mengikutiku”

“Kata siapa aku mengikutimu?”

“Usaha yang bagus. Kau juga menguping pembicaraanku. Kau ingin memberitahuku apa tujuanmu atau aku laporkan ke polisi saja?” ancamku tanpa ragu sedikitpun.

Kyuhyun terkikik geli, “Apa yang akan kau laporkan?” katanya dengan nada menghina. “Bahwa seorang namja yang sedang menikmati makan malamnya sekaligus berbisnis mengikutimu dan menguping pembicaraanmu. Begitu? Percayalah, yeoja sombong, polisi tidak menangkap seseorang dengan alasan seperti itu dan tanpa bukti”

“Namaku bukan yeoja sombong” kataku menggertakan gigi. “Namaku Sooyoung-“

Arra-“ kata Kyuhyun tersenyum tipis sekali. “Nama yang cantik untuk orang sepertimu, tentu saja. Sayang sekali kau sombong dan sok jual mahal. Cobalah bersika-“

“Kau pikir kau lebih baik dariku?” Aku memotong perkataannya dan sedikit menaikkan nada bicaraku. Aku memang paling tidak suka orang menilaiku padahal mereka belum tahu aku yang sebenarnya. “Itulah kenapa kau menertawakanku di dalam. Aku benar bukan?”

Aniyo-“ sahut Kyuhyun dengan cepat. Ada kilatan rasa malas yang menjijikan di matanya yang sebenarnya terlihat menyenangkan jika saja sikapnya sedikit lebih baik. “Tadi aku tertawa karena pernyataan cinta itu membuatku geli, apalagi saat itu tidak terbalas”

Aku menaikkan sebelah alisku, “Aku tak mengerti apa yang kau katakan-“

Kyuhyun kembali tersenyum, memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapi. “Ah, jadi selain sombong dan sok jual mahal ternyata kau juga yeoja yang tidak tahu apa-apa tentang perasaan seseorang”

Aku membuka mulutku untuk memprotes dengan marah, tapi terpotong oleh bunyi dengung yang melengking. Ponselku bordering dengan sangat keras. Aku mengambilnya untuk memeriksa siapa yang menelepon, tapi begitu tahu Eomma yang menelepon, aku memutuskan untuk tidak mengangkatnya. Aku sedang marah dengannya dan tak ada alasan untuk berbicara dengannya sekarang. Baru saja aku akan kembali berbicara, ponselku berdering lagi.

“Silahkan angkat jika kau mau” kata Kyuhyun sambil menunjuk ke arah saku jeans-ku. “Itu benar-benar menganggu” tambahnya.

Ponselku berdering, lalu berbunyi lagi. Kedengarannya keras dan memaksa. Dahiku berkerut. Eomma pasti sangat khawatir karena tadi aku pergi tanpa berkata apa-apa padanya. Kepergianku seperti ini memang selalu membuatnya khawatir dan pada akhirnya meluluhkan hatinya untuk bersikap lebih dewasa padaku. Aku setengah berbalik dari Kyuhyun dan kembali mengambil ponselku dari dalam saku, lalu segera mendekatkannya ke telinga.

“Eomma?

“Oh, Sooyoung-ah. Dahaengida-“ Punggungku terasa tertusuk duri. Ada nada panik di dalam suara Eomma kali ini. “Dengarkan aku..”

Gwenchanayo, Eomma. Aku sudah di jalan pulang-“

Aniyo!” seru Eomma sangat keras. “Jangan pulang dulu, arraseo? Jangan berani pulang! Pergilah ke rumah Kris, langsung pergi ke sana dan tetaplah disana sampai Eomma bisa-“

Sebuah bunyi memotong perkataannya. Ada suara seorang namja yang memanggil-manggil nama Eomma. Aku terkejut karena seingatku Eomma tak memiliki teman namja. Tak pernah ada namja yang berkunjung ke rumah selain Kris. Suara namja itu terdengar keras dan tegas. Aku menebak-nebak siapa kira-kira namja itu dan ada urusan apa dengan Eomma-ku. Jika Eomma melarangku untuk pulang karena ada namja ini, apakah itu berarti dia adalah..

“Appa-“ gumamku sepelan mungkin.

Entah bagaimana aku sangat yakin akan ini. Tapi kenapa Eomma melarangku pulang jika Appa datang berkunjung? Mungkinkah dia tak mau aku bertemu dengan orang yang mungkin saja memang Appa-ku?

“Eomma!” Aku sedikit berteriak di telepon untuk meminta penjelasan Eomma. Tapi suara keras, seperti kayu yang patah, membuatku kembali tersentak kaget. “Eomma, gwenchanayo?

Bunyi dobrakan pintu masuk ke telepon. Suara Eomma menembus bising itu. “Berjanjilah kau tak akan pulang sebelum aku menjemputmu. Pergilah ke rumah Kris”

“Tapi Eomma-

Teleponnya mati sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

Eomma!” Aku menjerit ke ponselku. Tapi tak ada bunyi apapun yang terdengar disana. Aku menurunkan ponselku dan menatap ke layarnya. ‘Telepon telah berakhir’, tulisan itu terdapat disana. Aku diam untuk beberapa saat dan berpikir. Kenapa Eomma menutup telepon seperi itu? Apa sesuatu telah terjadi?

“Sooyoung-ssi” panggil Kyuhyun tiba-tiba. Itu pertama kalinya aku mendengarnya menyebut namaku. “Waegeuraeyo?”

Aku tak memedulikannya. Tergesa-gesa aku menekan tombol yang menghubungkan ke nomor telepon rumah. Telepon berdering sekali sebelum ada suara kaku operator yang menjawab. Bagaimana jika namja itu bukan Appa? Aku tak pernah mendengar suara Eomma sepanik itu saat berbicara padaku. Seingatku Eomma juga tak pernah memiliki hutang apapun, jadi dia tak mungkin berurusan dengan para penagih hutang. Lalu siapa suara namja itu? Aku memutar otakku dan berpikir dan.. Tunggu! Apa ada perampok di rumah? Oh, astaga! Kenapa aku sama sekali tidak berpikir tentang hal ini? Bodoh sekali aku!

Tanganku mulai gemetar tak terkendali. Saat aku mencoba untuk menghubungi Eomma lagi, ponselku tergelincir dari genggamanku yang gemetaran, lalu menghantam aspal dengan keras. Aku berlutut untuk mengambilnya, tapi ponsel itu sudah rusak. Retakan panjang terlihat di sepanjang layar depan ponselku.

“Sial!” dengusku kesal. lalu membanting ponselku.

Geumanhaeyo-“ Kyuhyun menarikku berdiri. “Apa yang telah terjadi?”

“Pinjamkan ponselmu-“ ucapku langsung menarik logam hitam panjang dari saku jaket Kyuhyun. “Aku harus menelepon polisi!”

“Itu akan memakan waktu lama. Hal-hal yang berhubungan dengan polisi selalu tidak mudah”

Aku diam saja karena amarah membanjiriku. Aku bisa merasakan gelombang panas menembus nadiku. Bahkan tanpa berpikir lagi, aku menendang kaki Kyuhyun, membuatnya tersentak mundur dan langsung memegangi kakinya. Aku membebaskan diri dari Kyuhyun, lalu berlari ke arah jalan yang akan membawaku ke rumah. Aku sempat berhenti di persimpangan jalan dan berbalik. Aku setengah berharap Kyuhyun menyusulku, tapi tak ada siapapun di jalan kecuali beberapa mobil yang lewat. Aku mendengus kesal dan kembali berbalik sebelum kemudian berlari pulang.

