Posted in Cho Kyuhyun, Choi Sooyoung, Comedy, Drama, Romance

[Series] Slice of Drama 3rd

slice of drama - POSTER

Slice of Drama

Panggil Aku Bubel © 2016

SNSD’s Sooyoung – Super Junior’s Kyuhyun

Bunch of Dramas, veryslight!Comedy, and ofc!Romance

Rate T

Disclaimer : Bubel nggak mengambil keuntungan dalam bentuk apa pun dari fiksi-penggemar ini. Bubel cuma mau senang-senang. Ada yang mau ikutan? Tentu aja penjiplak nggak masuk hitungan senang-senang. (Well, tapi Bubel bisa melakukan beberapa hal ‘menyenangkan’ dengan penjiplak /ketawa iblis cantik/)

.

Enjoy!

 

[Notes : Nanti curhat bubel di bawah tolong di baca, ya. Kelanjutan cerita ini ada pada keputusan kamu :)]

*

Prolog | 1st Slice | 2nd Slice

3rd Slice

 

Selepas mengantar Sooyoung kembali ke apartemen Soojin, Kyuhyun segera memacu Range Overnya menuju rumah orangtuanya di kawasan Gangnam. Sebenarnya, rencana awal Kyuhyun setelah menemui Choi Sooyoung adalah segera kembali ke kantor, karena semula ia mengira perempuan itu tidak akan mau diajak menikah. Namun siapa sangka ternyata si Model bersedia ia nikahi. Ya sudah, mau tidak mau Kyuhyun harus mengabari kedua orangtuanya perihal rencana dadakannya ini.

Menikah.

Pangkal hidung Kyuhyun mengerut. Usianya baru dua puluh tujuh tahun, bisnisnya yang dibangun dengan darah dan air mata tengah berkembang pesat, dan ia sedang dalam puncak produktivitasnya. Terlebih lagi, tidak pernah ada kata ‘menikah’ dalam daftar pencapaiannya. Lalu sekarang, tiba-tiba ia harus dihadapkan pada tanggungjawab besar: menikah.

Oh, tambahan: menjadi seorang ayah.

Mungkin Changmin benar. Mungkin ini karma. Mungkin Tuhan ingin melihatnya bertobat.

‘Apa Tuhan berencana mencabut nyawaku dalam waktu dekat sampai memberikan karma secepat ini?’ pikir Kyuhyun yang diakhiri dengusan. Merasa konyol dengan pemikirannya sendiri.

Perlu setidaknya lima helaan napas dalam sebelum Kyuhyun keluar dari mobilnya. Hubungannya dengan ayahnya tidak begitu baik. Berita yang dibawanya sekarang bisa saja memperburuk keadaan, membuat ayahnya kembali murka. Kyuhyun mendengus. ‘Yah, yang penting aku memberitahu mereka. Peduli amat mereka akan marah atau apa.’

Tidak butuh waktu lama bagi Kyuhyun menunggu setelah dua kali menekan bel, pintu dibuka oleh kakak perempuannya.

“Kyuhyun?”

“Ahra?”

Kedua kakak-beradik itu menyeru bersamaan. Kemudian tertawa kecil.

“Aku sedang berkunjung,” Ahra menjelaskan tanpa diminta seraya membuka pintu lebih lebar, mengundang Kyuhyun untuk masuk. “Masuklah.”

“Aku juga berkunjung,” balas Kyuhyun.

“Pasti ada sesuatu. Jarang sekali kan kaudatang ke sini.”

Kyuhyun mengedikkan bahu. “Aku tidak akan lama. Ayah dan Ibu ada?”

“Benar. Pasti ada sesuatu.” Mata Ahra menyipit curiga. “Ibu sedang menemani Ayah di ruang kerja.”

Sudut bibir Kyuhyun tertarik membentuk senyum tipis. “Kebetulan kau ada di sini. Ayo ikut, aku mau memberitahukan sesuatu.”

Dengan kening yang kini mengerut, Ahra mengikuti Kyuhyun. Mereka menyusuri koridor di lantai dua, berujung pada pintu ruang kerja Tuan Cho.

“Jangan bilang kau akan mengambil-alih Myeonghan Group,” ujar Ahra di sela langkahnya, menyebutkan nama perusahaan yang dikelola keluarganya.

Kyuhyun tertawa mendengarnya. “Sampai aku bangkrut pun tidak akan pernah kusentuh Myeonghan. Tenang saja, okay.”

Ahra mendengus. “Aku justru akan sangat berterimakasih kalau kaumau memimpin perusahaan kita. Asal kautahu, aku masih dendam padamu, ya.”

Respon Kyuhyun hanya seringai lebar. Ia mengetuk pintu ruang kerja ayahnya dua kali, kemudian memutar kenopnya.

Di dalam ruangan yang setiap dindingnya ditempeli rak buku tersebut, musik klasik mengalun lembut, disertai aroma kopi dan kayu manis yang berbaur. Tuan Cho tengah duduk di balik meja kerjanya dengan tumpukan map dan kertas, sementara Nyonya Cho sedang merajut di sofa.

Melihat putra bungsunya yang masuk, Nyonya Cho menghentikan pekerjaannya. Wanita yang masih cantik di usianya yang sudah lebih lebih dari separuh abad itu berdiri dari sofa, segera menyambut Kyuhyun.

“Kyuhyun-ah, ya Tuhan ….” Nyonya Cho memeluk Kyuhyun erat.

“Apa kabar, Bu?” sapa Kyuhyun setelah sesi peluk-memeluk selesai.

“Lutut Ibu sering sakit belakangan ini,” keluh Nyonya Cho.

“Itu karena Ibu berhenti ikut kelas taichi,” Ahra menyela.

Kyuhyun tersenyum tipis seraya menuntun ibunya untuk duduk kembali. Kemudian ia menyapa ayahnya. “Selamat malam, Ayah. Apa kabar?”

“Apa tujuanmu?” tembak Tuan Cho tanpa mengalihkan tatapannya dari lembaran berkas yang tengah diperiksa. Nada bicaranya dingin, seolah tidak sedang berhadapan dengan anaknya sendiri.

Kyuhyun sudah terbiasa dengan cara bicara ayahnya. Masih untung ditanya dulu, tidak langsung diusir. Dan karena ayahnya tidak repot-repot untuk berbasa-basi, maka Kyuhyun pun langsung mengutarakan niatnya.

“Aku akan menikah.”

Kalimat pendek itu berhasil menarik seluruh perhatian keluarga Cho. Nyonya Cho dan Ahra terenyak di tempatnya. Bahkan Tuan Cho pun mengangkat kepalanya.

Sebelum ada yang bereaksi, Kyuhyun melanjutkan, “Pernikahanku akan dilangsungkan dalam waktu dekat. Mungkin akhir bulan ini, atau awal bulan depan.”

Mata Ibu Kyuhyun sudah tidak bisa menjadi lebih lebar lagi. Ekspresi wajahnya menggambarkan betapa terkejutnya ia mendengar ucapan anak laki-lakinya. “Kyuhyun-ah—”

“Kedatanganku bukan untuk meminta ijin. Karena aku akan tetap menikah dengan atau tanpa ijin dari Ayah dan Ibu. Aku hanya berpikir jika kalian berhak tahu hal ini.” Kyuhyun kembali bicara. Lurus matanya menantang tatapan Tuan Cho, tidak menunjukkan keraguan.

