One: Cindewhorella

[Girls’ Generation] Choi Soo Young & [Super Junior] Cho Kyu Hyun

Genre: Drama, Family-AU! | Rating: Teenager, General | Length: 2k+.

presented by Stxllar.

.

.

premiere // initial

SATU. Cindewhorella tidak tertolong oleh gaun sutra dan sepatu bermerknya.

---

Sooyoung tidak suka pesta. Itu sungguhan. Ia memang tidak akan mengatakan hal itu di depan siapapun, namun jauh di dalam hatinya, ia tahu pesta dengan gaun-gaun mencolok yang menunjukkan terlalu banyak kulit, stiletto runcing yang menyakitkan, dan make-up berlebihan bukanlah dirinya.

Sebenarnya, hal itu bisa dibilang aneh. Sooyoung terbiasa hidup di dalamnya; kehidupan SMA-nya yang indah dipenuhi dengan pesta liar yang melibatkan polisi dan minuman keras di dalamnya. Tapi, wajah dan ucapan bisa menipu, ‘kan? Maka, ketika iklan lowongan pekerjaan milik Hollow Cop jelas-jelas menampangkan bahwa siapapun yang ingin terpilih untuk mengisi lowongan itu berkeharusan datang ke pesta tahunan Hollow, diam-diam Sooyoung mengeluh dalam hati.

Berurusan dengan gaun, pergi belanja sepatu baru, mix and match kostum—semuanya seperti ugh besar yang tak bisa dihindari, bukan begitu?

“Damn it!” setelah empat puluh menit bergelut dengan website style dan fashion yang rumit, akhirnya ia menyerah. Sooyoung menumpukan dahinya ke telapak tangannya dan menggerutu. Kalau saja ini bukan kewajiban!

Bisa dibilang, Sooyoung suka fashion. Sudah umum untuknya tampil memukau dengan padu padan yang eksentrik tapi oke—meskipun tidak ada yang tahu bagaimana ia menghabiskan waktunya memilih pakaian. Orang hanya peduli pada hasil, dan bukan proses; seandainya saja mereka tahu!

“Oke, tenang,” Sooyoung melemparkan tangannya ke atas dan menghela napas. “Kita punya sepuluh gaun baru yang belum dipakai dan kesemuanya memiliki warna yang berbeda. Pikirkan tentang tema Pesta Hollow kali ini. Keceriaan? Halloween? Bulan apa ini?”

–

Pesta bukan keahliannya, keahlian adiknya, mungkin. Sementara menimang-nimang dress mana yang sesuai, Soojin menyandarkan kepalanya ke meja. Ia tahu adiknya itu akan mengunggulinya dalam hal ini—adiknya itu selalu punya ide-ide menarik tentang pakaian dan adiknya itu juga selalu punya daya tarik yang mana sangat menguntungkannya.

Choi Sooyoung, bisa dikatakan, seorang playgirl. Ia punya sejuta lelaki di belakangnya, menunggu dirinya untuk membuka diri—sayang sekali adik sialannya itu tidak mau menyukai siapapun kecuali laki-laki yang Soojin cinta. Klise? Oke, tidak masalah. Tapi memang itu kenyataannya. Sooyoung adalah adik jahat perebut yang terlalu sempurna.

Dan kali ini, Soojin yakin, ia akan mengalahkan gadis itu—bukan lewat kecantikan ataupun cara berpakaian, tapi melalui otak; ia selalu tahu adiknya itu hanya otak udang yang beruntung karena diberkahi raut yang rupawan.

–

Alarmnya telah berdering ribuan kali, dan ribuan kali pula ia telah menundanya. Sekarang, kepalanya terasa berputar seperti orang yang terkena hangover. Lebih parah, sekarang ibunya mulai berteriak-teriak membangunkannya dari lantai satu.

Punya ibu bersuara cempreng memang susah, pikirnya sembari menyingkirkan sejumput rambut dari wajahnya. Sooyoung menurunkan kedua kakinya, mencari sandal rumahnya yang hangat dan berdebu dengan mata masih memejam.

“Sooyoung! Soojin!” Suara ibunya naik seoktaf.

Terdengar suara gedebuk dari ruangan di sebelah kamarnya, alias kamar kakaknya Soojin. Itu tandanya kakaknya itu sudah bangun, bahkan mungkin sudah siap pergi. Mengingat itu, buru-buru Sooyoung menyelipkan telapak kakinya ke sandalnya dan berjalan cepat ke lantai satu.