€**

Kyuhyun POV

Jinjja? Kau bertemu yeoja itu lagi di Daejeon?” Changmin terlihat begitu tidak percaya setelah aku bercerita tentang perjalanan bisnisku ke Daejeon beberapa hari yang lalu. “Aigoo.. Daejeon itu luas bukan? Benar-benar kebetulan yang tidak terduga” katanya lagi.

“Menurutku-“ Aku berhenti sesaat untuk mengambil Ojingeo Ttangkong, salah satu makanan ringan kesukaanku, lalu memasukkannya ke dalam mulut. “-tak ada yang namanya kebetulan yang tidak terduga di dunia ini. Semua hal yang terjadi karena ada tujuan dan maksud tertentu”

Satu alis Changmin terangkat, “Geuraesseo, apa tujuannya kali ini jadi kau bertemu dengan yeoja yang sama dan ponselmu juga hilang oleh yeoja itu lagi. Aigoo, kau bahkan baru membelinya”

“Entahlah” jawabku sambil mengangkat bahu.

Aku memang tak tahu kenapa aku bisa bertemu dengan yeoja bernama Sooyoung itu. Tapi entah kenapa ada rasa yang tak bisa aku jelaskan setiap kali aku melihat wajahnya. Rasanya aku seperti bahagia, sangat bahagia dan tak mau pergi dari sisinya. Aku bahkan rela jika aku harus terus kehilangan ponselku setiap kali aku bertemu dengan Sooyoung itu.

“Ambil ini-“ Tiba-tiba saja Changmin menyodorkan ponselnya ke arahku. Alisku terangkat, tak tahu kenapa dia memberiku ponselnya. “Hubungi ponselmu dan kalau perlu pergilah ke Daejeon lagi untuk mengambilnya” katanya begitu melihat tatapan bingungku.

Aku tersenyum tipis, “Tak usah. Aku bisa membelinya lagi-“

Ya! Ini bukan masalah kau bisa membelinya lagi atau tidak. Ini masalah rekan-rekan bisnismu dan Appa-mu. Mereka pasti akan kebingungan jika kau selalu berganti ponsel setiap beberapa hari sekali. Aigoo, neon jeongmal

“Biarkan saja. Mereka bisa menghubungi Appa atau bahkan mereka juga bisa menghubungi nomor perusahaan” jawabku tidak berminat. Aku kembali mengambil Ojingeo Ttangkong sebelum beranjak dari kursiku. “Kajja. Kita harus kembali ke kantor. Sebentar lagi rapat akan dimulai atau kau ingin tetap disini dan menerima hujatan dari Appa-ku dan Appa-mu”

Changmin mengangguk, lalu dia juga beranjak dari kursinya. Aku melangkah keluar bersamanya dari kafe tak jauh dari gedung JinHan Group. Jika sedang malas pergi jauh dari perusahaan, aku memang selalu pergi ke kafe itu dan menghabiskan jam istirahatku disana. Ada sebuah tempat dilantai dua yang membuatku nyaman di kafe itu. Aku juga biasa pergi ke kafe itu jika aku sedang suntuk dengan pekerjaan-pekerjaan di kantor dan menyelesaikannya disana. Bagiku, lantai dua tempat favoritku itu sudah seperti kantor keduaku.

Karena letaknya yang tidak begitu jauh dari kantor, aku dan Changmin berjalan kaki. Hanya 15 menit dari kantor jika berjalan kaki. Bukankah itu sangat dekat? Justru akan banyak membuang waktu jika harus menggunakan mobil. Sayang sekali menghabiskan bensin sekian liter hanya untuk pergi ke kafe yang berjarak 15 menit dari kantor. Aku heran, kenapa orang-orang justru menyukainya, membuang-buang hal yang seharusnya tidak perlu dibuang.

Ya! Tapi tetap saja kau harus mengambil lagi ponselmu itu” Changmin kembali berbicara saat kami berjalan kembali ke kantor. “Bukankah ada banyak nomor-nomor penting di ponsel itu?”

“Memang, tapi aku bisa memintanya lagi pada Appa

“Bagaimana jika kali ini Appa-mu tak mau memberikannya padamu sebagai hukuman karena kau telah mengecewaka-“

“Hal-hal seperti ini tidak akan membuat Appa kecewa” potongku dengan cepat sambil menaiki undakan jalan menuju pintu depan kantor. “Kau saja yang terlalu berlebihan dan membesar-besarkan sesuatu” tambahku tanpa memedulikan Changmin yang berjalan lebih lambat dariku.

Aku masuk ke kantor dan melangkah ke lobby yang langsung disambut beberapa pegawai disana. Aku hanya membalas sapaan itu dengan anggukan kepala, sesekali tersenyum untuk menunjukkan bahwa aku menerima sapaan mereka. Saat aku masuk ke lift, Changmin sudah tidak ada dalam jarak pandanganku. Ruangannya memang berbeda dengan ruanganku, tapi aku sangat yakin dia menyempatkan diri untuk mengobrol dengan yeoja resepsionis yang dia sukai itu. Yeoja resepsionis itu namanya Victoria, dan Changmin berkata padaku jika Victoria itu adalah teman sekolahnya dulu. Mungkin saja saat masih bersama di sekolahan dulu, dia pernah menyukai Victoria dan kemudian dia memutuskan untuk melanjutkan perasaannya itu setelah bertemu lagi dengan Victoria.

Kwajangnim-“

Aku menolehkan kepala, “Oh, Pengacara Lee. Waegeurae?

Pengacaraku, Lee Tae Hwang namanya. Dia adalah Pengacara yang membantuku menangani hal-hal yang berkaitan denganku dan juga perusahaan. Tugas Pengacara Lee berbeda dengan Pengacara perusahaan yang juga Pengacara Appa. Bisa dikatakan ada dua Pengacara yang bekerja di perusahaan, Pengacara Lee dan Pengacara Han. Satu-satunya orang yang aku percaya di perusahaan ini selain Appa adalah Pengacara Lee. Meskipun dia masih muda dan baru bekerja di perusahaan ini beberapa bulan tapi kinerjanya membuatku puas. Itulah kenapa aku juga menjadikannya Pengacara pribadiku.

“Kita bicara di ruanganku saja. Masih ada waktu 10 menit sebelum rapat dimulai” kataku memberi isyarat pada Pengacara Lee untuk mengikutiku.

Ruanganku berada di lantai 5 gedung. Di lantai itu hanya ada beberapa ruangan staff karena Appa sengaja tidak memberiku banyak staff. Aku masih dalam proses belajar, kata Appa-ku. Meskipun aku adalah wakil kedua dalam perusahaan setelah Appa dan Shim Samchon, Appa Changmin, tapi aku tak pernah dilibatkan secara langsung dalam urusan-urusan intern perusahaan. Kecuali dalam rapat dan perjalanan bisnis. Sepertinya Appa sengaja menyerahkan perjalanan bisnis itu kepadaku karena dia tahu aku suka berpergian.