Untuk beberapa saat, waktu seolah berjalan dengan amat lambat. Udara di dalam ruangan itu, yang semula hangat dan lembut, mendadak terasa berat untuk dihela. Keheningan meningkatkan ketegangan di sana. Nyonya Cho tidak lagi berusaha untuk angkat bicara, ia menatap suaminya dengan sorot khawatir. Begitu juga dengan si Cikal Ahra yang hanya bisa mengelus tangan ibunya.

Gerakan Tuan Cho melepaskan kacamata membuat Ahra menahan napas.

“Apa yang perempuan ini berikan padamu?” nada bicara Tuan Cho belum berubah. Masih datar, masih dingin.

Kyuhyun menelan ludahnya. Ia tidak berencana untuk mengatakan kalau ia telah menghamili Sooyoung—tidak secepat ini. Namun dari cara ayahnya menatapnya, Kyuhyun bisa menduga bahwa pria tegas itu sudah menyimpulkan sendiri. Jika ia tidak berkata jujur sekarang, maka ia tidak akan memiliki cukup harga diri untuk berdiri di depan ayahnya lagi di kemudian hari.

“Namanya Choi Sooyoung,” Kyuhyun berusaha mengatur napasnya agar tetap tenang, “dan dia hamil anakku.”

Ahra dan ibunya terkesiap. Keduanya menatap Kyuhyun nanar.

Kyuhyun berusaha tetap membalas tatapan ayahnya yang masih juga belum berubah. Tuan Cho lalu berdiri dari kursinya, dengan gerakan yang biasa. Tidak ada gurat emosi di wajahnya. Dalam dua helaan napas, Tuan Cho sudah berdiri di hadapan putra bungsunya.

Belum ada yang memutus kontak mata penuh ketegangan itu. Setidaknya sampai Tuan Cho meraih bahu kiri Kyuhyun, menghentakkannya ke bawah, hingga tubuh Kyuhyun membungkuk, dan disambut dengan lutut kanan Tuan Cho yang tepat mengenai ulu hati. Cengkraman Tuan Cho di bahu Kyuhyun belum lepas, ia lalu menarik paksa tubuh anaknya untuk kembali tegak dan memberikan satu tamparan keras di pipinya yang sudah pucat pasi.

Kyuhyun terhuyung. Dahinya mengantuk pinggiran meja. Kepalanya jatuh tak jauh dari kaki ibunya. Saat itulah Nyonya Cho memekik panik. Ia segera membantu anaknya duduk dan memeriksa keadaannya.

Kyuhyun merasakan ngilu yang luar biasa di ulu hatinya. Ia mual, tapi tidak bisa memuntahkan apa-apa. Dahinya berdenyut, pipinya panas, dan telinganya berdenging keras. Padahal belum hilang sakit akibat tinjuan Sooyoung, sekarang ia dapat lagi, seratus kali lebih kuat.

“Aku kira kau hanya seorang pembangkang. Ternyata kau juga seorang bajingan. Aku tidak ingat pernah membesarkan anak sepertimu.”

Meskipun dengan telinga yang berdengung, Kyuhyun mampu mendengar suara dingin ayahnya. Mengangkat kepalanya, Kyuhyun kembali melempar tatapan menantang pada pria itu.

“Aku tidak ingin menjadi seorang pengecut, Ayah.” ujar Kyuhyun pelan.

Tuan Cho melempar tatapan tajam terakhirnya, lalu meninggalkan ruangan itu.

Setelah tidak lagi mendengar suara langkah kaki ayahnya, Kyuhyun mengembuskan napas lega. Ia meringis, menahan rasa sakit ketika ibunya memeluknya sambil menangis.

‘Sial. Ayah masih jago taekwondo.’ Kyuhyun memejamkan mata.

*

Kyuhyun meringis, menarik kepalanya menjauh dari jangkauan tangan Ahra.

“Tahan sebentar, Kyu,” geram Ahra. Sekarang hanya tinggal ia dan adiknya yang berbaring di sofa dalam ruangan kerja ayah mereka. Nyonya Cho menyusul Tuan Cho setelah memastikan luka Kyuhyun tidak terlalu parah, membiarkan Ahra yang mengurusnya.

“Ayah itu umurnya berapa, sih? Rasa tamparannya tidak berubah.”

Ahra tersenyum kecil. “Memangnya rasa apa? Cokelat? Stroberi? Vanila?”

“Rasa kimchi basi lada hitam. Pedas-pedas asam.”

Senyum Ahra berubah menjadi tawa.

“Iya, tertawa saja. Tidak apa-apa. Mumpung lucu—aw! Sakit, Ahra!” Kyuhyun mendelik pada kakaknya yang masih tertawa. Perempuan itu menekan luka di dahinya sedikit kelewat bertenaga.

“Hahaha … Sorry ….”

“Aku tidak mengira Ayah bakal menghajarku. Terakhir kali Ayah melakukannya, dia bilang tidak akan peduli lagi padaku. Jadi, kupikir kali ini Ayah akan membiarkanku. Eh, ternyata tetap dihajar juga. Berarti Ayah masih peduli, kan?”

“Orangtua mana, sih, yang berhenti peduli pada anaknya?” tanya Ahra retoris, tawanya sudah berhenti sejak kata ‘peduli’ terselip dalam kalimat Kyuhyun. Perlahan, ia menempelkan plester pada luka kecil di dahi adiknya akibat terbentur pinggiran meja. “Kaumenambah dendamku padamu, ChoKyu.”

Kyuhyun ingin mengerutkan dahi, tapi sakit. “Dendam apa lagi?”

“Kau akan menikah lebih dulu daripada aku.” Ahra menjawab acuh tak acuh sembari mengangsurkan ice pack pada Kyuhyun, untuk mengompres bengkak di pipinya. “Eh, tapi serius kau akan menikah? Umurmu kan baru … berapa? Dua lima?”

“Dua tujuh. Dan iya, aku akan menikah. Kalau tidak, bisa repot urusannya. Choi Sooyoung ini model terkenal.”

“Oh, jadi benar Sooyoung yang model itu. Tadi sewaktu kaubilang ‘namanya Sooyoung’, aku sempat berpikir model Choi Sooyoung. Tapi, kok bisa, sih, Kyu? Aku tidak pernah tahu kalau kalian berpacaran.”

Senyum pahit tercipta di bibir Kyuhyun. ‘Bisa, karena waktu itu aku memanfaatkan keadaan Sooyoung yang sedang patah hati gara-gara kau bertunangan dengan orang yang dia sukai.’ untungnya kalimat itu hanya disuarakan dalam kepalanya. Sejauh ini, sepertinya Ahra belum tahu hubungan ‘persahabatan’ antara Sooyoung dan Siwon, mengingat Ahra baru mengenal Siwon beberapa bulan ke belakang, tepatnya sejak perusahaan Siwon menawarkan kerjasama pada Myeonghan Group. Akan menjadi lebih merepotkan lagi jika Ahra sampai tahu tentang perasaan tak terbalas Sooyoung pada Siwon. Kyuhyun tidak mau menambah drama lagi dalam hidupnya.

“Bisa lah. kaumeremehkan pesona adikmu ini.”

Ahra menatap Kyuhyun dengan sorotan ‘aduh-please-deh’. “Omong-omong, kok, mau sih dia menikah? Apa yang kaujanjikan padanya sampai dia tidak memilih aborsi? Dia model terkenal, kan? Karirnya bagaimana? Dia pasti cinta sekali padamu, ya?”

Kyuhyun mengerang. Pusing mendengar pertanyaan beruntun Ahra. Dan yang terakhir itu bisa membuat Kyuhyun tertawa terbahak-bahak kalau saja pipinya tidak bengkak dan nyeri. ‘Cinta sekali? Iya. Pada tunanganmu.’