Sooyoung sampai duluan di meja makan, masih dengan piama dan rambut berantakan. Tepat semenit setelah ia mendudukkan pantatnya ke kursinya, Soojin tiba dengan setelan kerja yang rapi dan berkelas. Bahkan Soojin sudah menata rambutnya ke gelungan kecil yang rapi dan manis. Oh, sial, Sooyoung merutuk dalam hati, aku kalah lagi.

Soojin tidak mengatakan apapun meskipun ia tahu tatapan Sooyoung yang ditujukan kepadanya. Ia meletakkan tasnya di kursi sebelahnya sebelum akhirnya mengambil sesobek roti panggang yang baru keluar dari pemanggang.

“Tuh, lihat, kakakmu!” Suara ibunya membuyarkan pikiran Sooyoung. Ia mendongak, mendapati ibunya dengan celemek, tengah menata gelas-gelas tinggi untuk kemudian diisi susu hangat. “Harusnya kau menirunya.”

“Mulai lagi?” Sooyoung menyahut dengan acuh. Ia mengikuti gerakan Soojin, mengolesi rotinya dengan selai stroberi.

“Nanti malam aku keluar, Ma,” kata Soojin, mendongak sebentar. “Pesta Hollow.”

Ini dia, Sooyoung membatin sebelum memutar tubuhnya menghadap Soojin. “Oh, kau juga akan melamar kerja di sana?” tanyanya dengan seringaian.

“Kutebak kau sudah tahu itu sejak, mm, seminggu yang lalu? Kau mau mengikutiku, ‘kan?” balas Soojin, agak ketus.

“Pesta Hollow? Pesta Hollow-nya Hollow Cop?”

“Ya.”

“Yep.”

“Dan hari ini kau mau ke mana?” tanya ibunya, merujuk ke setelan rapi Soojin.

Soojin mengelap bibirnya dengan tisu sebelum kemudian menenggak susunya. “Mencari pekerjaan, berjaga-jaga kalau seseorang ingin menjegalku lagi.” Katanya sarkastis.

Sooyoung tertawa, memutar bola mata. “Memangnya siapa yang kurang kerjaan menjegalmu?”

“Tepat,” balas Soojin. “Siapa orang yang kurang kerjaan.”

Ibunya berdecak. “Sudahlah.”

“Tidak perlu. Lagi pula aku sudah selesai,” Soojin menyentakkan kursinya ke belakang dan menyambar tas sandangnya. “Aku pergi.”

Sesaat setelah terdengar suara pintu ditutup, Sooyoung menggigit rotinya dan tertawa kecil. “Sensitif sekali.”

“Aku tidak tahu apapun itu yang kalian perebutkan,” suara ibunya terdengar lelah dan pusing. “Tapi aku tahu itu semua tidak benar, dan kau, Soo, yang memulainya. Berhentilah.”

–

Tahu apa yang lebih buruk dari sakit perut saat menstruasi? Yaitu ketika kepalamu rasanya seperti terkilir karena gaun yang akan kaukenakan malam ini tiba-tiba saja hilang dan rambutmu yang biasanya kelihatan cukup indah terlihat seperti habis diterjang tornado.

Keduanya benar. Gaun hijau tua itu hilang dari peradaban dan rambutnya yang sebahu lebih sedikit tiba-tiba keriting—dengan keriting yang awut-awutan dan menyedihkan. Ringkasnya, Sooyoung terlihat seperti pengedar narkoba yang sakit. Lebih parah, mungkin.

Bagaimana pun, Soojin sudah keluar dari rumah sejak lima belas menit yang lalu, tampak cantik dengan sheath dress safirnya yang dilengkapi dengan stiletto gelap yang menawan—dan Sooyoung tidak bisa menyalahkan kakaknya itu.

Ini hari sial yang indah, dan Sooyoung melawan keinginannya untuk menangis karena malamnya yang hancur total. Ia sudah mempersiapkan segalanya, bagaimana ia memasangkan a-line skirt dress-nya dengan platform yang cocok. Sekarang, sepatunya itu hanya bisa berdiri di samping sandal rumahnya, sementara gaunnya itu hilang entah ke mana.

Baiklah. Akhirnya Sooyoung bangkit dan berjalan ke lemarinya, mencari setelan apa saja yang bisa menyelamatkannya. Beruntung, make-up-nya sudah selesai. Pencariannya terhenti pada gaun full skirt lamanya yang kelihatan manis. Gaun itu bisa pergi dengan Pump-nya.