Anja-“ kataku pada Pengacara Lee begitu kami sudah di dalam ruangan. Aku tak perlu berbicara formal padanya meskipun dia lebih tua dariku dua tahun. Ini juga untuk menandakan bahwa aku adalah atasannya dan dia bekerja untukku. “Apa kau membawa berita tentang tugas yang aku berikan padamu?” tanyaku seperti sudah tahu apa yang ingin dia katakan.

Pengacara Lee menganggukkan kepala. “Sudah jelas tak ada hubungan antara namja itu dan yeoja yang Anda temui di Vinga, Sajangnim

“Geurae?” kataku sedikit tidak percaya. “Tapi di Vinga, salah satu pelayan disana berkata mereka saling mengenal”

“Aku pergi menemui pelayan di Vinga dan dia menunjuk namja lain, bukan namja yang Anda curigai sedang memata-matai perusahaan” jawab Pengacara Lee sangat yakin.

Aku menganggukkan kepala mengerti. “Baiklah kalau begitu. Apa kau masih menyelidiki latar belakang yeoja itu?”

Ne, dia adalah anak pemilik HyupSeung Group. Secara finansial, perusahaan itu berada di bawah JinHan Group. Saat ini dia masih menempuh kuliah di ChungAng dan mengambil jurusan Manajemen Bisnis-” Pengacara Lee memberitahuku segala hal yang telah dia selidiki sesuai dengan permintaanku. “Di keluarganya, dia memiliki seorang adik perempuan. Itu saja” tambahnya, mengakhiri laporannya.

“Baiklah, terima kasih laporannya-“ kataku sambil bersiap-siap untuk menghadiri rapat di lantai 3 gedung. “Kau sudah bekerja keras, Pengacara Lee”

Pengacara Lee hanya menganggukkan kepala.

“Tetap awasi namja itu. Aku rasa kita tak perlu mengkhawatirkan Jessica mulai sekarang. Dia tidak berbahaya dan aku salah menilainya berbahaya untuk perusahaan kita”

Ne, algeseumnida”

Aku tersenyum ke arahnya sekilas yang dibalas dengan senyuman juga olehnya. Aku dan Pengacara Lee keluar bersama-sama dari ruanganku untuk pergi ke ruang rapat. Karena Pengacara Lee juga termasuk Pengacara perusahaan, dia selalu dilibatkan dalam urusan rapat. Aku tidak banyak mengobrol dengannya karena memang tak ada yang perlu dibicarakan. Lagipula aku harus bergegas karena aku tak mau datang begitu rapat dimulai. Appa sangat tidak menyukai keterlambatan, apapun alasannya.

“Oh, Kyuhyun Kwajangnim-“ ucap salah satu manajer pemasaran di JinHan Group, namanya Lee Won Jong. “Aku senang sekali kau mulai dilibatkan dalam urusan perusahaan oleh Sajangnim

Ne, aku juga senang” jawabku singkat dengan senyuman singkat pula.

Aku langsung duduk di kursiku, depan tengah. Sementara Pengacara Lee duduk persis di sebelah kananku. Beberapa orang mulai memasuki ruangan rapat dan tanpa banyak bicara mereka duduk di kursi masing-masing. Aku melihat Changmin juga datang bersama Appa-nya. Dia duduk berseberangan denganku tapi di ujung meja. Senyuman lebar terlukis di wajahnya, sangat jelas sekali. Mungkin hal-hal baik tentang Victoria datang menghampirinya. Aku hanya menggelengkan kepala dan menyembunyikan tawaku.

“Baiklah, karena semua orang sudah disini-“ Appa mulai berbicara sambil mendongakkan kepalanya menatap ke seisi ruangan yang semua kursinya telah di duduki. “Ketua Tim Seo, silahkan” katanya mempersilahkan Ketua Tim, Seo Dong Won untuk berbicara.

Kamsahamnida, Sajangnim” Ketua Tim Seo menganggukkan kepala ke arah Appa sebagai tanda penghormatannya sebelum dia berdiri dari duduknya. “Aku akan menyelesaikan penjelasan proses promosi proyek resor Jeju. Silahkan melihat lampiran laporan untuk rinciannya

Aku menganggukkan kepala sambil membaca laporan perkembangan rencana pembangunan resort yang akan menjadi tanggung jawab JinHan Group sebagai perusahaan finansial. Banyak gedung-gedung di Korea yang dibangun dengan nama JinHan Group di atasnya, termasuk bar Vinga. Itulah kenapa tak ada orang yang mengetahui perusahaan ini di Korea, khususnya Seoul.

“Resor Jeju didirikan dekat dengan Halla-san. Di dalamnya terdapat kolam renang, area ski, taman dan fasilitas-fasilitas lain yang bisa dilihat dalam rincian-”

Aku terus membolak-balik halaman proposal pembuatan resor itu. Lalu tiba-tiba saja wajah Sooyoung muncul di salah satu halaman proposal. Dia sedang memelototiku. Aku tersentak kaget dan mengerjapkan mataku beberapa kali. Bagaimana bisa wajah yeoja itu ada di halaman proposal? Aku bahkan sedang tidak memikirkannya karena memang ingin fokus pada pekerjaanku. Keningku berkerut dalam, merasa heran kenapa wajah yeoja itu terlintas di pikiranku begitu saja. Selama beberapa saat, aku sibuk mengusir Sooyoung dari pikiranku agar bisa fokus pada rapat yang sedang berlangsung ini.

Geureom, seperti itulah kita akan melanjutkan proyek resor Jeju. Apa ada pertanyaan?”

Aku menolehkan kepala ke arah Appa, yang ternyata sudah kembali berbicara. Lalu perhatianku beralih ke ruangan yang sepi. Sepertinya rincian laporannya sudah terlalu jelas jadi tak ada yang mengajukan diri untuk bertanya. Appa memang orang yang sangat detail untuk hal-hal seperti ini, karena itulah aku tidak heran dengan tanggapan orang-orang di dalam ruangan ini. Langsung saja gelombang rasa bersalah datang menghampiriku. Seharusnya aku memang mendengarkan semua yang dikatakan karena itu adalah bagian dari proses belajar yang sedang aku lakukan ini. Tapi aku justru memikirkan hal lain yang jauh dari urusan perusahaan. Aish, jinjja!

“Baiklah, selanjutnya-“ Appa kembali berbicara, tapi kali ini dia sempat menatapku yang memang sedang menatapnya. “Aku akan memberikan tugas pengawasan pendanaan resor Jeju kepada Kyuhyun Kwajangnim mulai dari sekarang”

Ne?” celetukku tanpa sadar.

Appa sama sekali tidak menghiraukan keterkejutanku. Lalu dia melanjutkan perkataannya, “Karena sekarang Kyuhyun Kwajangnim sudah terlibat penuh dalam urusan perusahaan, aku ingin dia bekerja berdasarkan filosofi manajemennya”

Bisikkan-bisikkan hangat mulai terdengar di seluruh ruangan, tapi aku terlalu terkejut dengan penunjukkan ini jadi aku tak begitu menghiraukannya. Tatapan mataku tertuju pada Appa yang terlihat lelah. Dia tersenyum padaku dengan caranya tersenyum yang berbeda.