Ahra jelas tidak tahu jika adiknya itu tidak pernah benar-benar menjalin hubungan serius dengan satu perempuan. Mereka berdua sudah terpisah sejak sepuluh tahun lalu. Lebih tepatnya, ketika Kyuhyun diterima berkuliah di University of Cambridge (yang hanya bertahan enam bulan, sebelum akhirnya ia kabur ke London dan menjadi pegawai magang di kantor cabang SEGA).

“Karena anak itu tidak salah apa-apa,” jawab Kyuhyun menggantung pada akhirnya.

Menghela napas dalam, Ahra membawa punggungnya pada sandaran sofa. Ia menatap langit-langit. “Kau pasti bahagia sekali, ya.” Gumamnya pelan.

“Mengamili anak orang, dan dihajar Ayah. Iya. Aku bahagia.” Sambar Kyuhyun sarkastik.

Ahra berdecak mendengarnya. “Bersyukurlah sedikit. Kau bisa menikah dengan orang yang kaucintai dan mencintaimu. Itu sudah lebih dari cukup, Kyuhyun. Kau juga bekerja sesuai dengan passion-mu. Bisnismu berkembang pesat. Dan kau akan punya anak. Kau sudah punya semuanya. Apa lagi yang kaucari di hidupmu?”

Kyuhyun meringis. Ia jelas menangkap nada iri dalam kalimat Ahra. Atau malah kakaknya itu sama sekali tidak menutup-nutupi rasa irinya. Semua ucapannya benar, kecuali bagian cinta-cinta itu.

Kyuhyun tidak habis pikir, ada apa sih antara perempuan dan cinta? Mereka selalu irasional jika berpikir dengan melibatkan cinta. Dan sialnya, apa-apa selalu dihubungkan dengan cinta, padahal tidak ada relevansinya sama sekali. Tidak masuk akal. Lihat saja Choi Sooyoung itu. Bimbang hanya karena cinta yang sudah jelas-jelas ditolak. Dan sekarang kakaknya, yang notabene seorang bussiness-woman dan sibuk mengurusi perusahaan keluarga, ikut-ikutan bicara cinta. Tidak cocok sama sekali.

Inilah salah satu alasan kenapa Kyuhyun tidak bisa serius menjalin hubungan dengan perempuan. Mereka membuatnya kebingungan jika sudah bicara dengan membawa-bawa kata keramat itu. Logika Kyuhyun tidak sampai ke sana.

Kyuhyun sudah membuka mulut untuk meralat ucapan Ahra soal cinta-mencinta, namun kehadiran sang Ibu menghentikannya. Kyuhyun urung bicara. Tidak perlu lah orangtuanya tahu dengan apa yang terjadi sebenarnya.

Ahra memutuskan untuk keluar. Memberi kesempatan pada ibu dan adiknya bicara empat mata. Ahra pikir mereka butuh itu.

“Sudah diobati?” tanya Nyonya Cho seraya membantu Kyuhyun untuk bangkit dan duduk.

“Sudah.” Kyuhyun menghindari tatapan ibunya. Ia tidak ingin melihat jejak airmata di wajah wanita itu. Kyuhyun tidak tega.

Nyonya Cho mengusap kepala putranya lembut, seperti saat laki-laki itu belum bergelar laki-laki. “Sejujurnya Ibu kecewa sekali. Tapi mau bagaimana lagi.”

“Maaf, Bu,” ujar Kyuhyun tulus.

“Sudah bicara pada orangtua gadis ini? Siapa tadi namanya?”

“Sooyoung, Choi Sooyoung,” Kyuhyun menjeda sejenak, “orangtuanya sudah meninggal. Sooyoung hanya tinggal berdua dengan kakaknya.”

“Ya Tuhan,” Nyonya Cho menutup bibirnya dengan telapak tangan. “Pasti berat sekali untuknya.”

Kyuhyun tidak menjawab, makin merasa bersalah. Sampai tiba-tiba daun telinganya ditarik dan dipelintir oleh ibunya.

“Aw, Bu! Bu! Ibu sakit, Bu …,” Kyuhyun setengah merengek. Kenapa semua orang abusive sekali hari ini?

Nyonya Cho akhirnya melepaskan telinga Kyuhyun. “Dasar anak nakal!”

“Bu, aku sudah dua puluh tujuh tahun. Masih perlu, ya, dijewer-jewer?”

Mendengar itu, ibunya berdecak. “Kalau sudah menikah nanti, biar istrimu yang menjewermu kalau kau berani macam-macam.”

“Haa?”

“Besok, undang Nona Choi dan kakaknya untuk makan malam bersama. Perkenalkan dia pada kami dengan selayaknya. Sekaligus kita bicarakan tentang pernikahan kalian.”

Kyuhyun tidak bisa menahan diri untuk tidak mengernyit mendengar kata ‘pernikahan’ lolos dari bibir ibunya. Dan ia menyesal, karena luka di dahinya berdenyut lagi. Kyuhyun tidak mengharapkan penerimaan dari keluarganya. Seperti yang sudah ia katakan sebelumnya, ia tidak datang untuk meminta ijin. Ia hanya memberitahu mereka, karena ia masih menghormati kedua orangtuanya. Bagaimana pun juga.

“Ibu merestui kami?”

“Mau tidak Ibu restui?”

Kyuhyun meringis kecil. “Lalu Ayah?”

“Ayah memang keras kepala, tapi Ibu yakin Ayah mengerti.”

Sesaat Kyuhyun memberanikan diri membalas tatapan ibunya. Hatinya terenyuh. Ini bukan kali pertama ia membuat ibunya menangis. Tetapi kali ini rasanya berbeda. Sebelumnya, ibunya juga menangisi semua pilihan yang ia ambil dengan seenaknya, namun ia bisa  mempertanggungjawabkan dan membuktikan kalau pilihannya benar. Kali ini … Kyuhyun dipaksa memilih. Tidak ada yang bisa ia buktikan, karena Kyuhyun tahu sejak awal ini sudah salah.

Kyuhyun pun memeluk ibunya. Erat. Lalu berbisik, “Terimakasih banyak, Bu. Terimakasih …”

‘… Dan maafkan aku ….’

*

“Nomor yang Anda tuju sedang tid—”

Siwon menghela napas dalam, memutus panggilannya. Sudah hampir dua minggu ini, setiap kali ia menelepon ke satu nomor itu, jawabannya selalu sama. Teleponnya tidak aktif. Chatnya tidak ada yang terkirim. Dan ketika ia berusaha mengunjungi apartemen si pemilik nomor itu, ia tidak ada di tempat.

Choi Sooyoung sedang menghindarinya. Siwon tahu itu. Pasti.

It can’t be helped. Sooyoung jelas kecewa padaku.’ Pikir Siwon.

Ia bukannya tidak tahu. Ia juga tidak buta. Ia bisa membaca seluruh perhatian yang gadis itu berikan padanya. Ia bisa menebak apa yang ada di balik itu semua. Siwon mengerti. Hanya saja …

Drrttt

Siwon segera melihat layar ponselnya. Sebuah pesan singkat.

Cho Ahra: Ibu mengundang makan malam besok. Ada waktu?

Siwon menghela napas dalam sekali lagi.

Hanya saja … ia tidak punya pilihan.

