Clouds and Suns [Part 7]

Title                       : Clouds and Suns [Part 7]

Main Cast            : Cho kyuHyun and Choi Sooyoung

Length                  : Series

Genre                   : Romance, Sad

Pster                     : MayangAeni

Disclaimer          : This ff is insipired by a few parts of novel that I’ve ever read

_____

Please, help me

_____

 

Banyak hal yang telah dipertimbangkan oleh Choi Sooyoung dalam menerima lamaran Cho Kyuhyun. Tidak hanya rasa penasarannya dalam menguak misteri kematian ayahnya, ia juga merasakan sedikit rasa yang berlebih pada pria kesepian itu.

Tuhan, dia benar-benar malang dan rapuh. Semua hal yang telah ia lalui begitu kasar dan keras untuk anak seusianya dulu. Ia hidup dengan bekal penderitaan; tidak memiliki keluarga dan terlontang-lantung dijalanan sendirian.

Sooyoung tahu, ia masih harus bersyukur untuk hidupnya. Walaupun dilahirkan tanpa pernah melihat wajah Ibunya, ia masih beruntung karena memiliki ayah yang sangat menyayanginya. Tidak membiarkan ia merasa kesepian, bahkan selalu memberi kemudahan dalam hidupnya. Bahkan Sooyoung sempat berfikir, Kyuhyun yang membawanya masuk ke dalam kediamannya merupakan salah satu kemudahan yang juga ayahnya titipkan sebelum beliau meninggal dunia.

“Kau sudah bangun?”

Lamunan wanita itu buyar saat suara familiar itu datang memanggilnya. Sooyoung tidak menoleh, matanya tetap menatap pada hamparan halaman hijau di depan kamarnya. Ia rasakan pelukan hangat dan sebuah ciuman lembut menghampirinya, dan itu adalah ulah pria yang baru saja menjadi objek pikirannya.

“Ada apa?” Tanyanya. Sooyoung tersenyum sembari menepuk lembut lengan kekar yang tengah mengungkungnya dengan hangat itu. “Hanya memikirkan tentang rencana pernikahan.” Wanita itu balik membalas. Menghasilkan segurat senyuman dari Kyuhyun, si pria kesepian.

“Tidak perlu kau fikirkan, aku sudah menyiapkan semuanya. Kita tidak ada waktu untuk memikirkan apapun. Cukup kau sehat dan siap menjadi pengantinku.” Ucap pria ini dan diakhiri dengan kecupan lembut dibahu terbuka Sooyoung. Wanita itu mendelik menatap Kyuhyun. Ia gelengkan kepalanya lemah tanda tidak setuju.

“Aku ingin ini merupakan pernikahanku yang pertama dan terakhir. Izinkan aku untuk mengatur semuanya. Tak apa jika lama, yang terpenting kepuasanku.” Balasnya dan membuahkan tatapan lurus ala Cho Kyuhyun untuk wanita itu.

“Kau bisa kelelahan.”

“Aku tidak peduli.”

“Ku mohon, mengertilah. . “

“Aku ingin mengatur semuanya, jangan larang apapun yang aku suka!”

Tak terdengar suara lagi saat Sooyoung berteriak. Tuhan, Kyuhyun benar-benar akan menghabisi semua bodyguardnya jika wanita ini memutuskan untuk kembali lagi menjadi singa betina.

“Arra, kau boleh mengatur semuanya, tapi ijinkan aku untuk menggunakan jasa wedding organizer. Kau akan kelelahan dan mereka yang akan mengurusi sisanya.” Putus Kyuhyun pada akhirnya. Namun itu membuahkan hasil yang sia-sia, karena Sooyoung lagi-lagi menggeleng. “Kita atur pernikahan ini berdua atau tidak ada pernikahan sama sekali!”

.

.

.

.

Dan kemenangan berhasil diraih pihak Sooyoung.

_____

Setelah berdebat cukup serius selama beberapa menit sebelumnya, kedua sejoli ini kembali bergerumul di atas ranjang. Padahal, kedatangan Kyuhyun ke kamar guna memanggil Sooyoung (calon pengantinnya) itu untuk turun dan menghabiskan sarapan bersama.

“Kita harus sarapan.” Ucap Sooyoung lemah dikarenakan sisa-sisa orgasme nya yang dahsyat. Kyuhyun menggeleng dan membawa kembali wanita itu dalam pelukannya. Mengusap pinggang ramping milik Sooyoung. Sedikit merasa bersalah, Kyuhyun menatap wanita itu dengan pandangan pilu.