“Aku pikir akan lebih baik untuk memberi Kyuhyun Kwajangnim kehormatan ini mengingat dia akan segera mengambil alih tempatku sebagai direktur JinHan Group. Dengan ini kalian akan tahu dan tak akan meragukan kemampuannya untuk melanjutkan JinHan Group” ucap Appa-ku lagi.

Dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiriku. Mau tak mau aku juga berdiri dari dudukku dan berusaha untuk menyembunyikan keterkejutanku karena berita yang terlalu mendadak ini. Biasanya Appa akan membicarakannya terlebih dahulu denganku karena ini menyangkut hidup-matinya perusahaan. Dia tak akan menunjukku jika memang aku belum siap untuk melakukannya. Tapi kali ini? Aku bahkan tak mendengarkan apapun tadi. Eotteoke?

€**

Sooyoung POV

Pandangan pertamaku atas JinHan Group adalah sebuah patung yang menjulang tinggi di tengah taman kecil dekat dengan pintu utama gedung. Patung itu tak memiliki bentuk tertentu, hanya sebuah patung tanpa bentuk tapi cukup menarik perhatian banyak orang yang melewatinya. Ada tangga kecil yang menghubungkan taman dari patung itu, meskipun tamannya tidak terlalu luas. Di sebelahnya ada halaman parkir yang cukup menampung sekitar 30 mobil. Gedung itu sendiri berwarna gading, sangat kontras dengan gedung disebelahnya yang berwarna lebih mencolok. Tapi tetap saja semua orang akan melihat ke arah JinHan Group terlebih dahulu daripada gedung di sebelahnya. Mungkin karena daya tarik patung yang unik atau memang ada sesuatu yang lain yang membuat orang tertarik untuk memandanginya, seperti aku.

“Kau yakin perusahaan ini yang memanggilmu?” kata Kris. Dia mengarahkan pandangannya ke gedung JinHan Group yang berlantai enam di depanku. “Kau tak salah membaca nama perusahaan atau alamatnya bukan?”

“Tentu saja tidak-“ sahutku dengan cepat. “Aku sudah membacanya puluhan kali di surat panggilan itu”

“Tapi Ahjumma tak tahu kau menerima surat panggilan dari perusahaan sebesar ini?” tanya Kris lagi memastikan apa yang sudah aku beritahukan kepadanya.

Aku hanya menganggukkan kepala.

Wae?”

“Kau harus bertanya ya?” sindirku.

Kris mengangkat bahunya. Dia mengalihkan pandangannya ke beberapa orang yang baru saja melewati kami. Seharusnya aku memang datang sendiri, tapi dia memaksa ikut. Eomma pun tak akan mengijikanku pergi jika Kris tak ikut karena entah bagaimana dia sangat percaya pada Kris. Bahkan Kris yang pernah sekali mengecewakannya dengan mengajakku ke bar tak membuatnya menghalangi Kris untuk mengajakku pergi lagi.

“Omong-omong, kau meninggalkan Ahjumma dengan siapa? Bukankah dia masih sakit sejak kejadian itu?” Kris bertanya lagi, mengingatkanku pada kejadian yang beberapa hari menimpa Eomma.

“Dia tak apa-apa, Kris. Sudah aku katakan beberapa kali, dia hanya terkejut karena seorang namja tak dikenal datang mendobrak rumahku dan membawanya pergi untuk.. emm-“ Aku diam sesaat karena sibuk merapikan pakaianku. “-berbicara” lanjutku.

“Tapi aku masih penasaran siapa namja yang mendobrak rumahmu itu. Ahjumma tak berkata apa-apa tentang pelakunya kan?”

Aku menganggukkan kepala, “Eo. Dia tak pernah menyebut namanya setiap kali aku menanyakannya. Bahkan dia akan memarahiku jika aku terus membicarakan hal ini” jawabku mulai bosan. “Menurutnya aku terlalu ingin tahu akan segala sesuatu”

“Menurutku tidak-“

“Tapi aku akan mencari tahu sendiri. Aku sangat yakin namja itu pasti Appa atau mungkin orang-orang yang pernah berurusan dengan Appa

“Apa menurutmu tidak aneh jika tiba-tiba saja seseorang datang dengan cara seperti itu ke rumahmu?” Kris sepertinya tak ingin membiarkanku masuk ke dalam gedung. “Maksudku, kau tahu kan.. dia sempat menghilang dan kembali beberapa jam kemudian, sendirian. Padahal kau sudah mencarinya di seluruh distrik dan-“

“Kris, shikkerowo! Aku akan masuk, ne?” potongku sambil mengangkat tanganku di depan wajah Kris. “Kau tunggu saja diluar atau kau bisa menunggunya di kafe. Tadi aku melihat ada kafe tak jauh dari sini”

“Oh, arraseo-“

Aku tersenyum ke arahnya, lalu memberikan pelukan singkat. “Apa yang akan kau lakukan jika aku benar-benar diterima bekerja disini?” tanyaku masih dalam pelukannya.

Kris melepas pelukanku, dia menatapku lekat-lekat. “Merayakannya, tentu saja. Apapun yang kau mau, aku pastikan kau akan mendapatkannya”

“Apapun?”

Eo. Apapun” sahut Kris sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Jadi, berusahalah sebaik mungkin, arra?”

“Arraseo”

Kris menyentuh bahuku, lalu dia menyuruhku untuk bergegas masuk ke dalam gedung karena memang inilah tujuanku datang ke Seoul, memenuhi panggilan perusahaan. Dari sekian banyak perusahaan yang aku masuki untuk diterima bekerja disana, baru tiga perusahaan yang memanggilku, termasuk JinHan Group. Aku juga terkejut begitu mendapatkan surat panggilan itu, karena JinHan Group merupakan salah satu perusahaan besar di Seoul, bahkan Korea. Anak cabangnya juga banyak, di Daejeon ada satu. Tapi aku tak mau bekerja di perusahaan apapun di Daejeon karena aku benar-benar ingin hidup jauh dari Eomma. Aku tak mau dia memperlakukanku terus seperti seorang anak kecil, seperti yang selalu dia lakukan.

Aku berjalan memasuki gedung dengan keyakinan penuh. Berusaha bersikap ramah, akupun tersenyum ke arah beberapa orang yang kebetulan bertemu mata denganku. Meja besar resepsionis ada di ujung ruangan dan seorang yeoja cantik memakai kemeja merah dengan sedikit renda berdiri di belakangnya. Aku bergegas menghampirinya dan segera mengatakan apa tujuanku datang ke perusahaan ini.

“Silahkan Anda menemui Kepala HRD, Shim Changmin di lantai 2 gedung. Beliau sudah menunggu kedatangan Anda, Choi Sooyoung-nim” kata yeoja itu sambil meletakkan teleponnya.