*

Hari ini Sooyoung menyesali keputusan untuk mempertahankan janinnya. Benar-benar menyesal. Padahal belum juga dua puluh empat jam berlalu. Ada dua hal yang menjadi sebabnya: pertama, pagi ini Sooyoung mengalami morning-sick paling parah dalam tujuh minggu terahir; dan kedua, kehadiran pria cantik nan nyentrik yang duduk bertumpu kaki di ruang tamu apartemen kakaknya.

‘Bagaimana bisa dia tahu aku ada di sini?!’ Sooyoung membatin frustasi. Yang mana tidak lama kemudian ia menemukan sendiri jawabannya. ‘Memangnya aku bisa bersembunyi di mana lagi kalau bukan di sini? Tentu saja dia bakal menemukanku.’

Seolah keberadaan manajer nyentriknya belum cukup membuat Sooyoung ketar-ketir, Kyuhyun dengan sangat jenius muncul dalam waktu hampir bersamaan. Sekarang kedua laki-laki itu duduk di sofa yang sama. Heechul—manajer Sooyoung—di sisi paling kiri, sementara Kyuhyun menempati sisi satunya. Ketika Sooyoung mengintip dari balik pintu dapur, Kyuhyun sedang sibuk dengan tabletnya dan Heechul sibuk … mengamati kukunya Yang Maha Cantik.

Tentu saja Sooyoung tahu pasti, cepat atau lambat ia harus mengabari agensi perihal apa yang terjadi padanya dan rencananya untuk menikah. Hanya saja tidak seperti ini. Tidak sekarang. Tidak tanpa persiapan apa-apa.

“Kaubisa berhenti bolak-balik seperti itu dan bantu aku membawa ini ke ruang tamu.”

Sooyoung mengerjap pelan, berdiri di sisi meja makan. Ia sendiri baru sadar jika ia telah berjalan mondar-mandir di ruang makan yang merangkap dapur sejak tadi. Pandangannya beralih pada Soojin yang tengah mengatur cangkir teh dan wadah gula di atas nampan. Sooyoung menahan diri untuk protes. Bagaimana pun juga, yang akan disuguhi itu dua laki-laki, dan mereka bukan pangeran dari Eropa. Teh dengan cangkir yang manis kedengarannya tidak terlalu cocok untuk dua pria Korea dewasa.

Err, oke, hitung itu satu pria. Heechul mungkin akan menyukai teh dalam cangkir cantik dan kukis.

Namun Sooyoung seketika teringat sesuatu. Ia mendekati kakak perempuannya itu.

“Hei, Soojin,” suara Sooyoung begitu pelan, hampir menyerupai bisikan, “waktu itu kau janji padaku, kan?”

“Janji apa?” Soojin balik bertanya acuh tak acuh.

“Kau akan membantuku bicara pada agensi.”

“Ada Kyuhyun di sana. Aku baru akan membantumu kalau dia tidak bertanggungjawab.” Soojin beranjak menuju kabinet di samping kulkas dan mengambil setoples kukis.

Erangan frustasi lolos dari bibir Sooyoung. “Aku dan Kyuhyun belum memikirkan alasan yang tepat. Heck. Kami bahkan baru bertemu lagi kemarin.”

Soojin menegakkan tubuhnya. Ia memandang adiknya lurus-lurus. “Alasan apa? Maksudmu bukan alasan, tapi kebohongan. Iya, kan?”

Sooyoung merengut.

“Sudah, bawa ini ke depan. Katakan saja yang sebenarnya pada Heechul-ssi. Sekalipun kau diboikot oleh agensimu sendiri, masih ada Cho Kyuhyun. Dia punya banyak uang. Itu poinnya.”

Mendengar itu, rahang Sooyoung jatuh seketika. Ia tahu kakaknya adalah seorang oportunis, selalu straight-forward, tidak pernah mau ambil pusing dengan hidupnya sendiri, apa lagi hidup orang lain. Akan tetapi tetap saja kalimat terakhir Soojin membuatnya syok. Seolah-olah nasibnya hanya bergantung pada uang, dan Cho Kyuhyun adalah ATM pribadinya.

Soojin mengangsurkan nampan berisi empat cangkir, sepoci teh, dan satu toples kecil gula.

Sooyoung meringis. Apa Soojin tidak memikirkan perasaannya? Sama sekali?

Menghela napas pasrah, Sooyoung membawa nampan itu ke ruang tamu. Sempat terkejut saat mendapati atmosfir di sana tidak lagi penuh kecanggungan. Dua laki-laki yang nampak kontras itu sepertinya tengah membicarakan sesuatu yang seru, dan berhenti ketika Sooyoung bergabung di sofa berseberangan dengan mereka. Soojin menyusul dengan setoples kukis.

“Oi, Sooyoung, selamat, ya. Kyuhyun-ssi sudah mengatakan semuanya.”

Sooyoung membeku.

“Aku tidak tahu kau sudah move on dari Choi Siwon itu. Oh, dan kapan keponakanku akan lahir? Ya ampun, aku bakal jadi paman.” Heechul terkekeh.

Mulut Sooyoung membuka, bukan karena ia akan mengatakan sesuatu, lebih karena terkejut. Ia melempar tatapan menuntut penjelasan pada Kyuhyun, dan hanya direspon dengan seringai tipis. Jadi Kyuhyun sudah mengatakan semuanya pada Heechul, tapi respon manajernya itu terlalu … tidak terduga.

“Jadi, kapan kalian menikah? Kalian bakal menikah, kan?” lanjut Heechul lagi, bergantian menatap Sooyoung dan Kyuhyun.

Sebenarnya, ada apa ini?

*

“Aku bilang akan membayar uang kompensasi, berapa pun yang diminta oleh agensimu,” adalah jawaban Kyuhyun saat Sooyoung menuntutnya untuk menjelaskan reaksi Heechul yang tidak masuk akal baginya. Manajernya itu seharusnya histeris, menjambaknya, atau bahkan mungkin menyeretnya ke dokter kandungan terdekat untuk menggugurkan bayinya. Bukannya malah memberi selamat dengan senyuman lima puluh watt.

“Dan berapa yang diminta agensiku?” tanya Sooyoung kemudian.

Kyuhyun tidak langsung menjawab, ia membukakan pintu penumpang mobilnya untuk Sooyoung dan melindungi kepala gadis itu saat memasuki mobil. Setelah ia sendiri duduk di balik kemudi, memastikan Sooyoung sudah memasang sabuk pengamannya, barulah Kyuhyun menjawab, “Heechul-ssi belum memberikan angka pastinya, tapi dia bilang kemungkinan sekitar 300 sampai 500 juta won.”

“HA?! KAU BERCANDA?!”

“Kecilkan suaramu, aku tidak tuli.”

Sooyoung mengerucutkan bibirnya. “Aku tidak  pernah tahu kalau aku semahal itu. Gajiku sebulan saja tidak sampai dua puluh juta.”

Sekilas, Kyuhyun melirik model itu sinis. “Serius itu yang kaupikirkan? Apa kau tidak memikirkan aku membayar terlalu mahal untuk ini semua?”

“Itu urusanmu. Kan kau sendiri yang bilang kalau kau akan membayar semuanya. Se-mu-a-nya. Aku tidak pernah meminta, ya.” balas Sooyoung tak acuh.

Kyuhyun merapatkan bibirnya, tidak bisa menemukan kata-kata untuk membalas Sooyoung. Ia hanya bisa menggeretakkan gigi, dan sekali lagi, melirik model itu, namun kali ini sedikit lebih lama. Lirikannya turun pada perut Sooyoung yang masih tampak datar. ‘Saat kaulahir nanti, Nak, hargailah hidupmu. Kau mahal sekali.’