“Ada apa?” Sooyoung menangkap pandangan itu dan mulai bertanya. Pria itu menggeleng lemah dan menyudahi semua dengan mata yang ia pejamkan, mencoba untuk beristirahat.

“Pak Cho, ada apa?” Tak terima dengan cara Kyuhyun, Sooyoung kembali bertanya. Kali ini ia tangkup pipi pria itu dan memaksanya untuk membuka mata. Kyuhyun mengalah, sekali lagi tatapan pilu ia berikan untuk Sooyoung.

“Kau. . . pasti sangat menderita saat tinggal bersamaku.” Lirih Kyuhyun sedih. Ia kembali mengusap pinggang dan punggung telanjang wanita itu dan menatap sedih. “Kau begitu kurus dan muram. Tidak seperti Sekretaris Choi Jungnam yang ku kenal dulu; enerjik dan penuh senyum.” Ucap Kyuhyun lagi. Ia memang tipe pria pemikir. Tidak peduli apapun yang terjadi, semua yang berkaitan dengan wanita ini adalah tanggung jawabnya.

Sooyoung tertegun, Kyuhyun kembali memperlihatkan mood switching dirinya. Membuat wanita ini terbengong-bengong. “Apa kau ingin kejujuran?” Tanya Sooyoung. Ia ingin sekali memancing emosi pria ini, karena Kyuhyun tak pernah memperlihatkan emosi yang berbeda. Ia hanya tahu gusar, datar, dan marah. Sangat langka melihat pria ini bertingkah romantis dan girang layaknya pria dewasa.

Kyuhyun mengangguk, jauh dari lubuk hatinya yang terdalam ia telah membangun pondasi untuk mendengarkan semua kejujuran perasaan Sooyoung padanya, karena yang ia tahu; segala sumber penderitaan wanita itu berasal dari dirinya.

“Aku benar-benar suka padamu saat pertama kali kita bertemu. Kau kuat, kau tangguh dan juga pintar bernegosiasi. Kau benar-benar menampilkan sisi jantan seorang pria, dan aku tersanjung.” Sooyoung memutuskan untuk memulai semua dengan kejujuran. Ia tak ingin berpura-pura dihadapan Kyuhyun karena yang ia inginkan sebaliknya dari pria ini; kejujurannya.

“Kau membaur bersamaku, ramah dan protektif. Aku melihat semua kriteria calon pendamping dari dirimu.” Tambah Sooyoung dan itu berhasil menyunggingkan senyum tipis ala pria ini.

“Saat kau membawaku untuk bergabung dengan perusahaanmu, aku mulai merasakan sedikit hasrat untuk membuka diri padamu. Aku tak biasa berdekatan dengan pria, kau tahu ayahku seperti apa.” Dan lagi-lagi pria ini tersenyum, kali ini ia menampakkan gigi putihnya. Membuat Sooyoung geli dan mencubit pelan siku pria ini.

“Ayah selalu mengingatkanku bahwa kau hanya sebatas rekan kerja, tidak lebih. Ayah juga bilang bahwa kau tidak butuh wanita sepertiku. Kau kaya dan tampan, sementara ayah berhutang banyak padamu. Ayah selalu berusaha untuk membangun pagar diantara kita. Kau tahu? Aku tak cukup pantas bagimu.” Lirih Sooyong dan kali ini Kyuhyun diam membisu. Dia tak tersenyum ataupun menaikan alis-reaksi disaat ia bingung.

“Aku mencoba untuk bersikap yang seharusnya denganmu. Untuk itu aku merubah sikapku; tidak ramah, kaku dan juga sedikit kasar padamu. Aku tahu, harusnya seperti itulah aku.”

“Tapi kau tetap seperti dirimu. Kau baik, tidak berpura-pura dan kau selalu menerima ku, walaupun aku begitu jahat padamu.” Sooyoung berhenti sejenak untuk mengambil napas. Matanya terpejam guna mengontrol emosi, ia akan melanjutkan kebagian klimaks dari cerita ini.

“Setelah semua hal yang kita lalui dan berujung di pesta malam itu. Aku merasa terkejut dan benar-benar marah pada diriku sendiri. Kupikir kau menyekap dan mengurungku di kamar putih karena kau ingin membalaskan dendam atas sikapku yang tidak baik padamu. Aku berteriak, meminta maaf dan memohon untuk dilepaskan. Semua penyesalan bertumpuk di dadaku malam itu. Aku menyesal dengan semua yang telah kulakukan padamu, aku menyesal tidak mendengar ucapan ayahku dan aku menyesal telah berkenalan denganmu.”