–

Pestanya sudah dimulai dua puluh menit yang lalu saat Sooyoung tiba. Tapi Sooyoung tahu Pesta Hollow tidak akan berakhir dengan cepat, dan biasanya, pejabat perusahaan itu akan datang setidaknya tiga puluh menit setelah gerbang dibuka.

Sooyoung melatih senyumnya di cermin kecil, memastikan dirinya terlihat menawan dengan apa yang dikenakannya. Kemudian ia keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke gedung.

Ada banyak sekali pemuda dan pemudi berlalu-lalang. Beberapa dari mereka tampak seperti jenius kelas dengan IQ di atas rata-rata, sedangkan yang lainnya terlihat seperti pemabuk kaya dengan setelan branded. Diam-diam Sooyoung bertanya-tanya masuk ke manakah dirinya dari dua kelompok itu. Berotak? Tatanannya tidak menunjukkan hal itu. Pemabuk kaya? Tidak juga.

Terserahlah. Sooyoung mulai melangkahkan kakinya dengan hati-hati ke stan minuman. Pesta Hollow sangat mahal dan Sooyoung tidak mau menyia-nyiakan kesempatan besar untuk makanan dan minuman gratis yang berkelas itu.

–

Sekarang adalah saatnya. Saat untuk memasang tampang pura-pura dan meneliti wajah-wajah baru yang sekiranya pantas untuk masuk dalam perusahaannya yang berkelas dan mahal. Siapapun nanti yang terpilih, ia memastikan, harus seseorang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, dan bukannya menang tampang saja.

Sekali lagi Kyuhyun merapikan jasnya. Ia memerhatikan sepatunya yang mengilap dan bersih, bahkan wangi, mungkin. Ia tidak suka pesta dan berdandan, tapi harus dirinya sendiri yang memilih seseorang yang akan menempati posisi sebagai sekretaris pribadinya. Yang pasti, Kyuhyun tidak akan sembarangan memilih. Ia akan menilai segalanya, dari cara berpakaian, cara bicara, pemikiran, serta tangkas tidaknya orang itu.

Dan ini, adalah saatnya.

Kyuhyun turun dari kamar pribadinya di lantai dua, bersiap menuruni tangga memutar yang manis dan elegan. Kehadirannya disambut spotlight terang benderang yang menyilaukan serta teriakan riang MC yang dibayar ayahnya.

Pesta akan segera dimulai.

–

Sejak lelaki itu menuruni tangga, Soojin tahu ia harus melatih dirinya sendiri agar terlihat lihai dan manis. Ia harus mencari kesempatan supaya bisa berbincang-bincang dengan lelaki itu malam ini, tidak peduli bahwa itu melibatkan aksi klise memalukan seperti di drama-drama.

Soojin menabrak lelaki itu.

Dan membiarkan gaunnya yang manis ternodai oleh anggur putih dari gelas Kyuhyun yang tumpah.

“Oops!” Soojin tercekat, ia menunduk memandangi setelannya yang berantakan. “A-aku…”

“Maafkan aku,” potong Kyuhyun cepat, buru-buru meletakkan gelasnya yang terisi separuh di meja terdekat. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sapu tangan bersih, “Biarkan aku..”

Soojin bergegas mengambil sapu tangan itu dari tangan Kyuhyun, tidak ingin terlibat dalam momen canggung yang akan segera datang apabila lelaki itu mengelap bagian depan roknya. “Aku bisa melakukannya sendiri.” Ia tersenyum dan menunduk sedikit, menunjukkan hormat. “Ini semua salahku, sungguh maafkan aku.”

“Oh, tidak,” Kyuhyun menyela, menonton pertunjukan gugup Soojin yang tengah membersihkan gaunnya dengan sapu tangan tadi. “Bagaimana pun, aku harus bertanggung jawab atas… kekacauan ini.”

Soojin menggelengkan kepalanya, membuat rambutnya bergerak-gerak di samping kepalanya sebelum berakhir jatuh di bahunya. “Ini bukan apa-apa. Aku bisa mengatasinya sendiri.”

Perempuan mandiri yang menarik, Kyuhyun tersenyum kecil. “Tetap saja, Nona…?”

“Choi. Choi Soojin.”

Kyuhyun mengangguk. “Tetap saja, Nona Choi, aku akan bertanggung jawab. Gaunmu tentu tidak keluar dari tempat yang murah, bukan?”