Tidak ada lagi yang bersuara untuk beberapa lama. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Mereka tengah dalam perjalanan menuju restoran tempat keluarga Kyuhyun mengundang Sooyoung untuk makan malam. Soojin juga seharusnya ikut, tetapi malam ini adalah jadwalnya untuk tampil dan tidak ada aktris pengganti.

“Apa Siwon Oppa juga akan datang?” tiba-tiba Sooyoung memecah keheningan itu. “Aku belum bicara apa-apa pada Siwon Oppa. Aku belum memberitahunya. Apa aku tidak usah datang saja, ya? Aku belum siap bertemu dengannya. Kyuhyun-ssi … sebaiknya kita putar balik saja ….”

Tentu Kyuhyun tahu mengapa Sooyoung berkata demikian. Heck, semua orang juga tahu alasannya. Hanya saja Kyuhyun merasa reaksi Sooyoung untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan Choi Siwon terlalu berlebihan. Memangnya hidup wanita itu hanya untuk berotasi pada Siwon? Tidak, kan. Sooyoung harusnya sadar bahwa ia punya hidup sendiri, yang lebih berharga ketimbang dihabiskan untuk mengkhawatirkan perasaan tidak terbalasnya.

“Apa isi kepalamu cuma ‘Siwon Oppa’?” balas Kyuhyun retoris, dengan menekankan bagian ‘Siwon Oppa’.

Dan balasan itu berhasil menyulut api emosi Sooyoung. “Kau cuma perlu jawab ‘iya’ atau ‘tidak’, Brengsek!”

Pletak!

Sooyoung mendelik. Kyuhyun baru saja menyentilnya. Menyentil bibirnya. “Hey—”

“Mengumpat sekali lagi, kubuat kau sariawan!” ancam Kyuhyun. “Aku tidak tahu soal Siwon. Ibuku tidak bilang apa-apa. Dan bisa tidak kaukurangi sedikit rasa khawatirmu yang berlebihan itu?”

“Jangan sok mengaturku! Terserah aku mau mengutuk atau apa. Ini mulutku!”

“Iya, itu mulutmu. Tapi telinga yang mendengar bukan cuma punyamu. Aku tidak mau anakku mendengar kata-kata kasar. Dari ibunya pula.”

Mulut Sooyoung sudah membuka, siap mendebat, tetapi menutup kembali saat tidak menemukan kata yang tepat untuk melawan Kyuhyun. Dan laki-laki itu bilang apa barusan? ‘Anakku’? Sooyoung mencibir samar disertai dengusan keras, mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

Namun tidak lama, Sooyoung kembali menatap Kyuhyun tajam. Oh, dia sudah menemukan kalimat perlawanan rupanya.

“Anak ini bahkan belum punya telinga!”

Sekilas, Kyuhyun menatap Sooyoung, kepalanya menggeleng pelan. “Kau serius ingin mendebatkan masalah seperti ini?”

Kali ini giliran Sooyoung yang kehabisan kata-kata. Ia melipat kedua tangannya dan membuang muka.

Tidak ada lagi yang bicara. Sisa perjalanan mereka diisi oleh musik yang diputar oleh Kyuhyun. Musik dengan ketukan yang cepat dan sentuhan EDM, membuat Sooyoung mengernyit samar, tidak menyangka selera musik seorang Cho Kyuhyun yang seperti itu.

Pikiran Sooyoung yang sesaat lalu sempat teralihkan kini kembali lagi pada satu nama: Siwon. Panik pun seketika menderanya. Bagaimana kalau Siwon juga diundang? Ini acara makan malam keluarga, kan? Sudah pasti Siwon akan diundang. Laki-laki itu sudah menjadi calon anggota keluarga Cho. Lalu apa yang harus dikatakannya pada Siwon nanti? Beberapa bulan lalu Sooyoung menangis putus asa menyatakan perasaannya pada pria itu, dan sekarang ia datang sebagai calon istri orang lain—calon istri Cho Kyuhyun.

Sooyoung menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Bibirnya membentuk sebuah senyum sedih ketika ia teringat percakapannya dengan Kyuhyun kemarin.

‘… dia tidak membalas perasaanmu. Apa yang kautakutkan?’

Ya, benar. Apa yang dia takutkan? Ini tidak seperti Siwon memiliki perasaan yang sama dengannya. Ia tidak mengkhianati siapa-siapa. Jika Siwon ada di sana, bersama keluarga Cho, mungkin dia hanya akan terkejut sebentar, lalu memberi Sooyoung ucapan selamat. Mungkin laki-laki itu akan tersenyum lega karena mengira Sooyoung akhirnya telah terlepas dari bayang-bayangnya.

Tanpa sadar Sooyoung meremas sejumput gaunnya. Menyakitkan rasanya membayangkan Siwon akan lebih senang melihatnya bersama pria lain ketimbang dirinya. Jadi, begini rasanya menjadi seseorang yang tidak diinginkan?

Telapak tangan Sooyoung perlahan melepaskan remasan pada gaunnya, berpindah meraba perutnya. Sekarang Sooyoung mengerti. Anak ini juga kelak akan merasakan hal yang sama dengannya saat ini, dan Sooyoung tidak ingin itu terjadi.

“Sooyoung! Oi!”

Sooyoung terlonjak di tempat saat bahunya diguncang pelan. Ia mendongak. Kyuhyun sudah membukakan pintu penumpang. Tatapan laki-laki itu jelas menunjukkan kalau ia tengah kesal.

“Turun. Sudah sampai.”

“Oh ….” Sooyoung segera melepas sabuk pengamannya kemudian turun dari mobil.

“Dengar, keluargaku berpikir jika kita pasangan. Jadi, jangan bicara yang tidak perlu. Kecuali kalau kaumau semua jadi lebih rumit lagi, itu terserah padamu,” pesan Kyuhyun sebelum mereka memasuki restoran.

Seorang pelayan laki-laki mengantar keduanya menuju lantai dua, tepatnya ke sebuah ruangan yang sudah dipesan khusus oleh keluarga Cho.

Sooyoung menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Ia berusaha menghindari tatapan penasaran dari pelayan-pelayan, bahkan tamu restoran lainnya. Ia tahu restoran ini, dan bukan kali pertama ia datang ke mari. Lima bulan lalu restoran ini hampir diratakan dengan tanah karena hutang korporasi yang menaunginya. Namun, Myeonghan Group menyelamatkannya. Setelah diakuisisi oleh Myeonghan, dalam dua bulan restoran bertajuk la Trattoria ini kembali melejit.

Sebelum diakuisisi, pengusaha bernama Choi Kiho memimpin korporasi tersebut. Kini, yang memegang kendali, di bawah naungan Myeonghan, adalah putranya, Choi Siwon.

Sooyoung refleks meraih tangan Kyuhyun saat pelayan membukakan pintu ruangan VIP. Kyuhyun melirik lengannya yang digelayuti Sooyoung, lalu menatap wanita itu dengan kening mengerut.

Sooyoung menyeringai canggung. “Kita … pasangan, kan?” katanya.

Diam-diam Kyuhyun bisa merasakan gemetarnya tangan Sooyoung.  “Sesukamu,” balas Kyuhyun akhirnya.

Setelah mereka masuk ke dalam ruang makan khusus tersebut, Kyuhyun bisa mendengar desahan lega lolos dari bibir Sooyoung. Di dalam ruangan itu hanya ada dua orang: ibu dan kakak Kyuhyun. Keduanya menyambut Sooyoung dengan hangat. Demi sopan santun, Sooyoung berusaha keras mengontrol mimik wajahnya saat Ahra menyapanya. Itu sulit baginya, tentu saja. Terlebih ia berakhir duduk tepat di seberang wanita saingannya itu.