Kyuhyun memejamkan matanya saat puncak dari cerita Sooyoung mengenai batinnya. Ia lepaskan pelukannya terhadap wanita itu dan memijit keningnya.

“Aku takut, aku marah dan aku merasa bahwa aku diambang menuju kegilaan, dan itu terjadi tepat kau datang keesokan paginya dan melempariku dengan koran yang berisi berita mengenai kematian ayah.” Kali ini air mata mengalir dengan sendirinya dari mata Sooyoung, akan tetapi ia masih menatap pria itu dengan pandangan kejujuran miliknya.

“Berulang kali aku berteriak, menyerukan kata bahwa aku membencimu. Aku benar-benar membencimu saat itu. Aku tidak makan, tidak minum karena aku ingin mati dan segera menyusul ayah.” Lanjut Sooyoung dan seketika gadis ini terisak mengingat kejadian itu. Ia bekap mulutnya guna menahan suara isakan tangis miliknya.

“Aku selalu mencoba untuk membuatmu marah, kesal bahkan benci kepadaku. Kupikir kau akan membunuhku saat itu juga, namun kau selalu berubah disaat aku diambang kematian.”

“Kau memukulku, menendang, bahkan melakukan kekerasan seksual padaku. Itu benar-benar hal yang menyakitkan yang pernah kuterima seumur hidupku.” Kata-kata itu akhirnya keluar. Kata pamungkas peremuk perasaan Cho Kyuhyun-Sooyoung telah hancur karena dirinya.

“Aku benar-benar marah disaat kau memanfaatkan rasa rinduku pada ayah. Kau memaksaku untuk berhubungan badan denganmu dan sebagai imbalannya aku kau bawa ke makam ayahku.” Tambah Sooyoung lagi dan itu semakin membuat pondasi yang dibangun pria itu hancur.

“Diam.”

Sooyoung terkejut disaat suara dingin Kyuhyun menghentikan ceritanya. Ia menatap pria itu dengan pandangan sedih, lagi-lagi Kyuhyun memutuskan untuk lari dari kenyataan.

“Aku tidak tahu harus bagaimana agar bisa lepas darimu. Jika bukan kau yang melepaskanku, maka jalan satu-satunya adalah aku yang melepaskan hidupku dari dunia,-“

“AKU BILANG DIAM!” Kyuhyun membuka matanya dan bangkit dengan kemarahan. Wajahnya menegang dan tangannya terkepal kuat.

“Kau bersedia untuk menerima kejujuranku dan sekarang kau balik mengingkari.” Sooyoung memberanikan diri untuk melawan. Kyuhyun harus bisa dilawan untuk dapat membuatnya sadar.

“DIAM KATAKU!” Sekali lagi pria itu berteriak di depan wajah Sooyoung. Membuat air mata kembali deras menuruni pipinya.

“Bagaimana mungkin kita menikah jika masih ada ruang kosong dalam hubungan kita?” Sooyoung terisak. Inilah yang sebenarnya yang ingin ia ungkapkan pada Kyuhyun. “Kau masih penuh dengan misteri dan aku masih belum membuka semua perasaanku padamu. Kini disaat kita mulai mencoba, kau lari. Apa kau akan terus begitu hingga kita menikah?” Sooyoung mulai menaikkan nada suaranya. Ia sendiri bingung, setiap suasana baik yang telah tercipta, akan berubah seketika beriringan dengan pergantian emosi Kyuhyun.

“Kau labil Pak Cho dan aku tidak mungkin bisa menggantungkan semua hidupku dan pernikahanku dengan semua kelabilanmu itu.”

“Kau terlalu takut membuka mata. Kau masih belum menerima semua hal yang telah terjadi akibat ulahmu!” Sekali lagi Sooyoung bersuara dan kali ini dengan teriakan. Akan tetapi, secara tiba-tiba mata wanita itu membulat saat ia melihat Kyuhyun yang akan mengangkat tangannya. Dengan sigap wanita itu melindungi kepalanya dan menunduk.

“Berani kau memukulku, maka tidak akan ada pernikahan diantara kita.” Ucap Sooyoung masih dengan posisi melindungi diri.

Kyuhyun mengerjap kaget dan menatap tangannya yang sudah terkepal kuat diatas kepalanya. Ia menutup mata dan menghempaskan tangannya kuat pada ranjang. Apa yang sudah ia lakukan? Lagi-lagi ia lepas kendali pada wanita ini.