Aku menganggukkan kepala dan sempat melihat kartu nama yang dijepit di saku kemejanya. Nama yang tertulis adalah Victoria Song, dan pikiran pertama yang terlintas di otakku adalah dia tipe yeoja yang akan langsung meninggalkan kesan baik jika kau mengenalnya. Yeoja bernama Victoria itu mengalihkan perhatiannya dariku ke suara telepon yang berdering. Bekerja sebagai resepsionis memang sangat sibuk, kau harus bisa membagi waktu antara menjawab panggilan yang masuk dan orang-orang yang datang menghampiri meja. Meskipun yeoja yang berdiri di balik meja resepsionis bukan hanya Victoria, tapi aku melihat tiga yeoja yang lainnya pun sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

“Baiklah, Choi Sooyoung. Hadapi ini dan berusahalah agar kau diterima bekerja disini. Ini adalah kesempatanmu dan jangan pernah sekalipun kau menyia-nyiakannya!” Aku bergumam sendiri sambil melangkah menuju lift. Aku menghembuskan napas beberapa kali, lalu menekan tombol angka dua dan menunggu pintu lift terbuka.

“Letakkan itu dimejaku, Sekretaris Hwang. Aku akan pergi ke lantai dua terlebih dahulu” Aku mendengar seseorang berbicara di belakangku. “Dan aku mau secangkir kopi hangat juga ada disana saat aku kembali” tambahnya.

Refleks aku menolehkan kepala karena baru kali ini aku mendengar gaya berbicara seseorang yang terkesan menyuruh daripada meminta sesuatu. Seorang namja dengan setelan jas lengkap sedang berdiri memunggungiku dan ada namja lain yang sepertinya bernama Sekretaris Hwang, itu nama yang aku dengar tadi. Namja yang terkesan memerintah itu membalikkan badannya dan aku tak percaya, benar-benar tak percaya.. Dia adalah namja menyebalkan bernama Kyuhyun! Aigoo, kenapa bagiku rasanya Korea sesempit ini? Tak adakah tempat lain dimana aku tak bertemu dengan namja ini?

“Oh, jamkkaman-“

Aku segera membalikkan badan begitu pandangan Kyuhyun juga mengarah ke arahku. Saat itu aku berharap agar pintu lift segera membuka, jadi aku bisa bergegas masuk ke sana tanpa berbicara dengan Kyuhyun. Tapi sepertinya lift tidak berpihak padaku karena Kyuhyun sudah berdiri tepat disebelahku.

“Choi Sooyoung” katanya tanpa menatapku.

Aku diam saja.

“Apa kau mengikutiku dan menguping pembicaraanku?”

“Lucu sekali” sahutku dengan cepat. Aku menatapnya dengan masam.

Kyuhyun mendengus kecil. Saat itu pintu lift terbuka jadi aku tak sempat mendengar apa yang ingin Kyuhyun katakan padaku. Aku pun bergegas masuk ke dalam lift untuk menghindarinya, tapi ternyata Kyuhyun juga ikut masuk. Dia bahkan sengaja berdiri disampingku dan tidak menghiraukan tiga orang yang menyapanya dengan penuh kesopanan.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Kyuhyun sepelan mungkin. “Apa kau berencana untuk mengembalikan ponselku atau kau bahkan menjualnya mengingat ponsel itu sangat mahal”

“Oh, astaga-“ celetukku. Aku menatap galak ke arahnya, lalu menoleh sedikit ke belakang dimana tiga orang yang menayapa Kyuhyun itu berada. “Diam! Berpura-puralah kita tidak saling mengenal”

“Berpura-pura?” tanya Kyuhyun sambil tertawa. “Itu bukan sesuatu yang mudah aku lakukan karena kau bahkan sudah menghilangkan ponselku dua kali. Bagaimana aku bisa berpura-pura dalam hal ini?”

Aku kembali memilih untuk diam. Lalu tanpa berniat untuk menjawab perkataan Kyuhyun, aku langsung keluar dari lift begitu pintunya membuka. Langkahku lebar-lebar berjalan di sepanjang lorong saat mencari ruangan kepala HRD bernama Shim Changmin itu. Aku melewati ruangan staff, lalu pantry kecil, ruangan arsip, ruangan kosong yang hanya berisi meja dan kursi yang sepertinya untuk rapat dan akhirnya menemukan ruangan besar dua dari ujung lorong bertuliskan Human Resource Development (HRD) besar di pintunya. Tanpa ragu, aku mendorong pintu kacanya dan masuk ke sana.

Di dalam ada sekitar 6 meja yang berisi orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka menolehkan kepala sekilas ke arahku, tapi langsung menegakkan badan yang membuatku sedikit tersentak. Aku mengerutkan kening dan mengikuti arah pandangan staff yang paling dekat denganku. Seperti yang sudah aku duga sebelumnya, lagi-lagi ada Kyuhyun di belakangku. Namja itu hanya tersenyum mengejek kepadaku dan aku sempat berpikir dia sedikit menganggukkan kepalanya juga ke arahku.

Jogiyo-“ kataku pada staff yeoja yang paling dekat denganku. Yeoja itu mengalihkan pandangannya dari Kyuhyun padaku, “Aku ingin bertemu dengan Shim Changmin-nim

“Oh, ikuti saja lorong kecil disana-“ katanya sambil menunjuk ke lorong kecil yang ternyata menghubungkan ruangan lain. “Kau akan menemukan ruangan Shim Chojangnim. Itu satu-satunya ruangan disana” tambahnya.

Aku menganggukkan kepala, “Kamsahamnida” ucapku tersenyum sopan ke arahnya.

Lagi-lagi aku tak memedulikan Kyuhyun dan melangkah ke lorong yang ditunjukkan yeoja itu. Lorong itu tidak panjang, hanya sekitar 15 meter dari ruangan tadi dan memang terdapat satu-satunya ruangan disana. Aku berhenti tepat di depan pintu kecokelatan itu dan menarik napas panjang beberapa kali. Aku sempat menoleh ke belakang, memeriksa apakah Kyuhyun bahkan mengikutiku sampai sejauh ini. Aku bernapas lega karena tak ada siapapun disampingku. Lalu dengan sekali helaan napas lagi, aku mengetuk pintu cokelat itu dan menunggu.

Aku baru dipersilahkan masuk pada ketukan ketiga. Sambil memasang wajah ramah, akupun membuka pintu itu dan melangkah masuk. Ruangan kepala HRD ini tidak seluas ruangan sebelumnya. Mungkin karena hanya diisi oleh satu orang saja, jadi ruangannya sempit. Ada sebuah rak buku kaca di dekat pintu, sebuah sofa yang didorong ke arah dinding dan meja besar lengkap dengan peralatan kantor lainnya. Dua kursi ada di depan meja itu dan seorang namja yang sedang duduk di kursi yang lain di balik meja. Dia langsung menolehkan kepalanya begitu aku masuk.

Annyeonghaseyo-“ sapaku sambil membungkukkan badan.

“Oh, ne. Anjaseyo” katanya menujuk ke arah kursi di depannya. Namja bernama Shim Changmin itu tersenyum ramah sekali padaku, bahkan sedikit berlebihan menurutku mengingat ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Dia memakai setelan jas yang berwarna kecokelatan, tidak hitam seperti Kyuhyun dan itu membuatnya terlihat lebih muda. Aku menerka umurnya pasti tidak jauh berbeda denganku atau Kris, mungkin.

Aku duduk di kursi yang ditunjuk Changmin dan berusaha bersikap setenang mungkin karena aku memang tak mau menunjukkan kegugupanku. Kata Eomma, untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan besar seperti ini, kunci pertamanya adalah tenang karena terkadang mereka melihat seberapa tenang atau gugupnya kita di pertemuan pertama.