“Ternyata lebih cantik dari di foto,” komentar pertama Nyonya Cho. Wajahnya berseri-seri. Sepertinya senang sekali melihat Sooyoung.

Sooyoung tidak tahu harus senang, sedih, tertawa, meringis, atau apa. Mengejutkan sekali melihat keluarga Kyuhyun menerimanya dengan baik. Tidak ada tatapan menghakimi. Bahkan Ahra semangat sekali menanyainya berbagai hal yang berhubungan dengan pekerjaannya. Sooyoung jadi bertanya-tanya, bagaimana jika Ahra tahu kalau ia memiliki perasaan khusus pada tunangannya? Akankah sambutannya tetap sehangat ini?

“Ah, kalau tidak salah, Sooyoung-ssi datang ke acara pertunanganku dengan Siwon-ssi, kan? Rasa-rasanya aku melihatmu sekilas, tapi waktu itu aku tidak begitu yakin.”

Mendengar pertanyaan Ahra, dingin seketika merambati punggung Sooyoung.

“Ya. Aku yang membawanya.” Kyuhyun menjawab pertanyaan itu untuk Sooyoung.

“Oh, benarkah? Lalu kenapa saat itu kau tidak memperkenalkannya pada kami?” selidik Ibu Kyuhyun.

“Dia malu.”

Susah payah Sooyoung menahan diri supaya tidak menginjak kaki Kyuhyun sebagai respon atas jawabannya yang brilian. Namun diam-diam ia berterimakasih, laki-laki itu tidak membiarkannya menghadapi ini semua sendirian.

“Jangan coba-coba melempar pisau steak pada kakakku,” bisik Kyuhyun pada Sooyoung kemudian, saat beberapa pramusaji masuk dan menyajikan makanan pembuka.

Sooyoung menoleh, refleks memundurkan kepalanya begitu menyadari jarak wajahnya dan Kyuhyun terlalu dekat. Ujung sepasang alisnya nyaris bertautan karena kerutan pangkal hidungnya, terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan pada sikap laki-laki itu. Ia jadi mempertimbangkan lagi soal menginjak kaki Kyuhyun dengan hak wedges-nya.

Di luar dugaan, Kyuhyun malah tertawa kecil. Lalu, tanpa diduga, Kyuhyun mengangkat tangannya di depan wajah Sooyoung, dan dengan ibu jarinya, ia mengusap kerutan di dahi hingga pangkal hidung wanita yang tengah hamil muda itu.

“Jangan sering-sering mengernyit, nanti kena penuaan dini.”

Aksi bungsu keluarga Cho itu jelas mengundang senyuman dari dua wanita lain di ruangan itu. Oh, Sooyoung juga tersenyum. Jenis senyum manis yang terlalu manis. Raut wajah Kyuhyun sendiri tiba-tiba berubah drastis, dari yang mengumbar cengiran menggoda, menjadi cengiran yang berusaha menyembunyikan ringisan tertahan.

Karena ternyata, di bawah sana, Sooyoung tidak lagi menahan dirinya untuk tidak menginjak kaki Kyuhyun kuat-kuat.

“Setiap kali kau menyentuhku, aku akan membalasnya seratus kali lebih menyakitkan.” Masih dengan bibir mengulas senyum manis, Sooyoung berdesis pelan penuh ancaman.

Kyuhyun merapatkan bibirnya sesaat sembari menarik kakinya lepas dari injakan Sooyoung. “Untunglah kau terlahir cantik,” ujarnya setelah kakinya bebas.

“Apa—”

“Maaf aku terlambat.”

Napas Sooyoung tertahan seketika. Sekujur tubuhnya membeku. Ia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa pemilik suara berat itu.

“Oh, Siwon-ah. Kau belum terlambat, makanan pembukanya baru disajikan,” sambut Nyonya Cho. “Duduklah. Kyuhyun ingin mengenalkan calon istrinya.”

Oh betapa Sooyoung berharap bumi terbelah dan menelan dirinya saat ini juga.

 

*

[Bersambung]

[Atau Berakhir?]

 

A/N: Tolong dibaca, ya 🙂

Halo semuanya, apa kabar? Maafkan Bubel karena ngirim slice 3 sangat amat terlambat /deep bowing/.

Dan … bubel mau buat pengakuan …

Sejujurnya, fanfik ini adalah program melarikan diri bubel/?/. yah, jadi karena bubel lagi engap banget sama hidup bubel, makanya bubel nulis ff ini, dengan nama pena baru pula. Ff ini ditulis untuk senang-senang, untuk kabur sebentar dari kenyataan. Makanya bubel pake plot yang mainstream banget, karena bubel sedang dalam keadaan nggak bisa mikirin sesuatu yang nggak mainstream. Toh, niat awalnya juga buat senang-senang aja, kayak yang bubel selalu tulis di disclaimer di atas.

Bubel didn’t expect bakal dapat feedback dari kamu, karena bubel sadar diri ya cerita ini dibuat untuk nyenengin diri sendiri. Eh, ternyata banyak juga yang ngasih respon positif, bahkan ada yang sampai mendoakan bubel. Luar biasa, bubel terharu banget, sumpah!! :’)

Dan itu bikin bubel jadi malu sendiri. Ngerasa nggak layak bubel dapet apresiasi yang luar biasa cuma buat karya pasaran 😦

Sayangnya, kenyataan lagi nggak mau diajak kompromi. Bubel sebulan kebelakang susah banget nyuri waktu luang untuk nulis lagi. sekalinya ada, moodnya udah keburu ilang karena capek.

Karena itu, bubel mau tanya sama kamu yang mungkin masih nunggu cerita ini sampai selesai, haruskah bubel selesaikan cerita ini?

Jadi gini, kalau kamu memang mau baca kelanjutan fanfik ini, kemungkinan besar kamu harus nunggu sampai Desember, paling cepet. Paling lama Februari tahun depan baru bubel lanjut lagi cerita ini.

(ANJIR KOK LAMA AMAT?!)

Iya, karena sekarang bubel lagi berhadapan dengan masa-masa penentuan kehidupan bubel ke depannya. Dan kemungkinan terlalui paling cepet ya Desember.

Maafkan bubel, ya. tadinya bubel nulis ini dikirain bisa nyuri-nyuri waktu. Awalnya bisa, tapi sebulan ke belakang itu bener-bener hectic banget, dan Oktober ini bakal lebih hectic lagi.

Kalau kamu ngerasa Desember terlalu lama, dan kamu males nunggu, Bubel bakal drop projek ini, dan kembali lagi nanti setelah segala keruwetan ini berakhir dengan projek baru, mungkin. Toh ini cuma cerita dengan plot pasaran yang bisa kamu temuin di mana-mana; di AFF, di AOO, di FFn, di wattpad, atau di blog-blog lain.

Tapi kalau kamu nggak keberatan nunggu, bubel dengan senang hati akan melanjutkan lagi cerita ini. sampai selesai. tapi slice ke empat paling cepat Desember baru bisa bubel produksi. Anggap aja bubel lagi hiatus dulu :’)

Semua pilihan ada di tangan kamu. Bubel cuma nggak mau kesannya ngegantungin pembaca cuma buat cerita pasaran kayak gini, jadi bubel kasih kabar—dan pilihan.