Sooyoung yang merasa sudah aman kembali membuka pertahanannya dan balik menatap pria itu. Lagi-lagi Kyuhyun berganti emosi.

“Pak Cho?” Panggil Sooyoung. Pria itu membuka matanya dan menatap Sooyoung dengan wajah letih. “Kemarilah.” Ucap Sooyoung lagi dan merengkuh pria itu ke dalam pelukannya. Dia benar-benar butuh untuk didisiplinkan dengan cara yang berbeda. Kyuhyun benar-benar sudah bukan manusia lagi. Ia sudah rusak dengan segala emosi yang tertanam di dirinya.

_____

Tiga Hari Kemudian

.

.

.

.

Siang ini Kyuhyun telah berangkat ke Macau. Perjalanan bisnis yang telah ia setujui untuk dijalankan memaksanya agar segera menuju kota itu. Sebenarnya, keberangkatan Kyuhyun ke Macau juga sempat diwarnai bumbu-bumbu pertengkaran. Ia memaksa Sooyoung untuk ikut karena takut kejadian sebelumnya terulang lagi. Membuat Sooyoung marah besar dan mengurung diri di kamar seharian.

Kyuhyun kini merasa gusar karena mengingat emosi Sooyoung yang berubah drastis akhir-akhir ini. Ia telah diperingati oleh Lim untuk mengecek kesehatan wanita itu. Lim sempat mengutarakan ketakutannya ketika mengetahui bahwa kedua sejoli ini berhubungan tanpa menggunakan pil kontrasepsi apalagi kondom.

Sekali lagi ia menutup matanya rapat. Astaga, ia masih belum siap menerima kehadiran seorang bayi. Sooyoung hanya untuk dirinya, dia tidak ingin perhatian wanitanya terbagi karena makhluk kecil yang dipanggil bayi.

“Tuan?” Taewoo menghentikan lamunan Kyuhyun secara tiba-tiba. Ia menengadah menatap Taewoo karena saat ini posisinya sedang duduk dan Taewoo tengah berdiri menatapnya.

“Ada apa?”

Taewoo segera memberikan sebuah cellphone pada Kyuhyun dan meninggalkan tuannya itu untuk menerima panggilan pribadi tersebut.

“Ya?” Sapa Kyuhyun. Ia tersenyum ketika melihat pada layar dan mendapati panggilan telefon dari wanita yang baru saja ia fikirkan.

“Aku ingin keluar, aku bosan.” Sooyoung (Si penelpon) segera menyampaikan maksud dan tujuannya menelpon dan seketika membuat rahang Kyuhyun mengeras.

“Tidak.” Ucapnya tegas dan itu membuat teriakan di seberang sana. Sooyoung mulai mengoceh dan menyampaikan kekesalannya dengan kata-kata maha panjang yang selalu Kyuhyun dengar.

“Aku ingin pergi, jika kau tidak izinkan maka terimalah surat kabar bahwa Choi Sooyoung mati bunuh diri di kediaman taipan muda Cho Kyuhyun.”

BANG!

Sooyoung kembali menguji kesabaran Kyuhyun dengan ancaman bunuh diri. Wanita ini seolah mengerti dan sangat tahu bagaimana meruntuhkan pertahanan Cho Kyuhyun.

Kyuhyun menutup matanya dengan tangan mengepal. Ia harus bersabar mengadapi Sooyoung. Jika tidak, bisa-bisa ia nanti kecolongan seperti kejadian beberapa bulan yang lalu.

“Arra, kau boleh pergi, akan tetapi kau tidak boleh pergi,-“

“Aku mengerti, ada beberapa orang bodyguard dan sopir cadangan yang telah kau persiapkan di depan pintu kamarku!” Potong Sooyoung dan membuat Kyuhyun sedikit tersenyum.

“Ralat sayang, kamar kita.” Tambah Kyuhyun. Ia yakin bahwa wanita itu kini tengah tersenyum disebrang telfon sana.

“Bertanya tentang acara jalan-jalanmu, kau hendak kemana hmm?” Tanya Kyuhyun lagi. Ia butuh kepastian kemana wanita ini pergi. Walaupun ia tahu sesungguhnya itu hal yang sangat percuma dilakukan. Bahkan jika ia mau, bisa saja ia menyuruh orang untuk menampilkan rekaman kegiatan Sooyoung selama seharian, dalam kamar mandi sekalipun, pria ini bisa.