“Choi Sooyoung­-ssi. Aku benar bukan?” kata Changmin tanpa menatapku. Dia mengarahkan pandangannya ke arah kertas di tangannya yang sepertinya adalah CV yang aku kirimkan ke perusahaan ini beberapa waktu yang lalu. “Jadi, kau berasal dari Daejeon dan pernah bersekolah di KAIST”

Ne-“

“Belajar finansial di KAIST, eh?” celetuknya kemudian. Dia hanya sesekali melihatku, masih dengan senyum yang sama. “Itu tidak mudah untuk masuk ke KAIST dan nilai-nilaimu juga sangat memuaskan”

Ne, kamsahamnida

“Aku sudah membaca CV yang kau kirimkan kepada perusahaan-“ katanya sambil meletakkan kembali kertas CV-ku yang sedang dia pegang. “Kau diterima bekerja disini, Choi Sooyoung­-ssi

Ne?” celetukku terkejut. Aku tak mungkin salah mendengar apa yang kepala HRD ini katakan bukan? Dia bahkan belum melakukan interview padaku seperti yang dilakukan perusahaan-perusahaan lain yang juga pernah aku datangi. “S-saya diterima.. bekerja.. disini?” tanyaku tidak percaya.

Changmin menganggukkan kepala, lalu dia mengulurkan tangannya. Mau tak mau aku menyambut uluran tangan itu dan menjabat tangannya yang besar. “CV-mu cukup membuatku puas dan aku juga sudah memikirkan matang-matang tentang menerimamu bekerja disini. Tidak mudah mendapatkan lulusan KAIST untuk bekerja disini. Aku pun tak ingin membuang kesempatan itu” katanya.

Aku diam saja, tak tahu harus menjawab bagaimana. Aku terlalu bingung dan tak mengerti dengan apa yang terjadi kali ini. Kenapa rasanya begitu mudah untuk bisa bekerja di JinHan Group yang sebelumnya aku pikir akan sulit? Banyak orang yang bahkan mengorbankan banyak hal untuk bisa bekerja disini, tapi hanya karena CV-ku dan aku adalah lulusan KAIST, mereka menerimaku begitu saja tanpa melakukan interview terlebih dahulu? Oh, astaga! Tuhan benar-benar sangat baik padaku hari ini.

“Kau bisa mulai bekerja Senin depan” kata Changmin meyakinkanku bahwa aku memang benar-benar telah diterima bekerja disini. “Ini kehormatan bagi JinHan Group karena menerima lulusan KAIST”

Keningku berkerut mendengar perkataan Changmin itu, tapi aku menjawab “Ne, Shim Chojangnim. Ini juga suatu kehormatan bagi saya karena bekerja di JinHan Group” kataku masih merasa aneh dengan apa yang terjadi.

“Baiklah, pertemuan kita sudah selesai. Kau boleh keluar jika tak ada yang ingin kau bicarakan lagi denganku”

“Ah, ne-“

Aku beranjak dari tempat dudukku, lalu membungkukkan badan dan melangkah keluar dari ruangan Changmin. Setelah menutup pintu di belakangku, aku berpikir tentang keanehan yang aku terima ini. Aku memang senang karena pada akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang aku inginkan tapi tetap saja ada rasa ganjil melihat bagaimana cara mereka menerima orang bekerja disini. Perusahaan sebesar JinHan Group tak mungkin sembarangan memilih orang yang akan bekerja disini bukan?

Aku terus berjalan kembali ke lorong, lalu ke ruangan dengan banyak staff dengan pandangan kosong. Bahkan aku tak menghiraukan orang-orang yang sepertinya memandangiku yang mungkin saja terlihat aneh karena baru saja keluar dari ruangan Kepala mereka dengan ekspresi yang aneh. Aku keluar dari ruangan itu dan segera masuk ke dalam lift  yang saat itu membuka dengan bunyi gemerincing yang sama seperti lift pada umumnya. Tak ada orang lain di dalam lift selain aku dan itu benar-benar menguntungkanku karena aku bisa berpikir tentang kejanggalan ini.

“Apa mungkin mereka sedang mempermainkanku?” kataku pada diri sendiri. “Tapi JinHan Group tak mungkin mempermainkan seseorang dalam hal ini karena bisa merusak reputasinya. Aku rasa ini juga bukan bulan April, jadi tak ada April Mop. Apa aku bermimpi?” Aku mencubit lenganku sendiri dan rasa sakitnya langsung terasa. Bukan, ini jelas bukan mimpi. Oh, astaga.. ini benar-benar membuatku sakit kepala.

Aku keluar dari lift dengan langkah terburu-buru. Tanpa menoleh ke sekitar gedung, aku pergi untuk menemui Kris yang masih menungguku di kafe. Sebaiknya aku menceritakan ini pada Kris dan mungkin saja dia bisa memikirkan kemungkinan kejanggalan ini. Biasanya Kris lebih kritis pada hal-hal seperti ini karena dibidang itulah dia belajar. Ide-ide maupun saran-sarannya juga sering aku ikuti meskipun terkadang diselingi dengan candaan yang bagiku tidak perlu dia lakukan.

“Hei, bagaimana interview-nya?” tanya Kris begitu aku duduk di depannya. Meja pertama dari pintu, dia memilih tempat yang sangat mudah ditemukan. “Apakah berhasil? Kau membuat mereka semua terkesan dengan jawaban-jawabanmu?”

Aku duduk, tak menjawab apapun. Hanya menatap ke arah Kris dan membayangkan apa yang baru saja terjadi di ruangan HRD itu.

“Sooyoung-ah” Aku merasakan jemari Kris mengelus bahuku. Tangannya memang panjang, jadi dia bisa meraih bahuku bahkan ada meja yang menghalangi kami. “Gwenchana? Perusahaan itu tak menerimamu?”

Aku mengerjap, “Mwo?” tanyaku sadar dari pikiranku sendiri.

“Aku bertanya bagaimana interview-nya dan apakah kau berhasil diterima di JinHan atau mereka menolakmu?” ulang Kris terlihat menahan kesalnya.

Aku menundukkan kepala sesaat, memegangi pegangan tas tanganku. “Aku bahkan tak melakukan interview itu-“

“Kau tak melakukannya?” sahut Kris dengan cepat. Dia menjatuhkan tangannya ke atas meja dan mencodongkan tubuhnya sedikit ke arahku. “Bagaimana bisa kau tak melakukan interview padahal kau jelas-jelas dipanggil mereka untuk datang menemui bagian HRD disana?”

Seorang pelayan datang menghampiri meja, mengurungkan niatku untuk mulai bercerita pada Kris beberapa saat. Pelayan namja berwajah oriental itu memberikan menu-nya kepadaku. Tapi karena aku sedang tak berminat untuk makan, aku langsung memesan kopi saja, sama seperti pesanan Kris. Pelayan itu langsung mencatat dan pergi untuk mengambil pesananku.

“Apa yang terjadi kalau begitu?” Kris memulai kembali pembicaraan setelah pelayan itu meninggalkan meja kami. “Jika kau tak melakukan interview itu berarti mereka menolakmu bekerja disana. Aku benar kan?”