Sekali lagi, maafkan bubel, ya. Udah telat banget ngirim kelanjutan fanfiknya, pake ngasih kabar beginian lagi. sumimasen deshitaaaa /deep bowing/

last but not least, sekali lagi bubel mau bilang makasiiiiihhh banyaaaaakkk untuk semuanya. Untuk admin Jonghyun biased, untuk yang udah meluangkan waktu dan merelakan kuotanya buat baca SoD, untuk yang udah ngelike, daaaaan untuk yang meninggalkan komentar. Loph you to the Messiers 83 galaxy and back (bcoz the moon isn’t far enough, and bimasakti isn’t that wide wkwk).

 

Xoxo,

Bubel ❤

 

p.s. maaf bubel banyak curhat :’)

 

Author:

As Nice People As Women As good Muslimah As Best Friend As Everything I Can and I want Love Kpop..SHINee and KyuYoung Jjang!!!

47 thoughts on “[Series] Slice of Drama 3rd

  1. yaampunu sukaaaakk part ini, menggemaykan><
    plis inimah updatenya jangan lama lama:( semangaaaat bubel!!

  2. woww woww bner2 greget sma endingnya ini mah kyaa >_< d'next part'a min, jan terlalu lama yaa kkkkk~ ashhhh KyuYoung Couple ^_^

  3. Bubel tenang aja.. Sebagian besar readers bakalan rela tunggu ff yg dya cintai *eeaaaa😂😂 apalagi ff nya ini ngilangin kerutan wajaaah😂😂 srius deh ini lawakan.ya diluar dugaan semuaa, apalagi yg bagian kyuyoung brntem di mobil dan soo bilang “Anak ini bahkan belum punya telinga!”seketika tawa qu pecah😂😂😂

  4. Ceritanya makin seru lhoooo.. yah lama banget update selanjutnya bubelll hahah lama amat-_-”
    Tp critanya di selesaikan ajaa soalnya keren^^
    Fighting!!

  5. Lama ga mampir ke ksi eh ada cerita bagus ternyata wkwk
    sebenernya temanya agak mainstream sih tp dikemasnya tuh bahasanya menarik jd beda wkwk tp tetep lanjut yaa suka deh 👍

  6. Dilanjut aja gpp kok bubel daripada berhenti ditengah jalan kayak gini jadinya nggak asik lama nggak papa yang penting tuntas

  7. Bubel…bubel….. Aku sukaaaaaaaaaaaaaa, bubel ah ihhhhh penulisannya santai banget…. Semangat bubel

  8. makin penasarannnnn~
    dilanjut bubel ya nulisnyaaa, ditunggu kokk;)
    ganbatte buat project nyaaa smoga lancar&sukses, trus bisa lanjut yakkk hehe

  9. akhirnya, salah satu ff yg aku tunggu2 d post yay ❤
    dilanjutin donggg kak bubel 😦 onegaiii !! please !! 😦
    siapa blg plot ini mainstream? engga kok! malah ak suka hal2 yg berbau/genre kyk gini hehe 😀
    gpp deh hrs nunggu demi ff d lanjutin. soalny ud kebiasaan nunggu juga :') #nungguffyangdikirabakaldilanjutinteranyataengga
    btw kok kyknya mereka blm fallin' in love ya 😮 ah soo kok msh suka ama siwon •_• wkwk
    ditunggu kok keterlanjutannya ^^
    bubel hwaiting!

  10. Akhirnyaaaaaaa muncul juga bubel ff nyaaaaa….
    Aku amat sangat menanti *terharu😚
    Aku penasaran banget bubeeeeel ayooo cepat lanjutkan ceritanya
    Bubel,…………. Fighting💪💪💪

  11. hai bubel!
    kmu gak usah ngerasa bersalah gitu karena gak bisa update ff ini secepatnya. kita juga tahu kok, kmu punya urusan yang lebih penting untuk kehidupan kamu. nulis cerita ini hanya sekedar hobby di waktu luang.
    lagian juga, kita udah biasa kok nungguin ff yg ngegantung ampe sekian bulan -bahkan tahun- wkwkwkwk
    yaa, beginilah jadi nasib knight. saking cintanya sama kopel ini, gak bisa move-on. rela nunggu sekian lama cuma buat KYUYOUNG, meskipun cuma sekedar fanfic.. eeaaakkk :p

  12. Aku seneng ini udh update, tapi ada kabar buruk yah. Huhuhu
    but gpp, selama apa pun itu, aku tungguin dah.
    meski ide cerita pasaran, tapi jalan ceritanya masing2 orang beda2. Itu bikin ga bosen. Apalg cara ato gaya nulisnya kece begindang. Ah pokokna mesti lanjuuuuttt…
    Semangat terus bubel,
    apapun yang kamu hadapin saat ini, semoga berjalan lancar sesuai harapan, amin. 😀

    aduh, kyuhyun kasian. But keputusan km bener kok. Kan bertanggung jawab.
    Ada heecul. Hahaha aduh sumpah itu scene warbyasah menghibur…
    Kata kata kyuhyun buat anaknya nyentuh banget, wakakakak anak mahal. 😀
    sooyoung, greget ya ngadepin yg susah mupon. Hahahaha

    pokok nya lanjut yah
    hehehe
    mangatse 😀

  13. harus kyu yg lbh dulu nunjukin aksi spya soo cepet lupain siwon, toh yg jd bapaknya kan kyu hahahah. tp gila jg bapaknya kyu nanggepinnya pake taekwondo(?) XD aura bapaknya lbh serem dr kyu

  14. Huaaa akhirny ini ff di post jga kelanjutannya aku sdh gk sbar nungguin kelanjutan ff ini authorny jgn smpai lah ini ff di stop soalny ceritany aj keren bgts sayang bgts gue senang bgts bca ff lu ini jdi gue harap bsa di lanjut walaupun lama next part di tnggu semangat terus untuk nulisny dan ingat aj kami semua pembaca mu yg setia mau baca ff mu ya

  15. Annyeong bubel… 😄
    Yeay…. 3rd slice, give me more.. 😋
    Aku memilih untuk menunggu. Mungkin kamu menganggap karya mu ini pasaran, tema atau alur yg dibangun di SoD bisa saja kami (readers) temukan di buanyak karya lainnya, tapi buat ku, bukan itu alasan ku untuk tetap setia menunggu karya ini dilanjutkan sampai selesai. Simple aja, aku suka cara bubel menyampaikan cerita. Serius tapi santai, ini moto yg sedang pelan-pelan aku terapkan di kehidupan ku, karena serius mulu’ ber-efek gak bagus untuk kehidupan ku, tegaaang mulu’ bawaannya, kaku, luruuss aja, datar. Kita butuh relaksasi. Serius menjalaninya tapi fleksibel konsepnya, improvisasi kadang diperlukan untuk membuatnya komplit. Hal2 seperti ini yg aku temukan di SoD, serius sebagai aplikasi rasa tanggung jawab kita, santai sebagai penyeimbang supaya kita mampu berpikir jernih dalam menyelesaikan semua masalah, karna ternyata, buru-buru yg selalu menyebabkan kepanikan, adalah pekerjaan setan. So, sayang sekali jika SoD tidak dituntaskan sampai tuntas, bahkan bila perlu ditambahkan extra slice, biar bener2 kenyang readers yg sering lapar akan karya yg bermutu spt ini. Seperti yg pernah aku tulis pada komen ku di 2nd slice, “Karya yang hebat, tidak lahir sembarangan” dan karya mu ini, bubel-ya, tidak lahir sembarangan. It’s great 👏👏👏👌. Apa pun yg sedang membuat bubel sibuk, semoga selalu diberkahi kemudahan dan kesuksesan. 4th slice, selalu dinanti. Gomawo.. 🙇
    Annyeong..👋👋😄