Kyuhyun mendengar wanita itu berdeham sebentar sebelum memutuskan untuk menjawab pertanyaannya. “Aku berjanji untuk bertemu dengan Nara.” Sooyoung menjawab pertanyaan Kyuhyun dengan nada ragu-ragu. Alis Kyuhyun bertautan. Ia bingung dengan pertemuan kedua wanita itu yang secara tiba-tiba.

“Kapan kau berjanji dengannya?” Tanya Kyuhyun lagi. Ia mulai curiga dengan pertemuan mereka. Terakhir Sooyoung menemui Nara, wanita itu kabur dari rumahnya. Dan itu bertepatan dengan perjalanan bisnis Kyuhyun ke Singapura.

“Kami memiliki tradisi untuk berkumpul setiap minggu kedua musim panas. Dan ini merupakan minggu ke dua musim panas.” Ucap Sooyoung memberi penjelasan.

“Aku, Nara dan beberapa teman saat kami disekolah menengah akhir selalu berkumpul pada hari ini Kyuhyun-ah. Jadi tolong izinkan aku pergi. Mereka akan curiga jika mendapati aku yang tidak ikut acar ini. Nara tidak mungkin membocorkan semuanya.” Ucap Sooyoung lagi dan berakhirlah rasa curgia Kyuhyun.

“Arra, kau kuizinkan.” Putus Kyuhyun dan meledaklah tawa kegirangan Choi Sooyoung diujung sana.

_____

 

“Jadi bagaimana?”

Oke, pertanyaan ini dimulai oleh Sooyoung saat semua temannya telah berkumpul di tempat yang telah mereka janjikan. Sebenarnya, hari ini bukanlah acara reunian. Hari ini adalah hari dimana Sooyoung menagih semua informasi yang ia minta dari Nara untuk wanita itu persiapkan. Ya, saat Sooyoung mendatangi rumah wanita itu, ia juga memintai pertolongan.

Flashback

“Aku mohon tolong aku. . .” Sooyoung berkata lirih pada Nara. Wajahnya sudah mengiba untuk dikasihani. Ia yakin, cepat atau lambat Kyuhyun akan berhasil menemuinya.

“A-apa yang bisa ku bantu Sooyoung-ah.” Tanya Nara. Ia memeluk temannya itu dengan sayang. Begitu terasa di dadanya bagaimana temannya ini menderita.

“Kyuhyun pasti akan menjemputku nanti. Aku tidak bisa lari darinya Nara-ya. Untuk itu kumohon, saat aku berhasil dibawa pergi bantu aku untuk menyelidiki tentang kematian ayahku. Aku merasa bahwa semua ada sangkut-pautnya dengan Kyuhyun. Aku merasa Kyuhyun dalang dibalik semua itu.”

“A-apa? Eo-eotthokaji?” Nara terkejut dan tak sanggup berbicara. Bagaimana mungkin Sooyoung bisa hidup bersama pembunuh ayahnya sendiri?

“Tolong aku. Hubungi detektif Yoo. Dia adalah kenalan ayah. Aku yakin ia juga tengah menyelidiki kematian ayah saat ini. Kau bisa meminta bantuannya dan berikan ini padanya.” Sooyoung menyerahkan sebuah amplop yang berada pada tas tangan miliknya.

“Itu berisi saham detektif Yoo yang pernah ia gadaikan pada ayah. Anggap itu sebagai imbalannya.” Ucap Sooyoung.

Flashback end

Dan hari ini adalah hari itu. Tuan Yoo datang dengan beberapa berkas dan juga barang bukti yang telah ia dapatkan melalui hasil penyelidikannya.

“Ini adalah foto dari TKP sehari setelah ayah anda ditemukan.” Ucap Tuan Yoo. Foto itu memperlihatkan bagaimana bentuk dari kendaraan yang digunakan oleh Tuan Choi Jungnam; hancur dan begitu mengerikan.

“Dan ini adalah fakta mengejutkan yang kudapatkan saat aku ikut serta dalam penyelidikan kasus kematian ayah anda. Kami dan beberapa ahli tim forensik menemukan kejanggalan dalam kasus tersebut. Tuan Choi Jungnam ditemukan tewas karena benturan hasil kecelakaan. Ia tidak menggunakan seatbelt bahkan ditemukan dalam keadaan terlilit tali.” Terang tuan Yoo. Sooyoung membelalak, tak ia kira akan seperti itu kronologis kematian ayahnya.