Aniyo, aku bahkan diterima bekerja di perusahaan itu tanpa melakukan interview” jawabku langsung tanpa berbasa-basi lagi. Aku menceritakan semua hal yang terjadi dari awal aku melangkah masuk ke gedung besar JinHan Group sampai aku keluar dari gedung itu. Tapi aku meninggalkan satu detail, yaitu pertemuanku dengan Kyuhyun. Aku merasa Kris tak perlu tahu tentang itu karena itu juga bukan pertemuan yang menyenangkan. Lagipula untuk apa menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan bagiku pada orang lain? Itu sama saja mengingat bahwa kejadian itu pernah terjadi dalam hidupku.

“Aku diterima karena aku adalah lulusan KAIST dan nilai-nilaiku memuaskan” kataku sebagai kalimat penutup ceritaku. “Bukankah itu terasa janggal, ganjil, aneh dan sebagainya itu? Mana ada sih perusahaan besar yang mau menerima orang bekerja disana hanya melihat dari latar belakang pendidikannya?”

Kris tidak langsung menjawabnya. Dia diam dan tangannya di silangkan di depan dadanya. Jari telunjuknya menekan-nekan dagunya, itu menandakan dia sedang berpikir keras tentang sesuatu. Aku sudah sangat hapal dengan apapun yang Kris lakukan, apapun yang Kris miliki, mengingat berapa lama kami bersama selama ini. Dia menatapku untuk beberapa saat, tapi kemudian beralih entah kemana. Pandangannya terus berubah-ubah, tapi aku tak begitu menghiraukannya.

“Memang ada yang aneh, tapi apa kau-“

Perkataan Kris terpotong oleh bunyi ponselku. Aku menatap Kris, meminta maaf padanya melalui pandanganku dan dia hanya mengangkat sebelah bahunya sebagai jawabannya. Tanganku mencari-cari ponsel di dalam tas, lalu menemukannya terselip di bawah dompetku. Tanpa ragu akupun mengeluarkannya dan menatap nama siapa yang tertera di layar ponselku.

Ahjumma?” tanya Kris ingin tahu.

Aku menggelengkan kepala, “Tak ada namanya, hanya nomor ponsel”

“Kalau begitu angkat saja. Siapa tahu itu sesuatu yang penting” jawab Kris sambil mengambil cangkir kopinya dan meminumnya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi, menatapku dari balik cangkirnya. “Jarang sekali kau menerima telepon tanpa nama beg-“

Aku tak mendengarkan kata terakhir yang Kris katakan karena teleponku sudah aku dekatkan dengan telingaku. Suara berat namja terdengar menyapaku, bukan suara yang akrab bagiku.

“Choi Sooyoung-ssi? Aku Shim Chojangnim-“

Aku tersentak kaget dan hampir melemparkan ponselku saking kagetnya. Aku menjauhkan ponselku dari telinga untuk beberapa saat dan mengerjapkan mataku beberapa kali. Shim Chojangnim? Itu Kepala HRD yang baru saja menerimaku bekerja di JinHan Group bukan? Kenapa dia menerimaku? Mungkinkah dia mengabarkan jika ternyata aku tak diterima di JinHan Group dan tadi itu hanyalah kesalahan? Dengan ragu dan sedikit takut, aku kembali mendekatkannya ke telinga.

Ne, Chojangnim. Waegeuraeseyo?” tanyaku menghindari tatapan Kris.

“Apa kau sudah meninggalkan gedung JinHan Group?” Changmin bertanya yang membuatku kembali mengerutkan kening. Entah kenapa aku benar-benar merasa jika Kepala HRD itu bertingkah aneh, bahkan dari awal aku masuk ke ruangannya.

“Aniyo. Aku masih di sekitar JinHan Group-“

Dahaengida. Kalau begitu kembalilah ke kantor, Kwajangnim ingin bertemu denganmu untuk membicarakan masalah gaji” katanya terdengar sangat senang mengetahui aku masih berada di sekitar JinHan Group. “Bisakah kau kembali ke JinHan Group dan langsung naik ke lantai 5 untuk menemui Kwajangnim?”

Ne?”

“Datanglah secepat yang kau bisa-” Changmin tak menghiraukan keterkejutanku. “Kwajangnim tak akan senang jika dibuat menunggu bahkan sebelum kau mulai bekerja disini” katanya lagi langsung menutup sambungan telepon.

Aku panik, lalu bergegas memasukkan kembali ponselku ke dalam tas. Nada bicara Changmin tentang Kwanjangnim terdengar sangat tegas, sangat berbeda dengan nada bicaranya saat bertemu denganku tadi. Mungkin saja Kwajangnim JinHan Group bukan seseorang yang menyenangkan dan ramah seperti Changmin. Selain itu, aku juga tak mau membuat kesalahan sekecil apapun saat aku bahkan belum mulai bekerja disana, seperti yang Changmin katakan.

“Aku akan segera kembali-“ seruku pada Kris sebelum dia mengatakan apa-apa.

Setengah berlari aku kembali ke gedung JinHan Group. Untungnya, kafe itu benar-benar tak jauh dari gedung JinHan Group jadi hanya dalam waktu 15 menit saja aku sudah di dalam lift sambil merapikan pakaianku yang sedikit berantakan karena berlari-lari sepanjang jalan tadi. Aku sedikit terjepit di sudut lift karena banyaknya orang yang masuk di lantai 3. Tapi kemudian banyak dari mereka yang keluar di lantai 4, membuat lift lebih longgar. Aku kembali merapikan pakaianku sebelum lift berhenti di lantai 5 dan melangkah keluar dari sana.

Di lantai 5 itu tidak banyak ruangan seperti lantai 2. Dengan cepat aku bisa menemukan ruangan Kwajangnim di ujung lorong. Pintu ruangan itu tidak kecokelatan, tapi terbuat dari kaca. Aku mengetuk sekali dan suara berat namja terdengar, memintaku untuk masuk ke dalam ruangan. Aku memastikan diriku benar-benar rapi sekali lagi, lalu mendorong pintu kacanya dengan perlahan. Seperti sudah menjadi kebiasaanku, pandanganku langsung tertuju pada seluruh isi ruangan. Tidak banyak barang yang terdapat di ruangan ini, jadi terkesan lebih luas daripada ruangan Changmin. Rak buku, sofa, meja diletakkan diposisi yang berbeda seperti ruangan Changmin di lantai 2. Lalu ada lemari es kecil di sudut ruangan dengan meja kecil di sebelahnya.

Meja kayu besar yang bagus terdapat di tengah-tengah ruangan dengan setumpuk buku dan sebuah laptop di atasnya. Di balik meja itu duduk seorang namja atau mungkin juga yeoja yang memunggungiku. Aku hanya bisa melihat kepalanya yang berambut hitam sedikit ikal. Di samping namja atau yeoja itu berdiri Shim Changmin yang tersenyum ke arahku. Aku membalas senyuman itu sambil membungkukkan badan sedikit.

Annyeonghaseyo-“ ucapku.

Lalu kursi dibalik meja itu berputar dengan perlahan dan mataku membesar dengan sendirinya begitu tahu siapa yang sedang duduk di kursi itu.

Dia adalah Kyuhyun!