    1. Bubel ada yg kelupaan nih, cz aku buka 2nd slice-nya selesai komen di 3rd slice. Terimakasih sudah membalas semua komen ku, dan jg mendo’a kan ku kembali. Selama aku diberi kesehatan aku akan selalu menanti dan membaca karya mu. Jikapun aku sakit, aku akan tetap menanti dan membaca karyamu, karna bisa saja karya mu akan menjadi motivasi yg akan selalu mengingatkan ku utk berusaha sembuh dari sakit. Jadi, terus berkarya ya, walau ide nya masih sedikit, sempatkan utk menulisnya di secarik kertas atau apapun itu media yg bisa digunakan utk menulis, dan simpan dengan benar, kalo boleh ku istilahkan, nabung ide, biar gak keburu hilang itu “wangsit”, hehe… SoD sangat layak utk ditunggu, lagian bayi kyuyoung baru 7 minggu, masih ada 30 minggu lagi buat lahiran (itu klo masa kehamilan Soo 37 minggu ya). Semangaaat bubel

    2. December, 7th 2016
      I’m very..very hungry bubel…😫
      Where are you…. really…really… need 4th slice
      Apapun yg menjadi kesibukan mu, bubel, semoga diberkahi kelancaran dan kemudahan, semangat bubel!✊
      Aku setia menunggu..🙆
      Gomawo

      1. Annyeong….. bubel…. bubel……
        Februari dah mau abis….. I’am very..very…. hungry…. want 4th slice…..
        Semangaat bubel…!

  16. Seriously? Gila itu lama banget, bubel 😦 But, it’s okay. Mungkin bisa deh ditunggu sampai bubel gak sibuk lagi…

    Tapi serius, ak juga sebagai penulis emg gitu, kok. Mau curi2 waktu tapi ttp gabisa karena tugas di Real Life aja itu juga harus curi2 waktu hahaha~

    Aku suka sama seri ketiga ini meskipun feel gregetnya sebenernya kurang dari yang kedua. Ibaratkan film, seri kedua ratingnya paling okelaahhh. Untuk penulisan sendiri gada masalah, nyaman dibaca karena susunannya rapi dan gada typo-nya.

    Di seri ketiga ini, agak males sebenernya sama perasaan Soo ke Siwon wkwkwkwk.. Dan like bubel said, emang ceritanya udah pasaran. Ada menggabungkan beberapa plot tapi tetap aja beda karena penulisnya juga beda 🙂 So, SOF tetap menarik untuk diikuti 😀

    Yaudah, aku tunggu seri keempat bulan Desember atau Februari dari bubel, ya !! Semoga lancar semuanyaa dan tetap semangat, bubel !!

  17. bubel aku harap kamu akan terus ngelanjutin ff ini sampai selesai. Walaupun ide dr fanfic ini (mungkin pasaran) tapi aku dan temen2 knight yg lain bakal menghargai Karya2 kamu & karya author yg lain kok 🙂 So, keep hwaiting bubel.!

  18. Dilanjutin aja gapapa kok lama.. tapi sih usahain secepatnya.. ceritanya bagus, sayang ga dilanjutin ☺☺

  19. Sabar ya bubel buat ngadepin masalahnya Fighting,,,..
    Lanjut donk aku antusias bnget sma ff ini,,yah gpp dh lma jg itung” nglatih kesabaran dri sndri hehehe…
    Fighting^^9

  20. Itu tbc nya bisa ga sih dibuang aja,nanggung banget. Padahal penasaran pen tau gimana reaksinya siwon pas tau soo.
    Harus dilanjutin, ku kan setia menunggu bubel . Walopun harus ekstra sabar wkwkwm

  21. yah.. bubel.. agak haru ya baca curhatannya.. ini lebih galau dari cerita di atas.. tapi cerita di atas lebih ngangenin buat dibaca Haha.. serasa nonton drama.. dan oke kalau itu mau bubel.. gak maksa kok.. cuma harus nempatin janji.. huehehe karena biasanya yang Hiatus itu pengen aku kurungin di kamar KyuYoung karena suka gak balik-balik.. hihi.. i believe you.. thanks sudah mau menyelipkan waktu untuk melanjutkan ff ini.. hihi hwaiting 🙂

  22. Aitsss kirain bnran mu d drop aja ni ff trnya masa Pendingan yg akan bakalan sangat lama.
    Ah gk pp kali wong bacanya jgsama nyempetin waktu #bohongdengwongkerjaanyabukatutuphpdoank wkwkwkw…
    Tabeh aje ya Chingu sama keruetan hidupnya itu,,,,

  23. Akhirnya ff yang dtunggu nongol jga, bberapa minggu trakhir aq nengok”?? Ksi cman pngen liat ff ini udah udah ada apa blom..
    Ff’y jangan di akhiri ya thor,, dilanjut ajah sampai last part wlaupun lama kita nungguin kok,. Figthing..💪

  24. Akhir nya di pos juga . aku nunggu lama banget . malah aku kira ini udah enggak dilanjut lagi .
    Lanjut aja ka . enggak papa nunggu sampe desember atau februari . yg penting masih ada kelanjutan nya . soal nya penasaran sama kelanjutan nya . ditunggu ia ka jangan di berhentikan . semangat buat nulis nya dan semangat buat nunggu nya

  25. Wahwah kukira uda g dilanjutin ff nya hehe. Tp sumpah seneng banget pas lihat ada part 3 nya.
    Meskipun alur dan plot uda pasaran aku tetep suka sama cara nulisnya bubel. Dan meskipun lama aku harap bakl dilanjut. Aku siap tunggu hehe

    Semabmngat bubel. Sukses buat apa yg mau dilakukan

  26. Yeaaayyy akhirnya dipublis jga snang bngt nih😀
    Bersambung aja ka aku bkal trus nungguin ff ini smpe selesai ka
    iyaahhh si sooyoung kaget kah ada siwon .. gmna ya perasan siwon waktu lihat sooyoung adlh calonnya kyuhyun wahhhh ditungu nextny ka..
    Semangat ka

  27. akhirnya ff yg ku nanti muncul jga…
    bubble jgn di akhiri skrg..
    ff nya hrus lanjut smpai selesai,walau lma gpp waiting for you ea

  28. akhirnya keluar jga ff yg ku tunggu..
    aku suka sma ffnya jdi jgn di akhiri skrg lanjut bubble walau lma gpp, waiting for you ea

  29. akhirnya yg di tunggu muncul juga.. oke awalnya emank aku nunggu bgt kata bubble kan paling lambat 1 minggu tapi ini ternyata udah 1 bulan… ya walaupun publishnya lama gapapa yang penting ff nya sampai finish.. karena jika bubble sudah memulai maka bubble juga yg harus mengakhirinya.. aku pribadi bakal nunggu.. intinya sesuatu yg di mulai harus di akhiri atau ff ini harus sampai ending…

  30. akhirnya ada lanjutannya juga..
    ngga sabar liat reaksinya siwon tau calon istri nya kyu itu soo..
    ditunggu ya nextnya..
    selalu semangat author..
    aku selalu menunggu karya-karya mu..

  31. Woaaaaaaahhh akhirnya dlanjut jg yeeeeeeyyyy jd mrk menikah jg 😀 g sabar liat baby cho lahir kyuhyun yg tobat soo beralih cnt ma kyuhyun 😀 fighting

GO AWAY SIDERS! You have to leave comment here...