“Polisi telah berhasil menemukan beberapa bukti. Kuat dugaan, ini merupakan pembunuhan berencana. Akan tetapi Tuan Cho memutuskan untuk menutup kasus itu mengingat kondisi kesehatan anda yang tidak stabil.” Lanjut Tuan Yoo. Sooyoung kembali teringat kejadian waktu itu. Ia memang sangat tidak stabil dan sering tak sadarkan diri kala mendengar berita mengenai ayahnya.

“Dan ini saham perusahaan Choi.” Lanjut Tuan Yoo. Ia menyerahkan beberapa dokumen kepada Sooyoung dan wanita itu langsung meneliti.

Ada tiga buah dokumen yang ia pegang dan itu merupakan dokumen kerjasama antara perusahaannya dengan perusahaan Kyuhyun. Ia membaca dengan teliti dan sekali lagi ia terkejut.

“Tuan Cho tidak menerima sepersenpun angsuran pinjaman hutang dari ayah anda, bahkan ia membalikkan saham perusahaan yang telah digadaikan Tuan Choi kepadanya atas nama Anda. Jadi semua saham Tuan Cho di perusahaan anda murni milik anda pribadi.” Terang tuan Yoo sekali lagi.

Sooyoung tercengang dengan semua fakta yang ia dapatkan. Ayahnya yang meninggal karena pembunuhan berencana dan semua saham yang telah digadaikan murni miliknya. Apa maksud dari semua ini?

“A-aku tidak mengerti.” Sooyoung akhirnya bersuara. Setelah lama terdiam dengan bukti mengejutkan yang ia dapati.

“Kau ingin aku meneruskan ini?” Tanya Tuan Yoo dan wanita itu mengangguk.

“Polisi mengangsumsikan bahwa Tuan Cho ada hubungannya dengan semua hal yang terjadi dengan Tuan Choi Jungnam dan juga Choi company,-“

Bagaikan tersambar petir, Sooyoung diam membatu seketika. Astaga, apa yang telah terjadi?

“Choi Jungnam terlihat dibawa paksa memasuki mobil miliknya oleh beberapa orang dari pesta Tuan Cho malam itu. Kuat dugaan beberapa orang itu adalah suruhan Tuan Cho karena hanya dia yang memiliki bodyguard pada saat itu, mengingat pesta diadakan dikediamannya.”

“Polisi telah mengintrogasi semua tamu pesta dan tidak ada satupun yang menyadari kepergian Tuan Choi. Bahkan CCTVpun tidak dapat dihadirkan Tuan Cho saat kami meminta keterangan.” Terang Tuan Yoo lagi.

Sooyoung masih membisu. Hal yang ditakutkannya benar terjadi. Pria itu adalah dalang dari semua ini.

“Sungguh sangat bodoh jika saat itu Tuan Cho tidak mengaktifkan CCTV mengingat pesta besar tengah berlangsung dan begitu banyak kalangan atas berada di sana.”

Ya, itu memang benar. Tidak mungkin bukan Kyuhyun tidak mengaktifkan CCTV selama pesta berlangsung? Begitu banyak bangsawan hadir di pesta itu, dan Kyuhyun tidak mungkin sebodoh itu.

“Kami juga meminta keterangannya mengenai keberadaan anda yang tiba-tiba saja menghilang saat pesta berlangsung.” Tuan Yoo menatap Sooyoung serius kali ini. Ia juga bingung pada awalnya, kemana Sooyoung selama ini.

Sooyoung kembali mengingat memori itu. Disaat ia dan Kyuhyun sama-sama terbuai dengan gemerlapnya pesta dan kelembutan Cho Kyuhyun.

Flashback

Kedua manusia ini saling berciuman dan sesekali tertawa dengan tingkah mereka. Cho Kyuhyun memang pria idaman. Ia begitu mahir dalam mendapatkan hati seorang wanita, bahkan Choi Sooyoung sekalipun. Mereka sama-sama terbuai dengan kegiatan mereka hingga tak sadarkan diri bahwa keduanya telah berada di sebuah ruangan.

“Ini dimana?” Sooyoung melepaskan pagutan bibirnya pada Kyuhyun dan menatap pria itu bingung.

“Kamarmu.” Ucap Kyuhyun dan sekali lagi ia kecup bibir manis wanita itu. Sooyoung tersenyum sembari menerima perlakuan manis Kyuhyun. Ia balas kecupan Kyuhyun dan kembali melepaskannya.