Soojin menunduk malu.

“Apa menurutmu kau bisa keluar dari sini dan ikut denganku untuk berbelanja, mm, gaun baru?”

–

Sooyoung tahu semuanya telah hancur tepat saat ia melihat siapapun-lelaki-itu yang memimpin Hollow Cop tengah berbicara dengan kakaknya. ‘Berbicara’ kelihatannya bukan kata yang tepat, ‘flirting’ mungkin.

Tubuhnya yang berdiri tegap merosot lima senti ke bawah, menjadi bukti kekalahan dirinya. Sooyoung tidak pernah menyangka kakaknya itu akan bergerak secepat ini, dan kelihatannya lelaki bodoh yang sekarang tengah tertawa dengan Soojin itu telah masuk ke perangkap perempuan itu.

Sialan. Sooyoung menggeram, menggenggam gelasnya lebih erat. Sekarang ia harus mencari jalan keluar lain. Mungkin ia harus mendekati ayah lelaki itu dan menggodanya sedikit untuk mencarikannya posisi lain di perusahaan sialan ini. Lebih tinggi dari punya Soojin, kalau bisa.

“Sendirian, Nona?”

Sooyoung memutar tubuhnya menghadap seorang lelaki berperawakan mungil yang tengah tersenyum kepadanya dengan jenis senyuman yang dikategorikan Sooyoung sebagai senyum ‘penggoda’.

“Oh, hai,” ia balas menyapa, memutuskan untuk bermain-main sedikit. “Dan… ya, aku memang sendirian.”

Lelaki itu mengangguk. “Cheol Woo.”

Sooyoung tersenyum, “Oh, tidak perlu. Aku tidak butuh namamu atau siapapun kau. Bisa tolong ambilkan aku minuman?”

–

Sudah dua jam. Sudah dua jam dan mereka belum kembali ke pesta. Sudah dua jam dan Sooyoung semakin yakin kesempatannya untuk menang semakin kecil—kalau belum menghilang. Entah apa yang mereka lakukan—Sooyoung yakin itu melibatkan motel, atau bahkan hotel, mengingat betapa kayanya lelaki yang sedang digoda kakaknya itu.

Namun, tetap saja, harga dirinya yang setinggi langit tak mau kalah. Apapun akan dilakukannya untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Dan ini—

Tunggu. Bukankah itu Soojin? Sooyoung yakin matanya tidak salah. Barusan pandangannya yang menyoroti seluruh ruangan menangkap pintu masuk dengan Soojin dan lelaki itu di tengahnya. Mereka sudah pulang, ha? Dengan senyum percaya diri yang terlihat sombong, ia mulai mendekati keduanya.

Soojin mungkin berdiri tegap dengan kedua kakinya sendiri, namun saat didekati, akan terlihat kalau perempuan itu menyandarkan tubuhnya sepenuhnya kepada lelaki itu. Pose itu, menurut analisa Sooyoung, merupakan suatu pertanda bahwa kakaknya itu telah berteman baik dengan lelaki itu, terlalu baik malah. Saat jaraknya dengan pasangan itu tinggal satu meter, Sooyoung berdeham, berusaha mengalihkan perhatian keduanya.

“Bersenang-senang?” tanya Sooyoung, melipat kedua tangannya yang ramping di depan dada, sementara membiarkan tatapannya yang tajam menusuk tepat ke mata Soojin. “Biar kutebak, Marriott? Lotte?”

Menangkap apa yang dikatakan Sooyoung, Soojin segera membenahi posisinya dan memasang raut mengancam. “Jaga ucapanmu!” serunya.

“Oops,” Sooyoung berpura-pura mengangkat telapak tangannya menutupi mulutnya yang membentuk seringaian kejam. “Kurasa akulah yang berhak mengatakan itu. Jaga harga dirimu.”

Soojin tersentak. Ia membuka mulutnya seolah ingin mengatakan sesuatu untuk membalas kekasaran Sooyoung, namun tampaknya ia tidak bisa menemukan cacian lain yang tingkatnya lebih kejam dari itu.

“Setelah kupikir-pikir, kaulah yang seharusnya menjaga harga dirimu,” sela Kyuhyun setelah berdiam diri beberapa saat, menganalisa keadaan yang memojokkan ini. “Di mana harga dirimu tepatnya? Kau muncul tiba-tiba dan menghina seseorang yang tengah bersamaku?”