-TBC-

 

Eotte? Kyuyoung moment nya masih sedikit kan? Kalian udah bisa nebak gimana cerita FF ini? ^^ Aku harap belum karena ini baru cerita awal aja, hehe.

Well, Jangan lupa komentarnya knightdeul ^^

Gomawo buat readers yang udah mau baca dan komentar di FF ini..

Kritik-sarannya juga boleh buat next chap-nya..

Gomawo #bow

Author:

just an ordinary girl in a ordinary life

97 thoughts on “[SERIES] Stuck In Love -1-

  1. Aigoo !!! Dimana ada soo eonni disitu pasti ada kyu oppa … Mereka sering ketemu di tempat yg tak terduga, kekeke …

  2. aku masih agak kurang paham,jelas sih tapi penggunaan kata”nya yg aku kurang paham atau emang aku yg bodoh yaaa heheheh
    lanjut ^^

  3. wah menarik..
    soo eon kaget bgt stelah melihat kyuhyun d meja kwajangnim?
    keluarga soo eon masih tanda tnya y?

  4. Aigoo.. Aku suka jalan ceritanya. Pas dan ga keburu2>< bahasanya dalam penulisannya juga bagus! Kkk aigooo kyuhyun sama syoo satu perusahaan nih asikasik/? xD

  5. Nah lho sooyoung akhirnya tahu kalo kyu itu kwajangnimnya.. Kekeke~
    udah jelas, soo di terima karna kyu 😀
    oh ya kris suka sama soo? Dan kyu juga mulai tertarik sama soo..
    Wah.. Seru! Kyu dan Kris bkal bersaing buat soo, nih.
    Kyu fighting! 😀

  6. akhirnya kau dtang lg bwa kyuyoung chingu…hhe
    tak sabar nu next part’a..
    Hwaiting!!!!
    ╭(′▽‵)╭(′▽‵)╭(′▽‵)╯ GO!

  7. Aku masih penasaran sama latar belakng kluarga appa.y soo eon…. Omoo next thor jangan lama2 ne.. 🙂

  8. Wahh , kok soo eonn bs langsung diterima tanpa interview ??
    Apa karna kyuppa ? O.o
    Next perbanyak kyuyoung moment yaa thor 😀

  9. Crta yg menarik. . .
    Tpi msh belum paham, , , soo eon bsa msuk k jinhan group apa it rencana kyu. . .
    Wah next2 d tnggk

  10. fix beneran msh bingung bgt sama part ini. mgkn emg hrs baca part 2 buat lbh paham. publish secepatnya ya~

  11. first, I am wanna say hello to all of author,admin n reader of KSI. hope u so well guys,, ka @soocyoung annyeong, ap kbar? pasca hiatus BTMIY, finally publish arya baru lg. as always eyd n pnulisan rapi, saya sdh ckup hapal gaya nulos khas ala kamu. mskipun baru awal intrik n crta sdh sgt mnarik n terasa, smga g monoton n bs brkmbng. sukses slalu

  12. Sebenernya kyuhyun siapa sooyoung siapa belum terlalu jelas thor. Kris suka sama sooyoung? Next chapter ditunggu ya thor, chapter pembukanya udah kerenn kok

  13. Wahhh… keren bangett eonni ff mu ^^
    Msh penasaran sm yg datang ke rumah Soo

    Next partnya ditunggu eonni ^^

  14. Wuah kayaknya Kyu ada pengaruh nih di balik diterima nya Soo kerja
    Aduh Soo ga peka
    Kris nyatain cinta sama dia
    Tapi dia ga tau -.-
    Kyu aja ngerti
    Siapa sih appa kandung Soo?
    Next part ditunggu chingu 🙂

  15. Sooeon kyk.a jodoh ni ama kyuppa
    Syapa tuh yg dtng nemuin eomma soo?
    Sookris trlalu dkt ya..
    Next.a di tunggu..

  16. Aku emang nunggu banget karya eonni selanjutnya aku tiap hari ngecek berharap ff baru dari mu di publish dan senangnya akhirnya ^^
    Ceritanya emang belom tau mau kemana arahnya tapi imajinasi saya udah liar menebak nebak hehe, lanjutkan yah 🙂

  17. kayak nya nih ff seru deh, kesan pertama kyu ngeliat soo aja udh kepincut. ahhh suka dehh ff nya dtunggu kelanjutan nya!

  18. jadi sooyoung gatau siapa ayah nya 😮
    jangan2 kris sebenernya suka sooyoung :p
    aneh banget ya bisa gampang gitu deterima kerja, pasti ada apa2nya nih

  19. Wahhhh…daebbakkk chingu….panjang bgt jd puas bcanya….hehehehehe,dtggu nextnya chingu..jgn lupa bnyakin kyuyoung momentnya,,,

  20. soo diterima karna kyu? atau karna ada alasan lain atau apa??? sebenernya eommanya soo itu ketemu siapa waktu itu??? jangan2 latar belakang soo itu org kaya??? huwaaa aku penasaran sama lanjutannya! ditunggu thor ^^

  21. Wahh..byk sookris momentnya..
    😀
    kris kyanya suka dech ma soo eonni..
    Itu gmn nasib soo eonni ketemu kyu lagi..kkee~
    keren!!
    Suka bgt critanya…
    D tunggu ne next partnya..

  22. kris baik bangeeeett uaaaaxD daebaaak thorr.. misterinya msh banyak yg blm terpecahkan/? daebaaaakk asaap ya thoorr kkkk daebak uoo><

  23. Hmm.. itu soo eon diterima langsung karna kyu oppa ya? Latar belakang soo eon seperti ap? Next ya

  24. tambah penasaran…apalagi yg waktu eomma’a soo eonni nelpon yg nyuruh soo jngan pulang dulu…

  25. kayanya kyuhyun ngalamin cinta pada pandangan pertama xD
    next capt nya banyakin kyuyoung moment nya ya thor 😀

  26. Wahhh seruu lanjutt thor.. ngakak deh klu ngbyngin ekspresi soo pas liat klu kyu kwangjanimnya… haha llanjutlanjutt

  27. asiikk…
    ff bruu…
    berhububg author nya salah satu fav saya, otomatis musti ngikutin ni ff hehehe…
    d tunggu part selanjutnya…

  28. kyuhyun suka berbuat seenaknya saja,,, soo selalu mendapat kejutan yg tak terduga oleh kyu… ditunggu ff lainnya

  29. daebak aku paling suka ma ff kyuyoung kalo jyu’a duluan yg ngejar2 soo…omo semoga soo dijadiin sekretaris pribadi’a kyu hehehehe….kris kau sangat gentle selalu menjaga dan nggak ngebiarin soo sendiri…cepat dilanjut chingu

  30. Kayaknya ada yg aneh sama latar belakang keluarganya sooyoung unnie.. Duh kyuhyun oppa gampang bgt gontaganti hp

  31. Apa Soo ditrima krn Kyu? .jadi Soo gak tw siapa ayahnya? Bneren panjang ffnya suka,daebak!! Lanjut lanjut

  32. Ahh ga sabar nunggu reaksi soo saat tau itu kyu,, pasti bakal heboh bgt,, ahh klo bisa nanti cerita nya jadi komedi romantis aj,, yg happy ending,, ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ “̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ “̮

GO AWAY SIDERS! You have to leave comment here...