“Aku punya rumah dan punya kamar sendiri. Untuk apa kau menyediakan tempat ini?” Tanya Sooyoung lagi dan kali ini Kyuhyun membalasnya dengan tatapan datar.

“Untukmu dan untukku. Tetaplah disini.” Ucap Kyuhyun dan pria itu dengan sigap mengikat dirinya dengan tali yang entah mengapa Sooyoung tidak sadar jika benda itu sudah berada di sampingnya sedari tadi.

“Pak Cho?” Sooyoung bingung dengan sikap Kyuhyun dan sedetik kemudian ia tersadar bahwa Kyuhyun hendak menyekapnya.

“Lepaskan aku!” Sooyoung mulai bersuara lantang dan sebuah tamparan diberikan Kyuhyun pada pipinya sebagai jawaban. Wanita itu menangis, meronta untuk dilepaskan akan tetapi Kyuhyun tidak mengindahkannya.

Flashback end

Sooyoung kini mulai terisak. Mengapa ia begitu bodoh dengan semua tanda yang telah nampak di hadapannya? Harusnya ia segera sadar akan tetapi ia begitu lambat mengetahuinya. Ia bahkan telah menaruh hati pada pria itu dan juga menaruh keinginan untuk membuatnya sadar.

“Kita masih memiliki beberapa bagian kosong dari penyelidikan ini Nona. Jadi, kuharap kau bersabar.” Lanjut Tuan Yoo setelah semua hasil penelitiannya ia beberkan pada Sooyoung.

Untuk kategori wanita dengan segala macam kejutan menyakitkan diharinya, Sooyoung adalah kategori wanita kuat. Ia tidak pingsan bahkan ia masih sanggup untuk duduk dihadapan Tuan Yoo dan Nara. Air matanya mengalir namun emosinya benar-benar tidak terlihat.

“Sooyoung-ah?” Nara menyentuh bahu Sooyoung dan seketika wanita itu kembali pada kesadarannya. Ia mengerjapkan mata dan menatap Nara dengan senyumnya.

“Gwenchanayo,-“ Ucapnya dan menatap Tuan Yoo berikutnya. “Aku sangat berterimakasih atas bantuanmu Tuan yoo. Jika tidak adanya penyelidikan ini, mungkin aku masih buta akan semua kejadian itu.” Jawab Sooyoung dan begitu saja membungkuk pamit meninggalkan Nara dan Tuan Yoo.

“Sooyoung-ah?” Nara memanggilnya, akan tetapi Sooyoung tidak mengindahkannya dan berlalu begitu saja.

_____

Kyuhyun kembali keesokan harinya karena mendapati Sooyoung yang tak enak badan. Kekhawatiran pria itu memuncak saat melihat wanita itu terbaring lemah diranjangnya dengan mata tertutup dan terdapat lingkaran hitam disekitarnya.

“Sayang. . .” Kyuhyun menyapa wanitanya dengan lembut dan ia dapatkan hanya kebisuan. Sooyoung membalik posisinya membelakangi Kyuhyun dan sama sekali tidak berniat untuk membalas sapaan pria itu.

“Ada apa?” Tanya Kyuhyun yang kini mulai dihinggapi rasa bingung.

“Pergi!” Sooyoung memintanya untuk pergi. Suaranya terdengar lemah dan lesu. Kyuhyun menatapnya prihatin. Wanita ini kembali berulah.

“Aku akan memanggil Lim untuk memeriksa keadaanmu.” Ucap kyuhyun dan segera menghubungi dokter itu. Tangannya sedari tadi tetap mencoba untuk mengelus lembut lengan Sooyoung yang kecil dan kini terasa hangat dikarenakan suhu badannya yang meningkat.

Selesai menelpon, kembali lagi perhatian pria ini tertuju pada wanita itu. Ia masih saja menutup mata dan enggan untuk menjawab Kyuhyun dan segala kegelisahannya. Tidk mendapat respon, Kyuhyun memutuskan untuk menunggu Lim di luar.

.

.

.

Cukup lama menunggu, Lim datang di kediaman itu. Kyuhyun segera mengantar Lim menuju kamarnya dan Sooyoung. Lim langsung sigap dengan alat-ala medis miliknya.

“Aku ingin kau pergi.” Sooyoung yang tahu akan kedatangan Lim segera membuka mata dan meminta satu-satunya pria di dalam ruangan itu untuk segera meninggalkan dirinya dan dokter itu. Kyuhyun nampak tak terima dan hendak melayangkan rasa keberatan miliknya sebelum suara Sooyoung mencegatnya, “Keluar atau aku tidak diperiksa sama sekali.” Ancam Sooyoung dan berujung Kyuhyun membanting pintu kamar itu dengan keras.