“Bullshit,” Sooyoung tertawa dan mengibaskan jemarinya. “Kau mau bilang kau menyayanginya, Anak Emas Hollow Sialan? Kau mau bilang kau menyayanginya karena kau berhasil memintanya membuka baju di hadapanmu, benar? Ah, kedengarannya seperti one night stand yang indah.”

Sedetik kemudian, tangan Kyuhyun melayang mengenai pipi Sooyoung, menimbulkan suara plak yang mengerikan.

“Itu,” ujar Kyuhyun tajam. “Bukan karena kau menghinaku sebagai Anak Emas Hollow Sialan. Dan, kurasa aku tahu maksud kedatanganmu di sini. Mencari pekerjaan? Terlalu miskin untuk membiayai hidupmu sendiri?”

Soojin tahu kalimat Kyuhyun terlalu kejam dan tega untuk dikatakan, terlebih dengan adanya tamparan keras yang baru saja pipi Sooyoung terima. Namun ia tidak bisa mengatakan apapun, selain terpaku memandang tubuh adiknya yang gemetar hebat—tanda kemurkaan besar yang tidak akan hilang dalam waktu semalam.

“Kau dengar aku baik-baik, Nona, kakimu yang kotor itu tidak akan pernah menginjak lantai kantorku. Bahkan sebagai tukang bersih-bersih.”

Sedetik setelah ujaran itu terlontar, Sooyoung meneliti wajah Kyuhyun dalam-dalam, menyimpan seluruh detail wajah sialan dengan keteguhan menjengkelkan di dalamnya itu. Ia akan mengingat itu selamanya dan, Sooyoung berjanji dengan sepenuh hatinya, ini tidak akan berakhir secepat itu.

Sooyoung memasang cengiran tajam dan menakutkan sebelum mengatakan, “Kau pikir kau satu-satunya pemilik saham di sini, Anak Emas? Oh, tentu saja tidak, dan kukatakan padamu,” ia maju selangkah, mengacungkan jemarinya tepat ke hidung Kyuhyun, “semuanya tidak akan semudah sebelumnya untukmu.” Ia kemudian mundur dan menunjukkan senyum culas pada Soojin, “Dan, Kakakku Sayang, kalau orang sombong dan bodoh ini mengatakan aku tak mampu membiayai diriku sendiri, bukankah berarti dia mengataimu juga?”

Selesai dengan kalimatnya, Sooyoung mundur dua langkah, masih dengan senyum manis yang culas, mengangkat telapak tangannya ke atas dan mengeluarkan jari tengahnya tinggi-tinggi.

end of chapter one.

Hai!!

Update lebih cepat dari seharusnya (karena UKK-ku baru selesai minggu besok, fyi). Dan.. jengjengjeng! Bisa dilihat ‘kan siapa Cindewhorella-nya dari bagian satu ini? lol.

Jadi, gimana gimana? Udah tahu bakal mengarah ke manakah cerita ini? Kurang jahatkah karakter Cindewhorella-nya? HEHE. Oh ya, aku juga mau minta maaf buat yang minta Sooyoung jadi Cinderella (as in tokoh baik hati yang tertindas blah-blah-blah), dari awal aku dapet ide aku emang pengen ceritanya gini. Sooyoung yang jadi bad girl dan cewek lain yang jadi protagonis—meskipun jelas, Sooyoung masih inti dari cerita ini, gitu, HEHE. Jadi dimaafin nggak, nih? Lol. Oh ya, belakangan aku terlalu sibuk buat online internet dan request poster buat cerita ini, jadi kalau ada yang pinter photoshop kalau sedang nggak sibuk boleh dong dibikinin poster? :’D (kalo kamu berniat bikinin, komen yha huhu). Anyway, Lotte dan Marriott itu nama hotel, ya! 😀

Oke sebenarnya aku post ini tanpa persiapan dan itu artinya bagian dua bakal ke-pending sampai aku dapet ilham lagi mau kuisi apaan partnya HAHA. Jadi maaf yha kalo nanti update bakal taking lots of time hehe. So kalau kamu penasaran tentang cerita selanjutnya, bisa kepoin aku di: klik! Atau mau baca-baca fanfiksiku? Klik! (shameless self promotion lmao).

Segini dulu, deh! Aku masih harus belajar :’D jadi…. give me a review? 🙂

Imagine Sooyoung with this hairstyle:

xoxo

Stxllar (alias Meyda Wulan, 99line).