Lim menggeleng melihat kelakuan dua sejoli ini. Ia sendiri tidak habis pikir dengan tindakan Sooyoung yang berani mengancam Kyuhyun secara terang-terangan.

Lim memulai prakteknya dengan memeriksa detak jantung dan beberapa bagian pada tubuh Sooyoung. Pada walanya ia biasa saja, namun setelah beberapa saat Lim mengernyit dan menatap Sooyoung dengan mata membulat.

“Kita harus melakukan pemeriksaan lanjut.” Ucap Lim dan Sooyoung menggeleng. Ia bangun dan langsung membuka nakas di samping tempat tidur, mengeluarkan secarik kertas yang nampak remuk dari sana.

“Tidak perlu, aku hamil 2 bulan.” Ucap Sooyoung dan Lim semakin membulat matanya.

“Apa Kyuhyun tahu?” Lim langsung menanyakan pertanyaan yang sangat membuat Sooyoung sensitif. Wanita itu menggeleng.

“Aku tidak ingin benda ini bertumbuh di rahimku. Aku tidak sudi, ayahnya adalah seorang pembunuh.” Pecahlah tangis Sooyoung saat itu. Ia tidak sanggup menutupi rasa kecewaanya yang membuat ia terbaring lemah saat ini. Fikiran itu selalu menghantuinya yang mengakibatkan penurunan kondisi fisiknya.

“Apa maksudmu Sooyoung ssi. Kau tidak boleh seperti itu.” Lim memperingatkan Sooyoung akan pikiran buruknya namun Sooyoung masih tetap menangis.

“Ak tidak bisa Lim ssi. Aku tidak bisa menerima kehadirannya. Aku tidak bisa. . .” Sooyoung lagi-lagi menggeleng pelan. Ia begitu kecewa dengan dirinya, Kyuhyun dan juga takdir. Mengapa bayi harus hadir disaat semua hal kelam Kyuhyun terkuak olehnya?

“Kyuhyun harus tahu ini, kau tidak bisa,-“

Lim segera bangkit dari tempatnya untuk memberi tahu Kyuhyun namun Sooyoung menghentikan langkahnya.

“Akan lebih baik Kyuhyun tidak tahu. Ia juga tidak meninginkan bayi ini Lim ssi. Kami sama-sama tidak siap. Kyuhyun akan melakukan segala cara untuk membuat janin ini gugur. A- aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Kemarin aku memutuskan untuk melakukan medical check up karena merasakan tubuhku tidak begitu sehat. Dokter memberitahu hasil yang membuatku terkejut. Awalnya aku senang dan hendak menelponnya, namun aku mengurungkan niat untuk memberitahunya.”

“Aku bertemu dengan temanku dan seorang detektif yang telah disewakan oleh temanku. Meminta untuk membahas kasus kematian ayahku dan aku mendapati hal yang lebih sakit daripada ini.” Sooyoung menangis terisak masih dengan tangan yang menggenggam jemari Lim erat.

“Kuat dugaan Kyuhyun membunuh ayahku.” Sooyoung terguncang hebat. Ia bahkan harus menahan suaranya agar tidak begitu menarik perhatian dari luar. Ia yakin, Kyuhyun masih berada di depan pintu.

“Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, ini benar-benar menyakitiku.” Sooyoung memukul dadanya kuat, seolah semua menyesak di dadanya. Lim terperangah namun memutuskan untuk kooperatif dengan memberi pelukan penenang bagi wanita ini. Ia sungguh sangat kalut.

“Tenangkan dirimu Sooyoung ssi, ingat janinmu.” Ucap Lim dan mengusap kepala bagian belakang Sooyoung dengan lembut.

“Ku mohon bantu aku. Aku sudah tidak sanggup hidup lagi di tempat seperti ini, dengannya. A-aku merasa jijik pada diriku sendiri dan juga bayi ini. Kumohon Lim ssi, keluarkan aku dari sini.” Sooyoung memohon dengan lirih pada Lim. Membuat dokter muda itu berada dalam kebimbangan.

_____

T B C

_____

Ini hadiah spesial buat readers yg udah berbaik hati buat comment FF aku yang sebelum-sebelumnya

Ini requestnya, dan please don’t be so rude.

Please, mengertilah saya dan hargai saya

Terimakasih 🙂

Ps: tinggal 1 chapter lagi loh, hati-hati XD